PARTAI Hindu radikal gagal menepati janji. Ternyata, mereka tak mampu mencegah 200.000 pengikutnya menghancurkan Masjid Ram Janmabhoomi, sebuah masjid abad XVI yang selalu menyulut pertentangan umat Hindu dan Islam di India. Minggu pekan lalu, disaksikan 3.000 pasukan para India yang didatangkan dari New Delhi, karsevaks atau sukarelawan Hindu merobohkan tembok masjid dan membabi buta melempari semua orang yang berkerumun di sekitar masjid. Maka, kerusuhan segera melanda kota kecil Ayodhya di Negara Bagian Uttar Pradesh itu. Sukarelawan Hindu yang lupa daratan merobohkan satu masjid lain dan membakar enam rumah umat Islam. Sampai awal pekan ini sudah jatuh lima korban tewas, dan sekitar 400 orang luka-luka. Seperti kasus sebelumnya di lokasi ini, segera kerusuhan menjalar ke kota lain. Di Bombay, kota terbesar kedua di India, polisi melepaskan tembakan pada kelompok orang yang melempari mobil-mobil. Di Faizabad, yang mayoritasnya Islam, lima umat Hindu yang pulang dari Ayodhya ditembak mati oleh orang tak dikenal. Partai Bharatiya Janata, partai Hindu yang menjadi oposisi terbesar di India itu, semula berjanji hanya akan membangun kuil Rama di halaman tanpa menyentuh masjid. Walau pemerintah New Delhi tak memberi izin, karena Ayodhya masih dinyatakan dalam keadaan status quo, Baratiya Janata dan Dewan Hindu Sedunia berkeras akan berdoa bersama dan membangun kuil di samping masjid. Mereka yakin, di situlah dulu Rama, salah satu junjungan umat Hindu, dilahirkan. Segera Perdana Menteri Narasimha Rao membubarkan pemerintah Uttar Pradesh yang dikuasai Partai Bharatiya Janata itu, dengan alasan pemerintahan gagal mempertahankan prinsip sekularisme. Rao menuduh oposisi menunggangi emosi umat Hindu untuk tujuan politik. Mungkin itu tak salah. Bharatiya Janata, yang menguasai 119 dari 465 kursi parlemen, siap mengajukan mosi tidak percaya. Malang bagi Rao, partai oposisi lain, lawan Bharatiya Janata, pun ikut mendesak Rao mundur karena gagal mencegah penghancuran masjid. "Perdana Menteri gagal melindungi konstitusi dan ia harus pergi," kata V.P. Sing, bekas perdana menteri yang jatuh akibat peristiwa Ayodhya tahun 1990. LPS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini