BOM untuk Qadhafi. Kemungkinan ancaman Ronald Reagan itu jadi kenyataan semakin besar. Apalagi bila George Bush, yang pekan ini menggantikan Reagan, bersikap serupa. Soalnya, bukan cuma AS yang kini percaya bahwa Libya punya pabrik senjata kimia, tapi juga Jerman Barat. Pemerintahan Helmut Kohl -- yang dua pekan lalu membantah bahwa ada perusahaan Jerman, antara lain pabrik kimia Imhausen-Chemie memasok bahan kimia ke Libya -- pekan lalu mengirimkan sebuah tim ke Washington. Bukan untuk memperkuat bantahan, tapi untuk menerima bukti-bukti. Disebut-sebut nama Ihsan Barbouti, arsitek Irak yang punya kantor di Jerman Barat dari Tripoli, sebagai koordinator pembangun pabrik maut itu. Menurut majalah mingguan Jerman Barat, Stern, pada 1985 Barbouti diminta Libya mendesain dan membangun pabrik kimia di Rabta, sekitar 65 km selatan Tripoli. Seorang insinyur Jerman yang bekerja di perusahaan Barbouti mengaku pernah diminta bekerja di Libya dan langsung berhubungan dengan Menteri Energi Libya. Menurut dia, bersamanya ada 5 ahli Jerman Barat dan sekitar 1.000 pekerja dari Muangthai. Jerman Barat selama ini, menurut pihak intelijen AS, memang menjadi pemasok peralatan dan bahan yang bisa dijadikan senjata ke beberapa negara. Misalnya, sebuah perusahaan negeri ini menjual air raksa untuk bom nuklir kepada India dan Pakistan. Sebuah perusahaan yang lain menjual resep pembikinan senjata kimia kepada Irak, Iran, dan Syria. Dan lima tahun lalu Kenneth L. Adelman, waktu itu Direktur Badan Pengontrolan dan Penghapusan Senjata AS, memprotes ekspor gas beracun dari Jerman Barat ke Irak. Negara yang kini juga sibuk mengusut keterlibatan perusahaannya dalam proyek Rabta adalah Belgia. Cross Link, sebuah perusahaan angkutan laut Belgia, dituduh mengapalkan beton dan baja dan bahan-bahan ke Tripoli. Perjalanan kapal-kapal perusahaan ini mencurigakan. Cross Link mengapalkan itu semua dengan tujuan Hong Kong. Di akhir tahun lalu ada berita, Imhausen dan kompanyonnya punya proyek pabrik farmasi di Hong Kong. Tapi dalam pengecekan wartawan Stern, perwakilan Imhausen di Hong Kong tak tahu-menahu soal proyek itu. Usut punya usut, diketahui bahwa kapal-kapal Cross Link yang menuju ke Hong Kong di tengah laut ternyata berbelok ke Libya. Kini Josef Gedopt, pemilik perusahaan angkutan laut itu, ditahan oleh pemerintah Belgia dengan tuduhan pengapalan barang dengan tujuan palsu. Kabarnya, Gedopt telah mengakui membelokkan kapal-kapalnya menuju ke Libya. Tapi ia menolak keras tuduhan bahwa ia tahu tujuan Libya mendatangkan itu semua. Sementara itu, dalam wawancaranya dengan surat kabar USA Today, Rabu pekan lalu, Muammar Qadhafi tetap menyatakan bahwa pabrik di Rabta itu adalah pabrik obat. Bagaimana ia bisa membuat pabrik seperti itu bila, "Kami antisenjata kimia, kami sangat mendukung penghapusan senjata jenis ini." Anehnya, mendengar hasil Konperensi Internasional Senjata Kimia di Paris yang berakhir pekan lalu, Qadhafi, yang memang sulit ditebak, langsung uring-uringan. Dalam konperensi yang disponsori oleh Prancis dan AS ini, 149 negara bersepakat bulat untuk melarang penggunaan plus segala upaya pengembangan, penelitian, dan penyimpanan senjata kimia. Kata Qadhafi, dengan konperensi ini, "AS menghalangi bangsa Arab untuk mengembangkan senjata yang bisa dipakai melawan Israel." Memang Israel, yang memiliki 100-200 bom nuklir menurut tafsiran pihak Inggris -- hanya bisa ditandingi dengan pemilikan senjata kimia oleh Arab. Setidaknya itu akan membuat Israel berpikir-pikir bila berniat memulai sebuah agresi. Lain daripada itu, keberangan pemimpin Libya itu juga karena pihak AS sendiri dikabarkan malah mengadakan modernisasi pabrik-pabrik senjata kimianya. Pada 1981 dana untuk proyek mengerikan itu baru sekitar US$ 31 juta. Tahun lalu, 1988, anggaran itu mencapai US$ 271 juta, atau naik hampir 900%. Dan kabarnya AS tengah merencanakan mengembangkan sistem persenjataan kimia jarak jauh. Sementara itu, pabrik senjata kimia sebenarnya sulit dicek. Bahan dasar yang dibutuhkan pabrik senjata kimia bisa saja sama dengan bahan dasar pabrik obat. (Kemungkinan inilah tampaknya yang membuat Qadhafi berani mengundang AS untuk membuktikan kebenaran tuduhannya). Kedua tuduhan itu bisa dimanfaatkan untuk "mengganggu". Misalnya, bagaimana bila ada tuduhan bahwa di markas KGB ada pabrik yang memproduksi gas beracun? Setujukah Soviet markas itu diperiksa? Yusril Djalinus (AS) & Praginanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini