Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Berita Tempo Plus

Putri dalam Sangkar

Putri Latifa tak terdengar kabarnya lagi setelah diculik tentara atas perintah Syekh Dubai, ayahnya sendiri. Ada barter dengan India dalam penangkapan tersebut.

15 Mei 2021 | 00.00 WIB

Perdana Menteri Uni Emirat Arab Syekh Muhammad bin Rashid al-Makhtum, yang juga ayah dari Putri Latifa binti Muhammad al-Makhtum, di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 Februari 2020. REUTERS / Christopher Pike / File Photo
Perbesar
Perdana Menteri Uni Emirat Arab Syekh Muhammad bin Rashid al-Makhtum, yang juga ayah dari Putri Latifa binti Muhammad al-Makhtum, di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 Februari 2020. REUTERS / Christopher Pike / File Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Putri Latifa binti Muhammad al-Makhtum diculik dari kapal pesiar di perairan Goa, India.

  • Latifa kabur dari Dubai untuk mencari suaka ke Amerika Serikat.

  • Pelanggaran hak-hak perempuan di Emirat kembali jadi sorotan.

KEBERADAAN Putri Latifa binti Muhammad al-Makhtum, anak Syekh Dubai, masih gelap. Dia diculik aparat keamanan Uni Emirat Arab ketika hendak kabur dari negaranya pada 2018. Kasus mencuat ketika video berisi pengakuan Latifa bahwa dia telah dikurung dan disiksa oleh ayahnya sendiri pada Februari lalu tersebar. Pada akhir April lalu, pakar hak asasi manusia independen, termasuk pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kekerasan terhadap perempuan, meminta pemerintah Emirat menunjukkan "bukti hidup" Latifa karena "tidak ada informasi konkret yang diberikan oleh pihak berwenang" negeri itu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus