MEMASUKI Tahun Babi, 1983, langkah Cina di sektor penanaman
modal asing tertatih-tatih. Pasalnya: minat untuk investasi di
negeri itu, tahun lalu, menurun drastis. Ada dua hal yang
dituding sebagai biang keladi. Pertama, tindakan "penyesuaian
kembali" di lapangan ekonomi. Kedua, sikap para penanam modal
yang lebih berhati-hati.
Langkah "penyesuaian kembali", dicetuskan awal 1979, dimaksudkan
mencegah Cina terjerembab ke juran inflasi. Otak kebijaksanaan
ini adalah Wakil Ketua Partai Komunis Cina (PKC) Chen Yun. Tahun
1960-an, tokoh ini jugalah yang diminta menyelamatkan ekonomi
Cina yang nyaris ambruk gara-gara "Lompatan Besar Ke Depan" yang
digerakkan Mao Zhedong.
Dengan "penyesuaian kembali", prioritas ekonoml dialihkan dari
industri berat ke barang konsumer. Banyak kontrak ekonomi dengan
Amerika Serikat, Eropa, Jepang terpaksa dibatalkan. Dan rakyat,
buat kesekian kalinya, diminta untuk "bekerja keras dan
berkorban".
Tahun 1980 dan 1981 ada 20 kontrak penanaman modal yang
ditandatangani. Tapi tahun lalu cuma delapan. Penasihat biro PMA
Cina Feng Tienshung mengakui penyebabnya: "Ketentuan hukum kami
di lapangan itu belum lengkap."
Cina mengesahkan undang-undang penanaman modal asing, 1979. Tapi
peraturan pelaksananya tidak segera disertakan. Ada janji untuk
mengumumkannya tahun lalu. Namun batal. "Ternyata kami
membutuhkan lebih banyak waktu," kata Feng. Ia tidak lagi
memberikan ancar-ancar waktu pengeluaran peraturan pelaksanaan
terselut. Langkah Cina memang kerap membingungkan para penanam
modal. Sebab mereka gampang berubah sikap. Dari sekitar 800
rencana kerja sama, tidak lebih dari 20 yang menjadi kenyataan.
Bahkan sejumlah proyek besar ditunda pembicaraannya. Mereka,
katanya, lebih berminat pada proyek kecil-kecil. Alasannya:
"Untuk memetik pengalaman lebih banyak," kata Feng.
Pelbagai keluhan disampaikan penanaman modal ke alamat penguasa
Cina. Antara lain: tentang birokrasi mereka yang payah. Tapi tak
ada tanggapan dari mereka. Terakhir yang jadi korban prosedur
berbelit-belit itu adalah perusahaan pengeboran lepas pantai
dari Jepang - yang kemudian di abarkan menari dan usaha patungan
tu.
Kini borok itu rupanya mulai disadari pemegang kendali ekonomi
Cina. Mereka, beberapa bulan terakhir, sudah meninjau lagi
sistem perundang-undangan di sektor PMA. Juga birokrasi di
lembaga pemerintah. Dan janji manis kembali diberikan. Terutama
pada perusahaan yang ingin mengikat kontrak pengeboran di lepas
pantai.
Menteri Perdagangan dan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Cina, Chen
Muhua, mengatakan bulan lalu, "kebijaksanaan untuk mengunakan
modal asing akan diteruskan." Bahkan, "manfaat yang ditarik dari
kebijaksanaan ini akan diperluas." Ia berharap bisa menarik
modal asing sekitar US$3 milyar tahun ini.
Pemimpin partai tampak merestui kebijaksanaan tersebut.
Sekretaris Pertama PKC Provinsi Guangdong Ren Zhongyi mengatakan
perusahaan daerah pun akan diberi kesempatan mengambil keputusan
sendiri dalam merayu modal asing.
Langkah pertama Cina dengan kebijaksanaan terakhirnya adalah
mengadakan pembicaraan dagang baru dengan AS. Rencananya: Juni.
"Jika kami berhasil memperoleh persetujuan terhadap beberapa
prinsip dasar, pekerjaan kami akan menjadi lebih gampang di
mana-mana," ujar Harvey Bale Jr. yang akan memimpin delegasi
dagang AS ke Cina nanti.
Tak semua pengusaha AS sendiri menyambut hangat rencana
negosiasi dagang baru dengan Cina. Pengusaha energi, misalnya,
yakin bisa bekerja di Cina tanpa perjanjian baru. Occidental
Petroleum Corp., umpamanya, beberapa bulan berselang telah
menanamkan uang sebesar US$230 juta untuk menggali batu bara di
Provinsi Shanxi. Dalih mereka: stabilitas politik di Cina
terlihat makin mantap sejak klik Deng Xiaoping memegang posisi
kunci.
Dugaan itu tampak tak semuanya betul. Beberapa pejabat Cina
tetap memperlihatkan sikap skeptis terhadap kebijaksanaan
ekonomi baru pemerintah. Mereka khawatir kalau Cina berubah
menjadi negeri kapitalis. Jangan kaget kalau di beberapa
provinsi tampak semacam perlawanan terhadap kebijaksanaan
ekonomi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini