"HERR Genscher," kata Schmidt, "akan lama lagi baru rakyat bisa
melupakan kelakuan ini." Kanselir itu berbicara di Bundestag,
pidatonya terakhir pekan lalu, menjelang parlemen Jerman Barat
itu memungut suara.
Seperti diduga semula, parlemen (497 kursi) Jumat itu menerima
satu mosi dengan 256 suara mayoritas yang meyakinkan. Dengan
diterimanya mosi itu Helmut Schmidt berhenti sebagai Kanselir,
dan sekaligus Helmut Kohl, pemimpin Kristen Demokrat (CDU),
menjadi penggantinya.
Bagi Schmidt dan partainya, Sosialis Demokrat (SPD), kejadian
ini "suatu kemunduran" dalam politik kepartaian Jerman Barat.
Memang dalam sejarah 33 tahun negara itu, baru sekali ini
seorang Kanselir ditumbangkan karena pemungutan suara di
parlemen, bukannya karena hasil pemilihan umum.
Jerman Barat sudah selama 13 tahun berada di bawah pemerintahan
koalisi Sosialis-Liberal. Schmidt sendiri, yang menggantikan
Kanselir Willy Brandt (pemimpin SPD yang mengundurkan diri
karena kasus seorang pembantunya, mata-mata Jerman Timur), sudah
8 tahun berkuasa.
Pokoknya dalam masa usia koalisi itu, kata Schmidt dalam suatu
resepsi pada malam menjelang hari pemungutan suara di parlemen,
dia sudah berurusan dengan empat presiden Amerika. Cukup larma.
Sudah silih berganti pula tiga perdana menteri Inggris. Semua
duta besar di Bonn diundangnya ke resepsi -- sebagai perpisahan
rupanya-di Istana Schaumburg, di tepi Sungai Rhine, hanya untuk
menegaskan bahwa pertukaran Kanselir sesuatu yang normal,
sementara politik luar negeri (hubungan Timur dan Barat) tak
akan berubah.
Adalah soal domestik yang menyebabkan Schmidt terguling pekan
lalu. Sebelumnya (17 September), Menlu Hans Dietrich Genscher,
pemimpin Liberal (FDP), bersama tiga rekannya separtai
menyatakan keluar dari kabinet Schmidt. Kemudian Genscher
mengumumkan niat partainya berkoalisi dengan CDU pimpinan Kohl
yang sedang bero posisi.
Karena Genscher meloncat dari kapal, posisi SPD di parlemen jadi
lemah. Maka Schmidt semula mengusulkan supaya segera diadakan
pemilihan umum untuk parlemen baru. Usul Schmidt ditolak oleh
kelompok oposisi, gabungan baru Kohl-Genscher, yang menginginkan
pemilu dalam Maret nanti. Adalah Genscher terutama yang bergigih
meminta pemilu diadakan tahun depan, karena menyadari
popularitas partainya sedang merosot.
Franz Josef Strauss, perdana menteri negara bagian Bavaria, yang
memimpin CSU (partai kecil yang masih bersaudara dengan CDU)
tidak begitu bergairah menyambut kedatangan Genscher. Strauss
konon berhasrat menjadi Wakil Kanselir merangkap Menlu, tapi
Genscher tampaknya dijanjikan memangku jabatan itu dalam koalisi
baru, persis sperti dulu ketika dia berartfer dengan Schmidt.
Lantas Strauss menganjurkan supaya pemilu diadakan segera,
karena dia yakin CDU/CSU bisa memenangkan mayoritas di
parlemen, tanpa perlu berkoalisi dengan FDP. Tapi Kohl, walaupun
sesama Konservatif, dalam politik tak begitu mempercayai
Strauss, lantas ia lebih mengabulkan permintaan Genscher.
Tapi Genscher, kata Strauss pula, masih harus
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya yang jelek selama 13
tahun berkoalisi dengan SPD. Strauss seolah memperingatkan sjak
dini bahwa Genscher diperlukan buat sementara saja dalam
pemerintahan Konservatif. "Suatu perkawinan tanpa cinta,"
katanya.
Kebetulan hasil satu poll--sesudah Genscher
meloncat--menunjukkan dukungan umum pada FDP telah jatuhke 2,3%
saja, dibanding 10 6% suara yang diperolehnya dalam pemilu 1980.
Suatu partai, menurut konstitusi Jerman Barat, memerlukan
sedikitnya 5% suara untuk bisa mencapai parlemen. Bahwa FDP
sedang merosot, itu terbukti labi dalam pemilu di negara-bagian
Hesse 26 September, ketika hasilnya mengecewakan sekali bagi
Genscher.
SPD yang sakit hati itu punya andil dalam kampanye menjelekkan
FDP di Hesse. Sebagian pendukung FDP di sana konon memberikan
suara untuk SPD. karena tak percaya lagi pada kepemimpinan
Genshcer yang merusak koalisi dengan Schmidt. Sesungguhnya
Genscher berjanji dalam kampanye pemilu 1976, yang diulanginya
lagi dalam 1980 bahwa FDP akan setia berpatner dengan SPD.
lanji itu ternyata tak ditepatinya. Kelakuan curang ini, seperti
dinyatakan Schmidt pada bekas partnernya pekan lalu di parlemen,
tak akan gampang dilupakan.
Dalam satu pidatonya di tempat lain, Schmidt bahkan menyebut
Genscher sebagai Weinpanscher, seseorang yang menjual anggur
bercampur air. Artinya, hati-hati dengan orang itu.
KEDUANYA bersengketa dalam cara bagaimana mengatasi soal ekonomi
Jerman Barat (62 juta penduduk), turut terpukul oleh resesi
dunia. FDP menolak gagasan Kanselir Schmidt akan defisit dalam
RAPBN 1983 guna membiayai proyek yang membuka kesempatan kerja.
Tingkat pengangguran kini melebihi 7%, cukup serius. Sebaliknya,
FDP melihat inflasi, kini di atas 5%, akan meningkat bila
defisit dalam anggaran dibiarkan. FDP lebih menyukai tunjangan
sosial dipotong untuk mengurangi defisit, tapi langkah itu
diduga tak akan populer di kalangan pengikut SPD. Menteri
Ekonomi Otto Lambsdorff dari FDP sempat membeberkan konsepnya
sepanjang 34 halaman, seolah suatu polemik terbuka dengan
Kanselirnya, tentang cara bagaimana RAPBN itu sebaiknya.
Walaupun Kanselir kini berganti, masalah itu belum akan segera
pergi bersama Schmidt. Belum jelas bagaimana pula konsep Kohl
menanganinya. "Orang Jerman tidak mengharapkan (dari Kohl) suatu
keajaiban," tulis Theo Sommer,' pemimpin redaksi Die eit, untuk
majalah News Week.
Satu-satunya hiburan bagi Schmidt ialah kritik anasir kiri dalam
partainya kini mereda terhadap dirinya. Dan Gerakan Hijau,
pecinta lingkungan hidup yang antinuklir dan menentang
penempatan senjata nuklir Amerika di Eropa diduga akan
mengalihkan sasaran kritiknya pada Kanselir Kohl.
Helmut Kohl, 52 tahun, bila dibandingkan dengan Schmidt, selama
ini belum meyakinkan banyak orang Jerman. Tapi kemampuannya
belum diuji. Kohl yang jangkung dan bertubuh berat jelas
dianggap tidak angkuh seperti Schmidt.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini