Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puluhan penjaga bersiaga di depan gerbang utama dan pintu masuk sebuah perpustakaan di London, British Library. Pemeriksaan superketat dilakukan terhadap setiap pengunjung yang datang. Beberapa petugas dengan cermat meneliti tas dan barang bawaan pengunjung.
Mereka yang sudah melewati pemeriksaan akan langsung memasuki sebuah ruangan khusus minim cahaya yang penuh dengan buku tebal dan hiasan jam dinding. Namun empat obyek utama inilah yang menjadi incaran: naskah asli Magna Carta, dokumen penting yang menjadi dasar pengakuan terhadap supremasi hukum di Inggris dan beberapa negara lain.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah keberadaan Magna Carta, empat naskah asli yang masih bertahan dipamerkan bersamaan di British Library selama tiga hari mulai 2 Februari hingga 4 Februari 2015. Dipersatukannya empat salinan Magna Carta itu dalam satu ruangan menjadi bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-800 British Library.
"Pameran ini menjadi kesempatan sekali dalam seumur hidup bagi para peneliti dan publik untuk melihat naskah secara berdampingan," demikian bunyi pernyataan British Library dalam situs resminya.
Uskup Katedral Salisbury June Osborne mengatakan pemindahan naskah Magna Carta dilakukan secara rahasia dengan pengamanan militer. "Tingkat keamanannya cukup tinggi. Kami juga memiliki ahli konservasi untuk memastikan pemindahan tidak mengancam naskah," kata Osborne kepada CNN, Selasa pekan lalu. Ia menolak memberi tahu kapan dan bagaimana naskah dibawa ke British Library karena alasan kerahasiaan dan keamanan.
Magna Carta—bahasa Latin yang berarti Piagam Agung—disahkan oleh Raja John pada 15 Juni 1215 di Runnymede, tepi Sungai Thames. Piagam berisi 49 butir klausul itu disepakati sang Raja untuk meredakan pemberontakan oleh para baron (tuan tanah) yang marah atas sikap kesewenang-wenangan Raja dan pengenaan pajak yang tinggi.
Pada waktu itu banyak salinan Magna Carta—yang ditulis tangan di atas perkamen kulit kambing—dikirim ke semua uskup gereja dan kepala kepolisian di seluruh Inggris. Namun, dari jumlah yang tersebar itu, hanya empat yang kini masih tersisa. Dua salinan disimpan dalam koleksi British Library, satu di Katedral Lincoln, bagian tengah Inggris, dan satu lagi di Katedral Salisbury, bagian barat daya Inggris.
Magna Carta menjadi prinsip penting supremasi hukum karena mencakup beberapa poin, antara lain tidak ada satu pun orang yang kebal hukum, hak mendapatkan pengadilan yang adil, dan batas pajak tanpa perwakilan. Piagam ini juga mengilhami konstitusi Amerika Serikat dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Walau begitu, kekuatan Magna Carta hanya bertahan 10 bulan. Merasa hak-haknya terkikis, Raja John akhirnya meminta Paus membatalkannya. Raja John menganggap Magna Carta ilegal, tidak adil, berbahaya bagi hak-hak kerajaan, dan memalukan bagi rakyat Inggris. Ia kemudian menyatakan piagam batal demi hukum selamanya. Tak lama perang saudara pecah dan Raja John meninggal karena sakit pada 1216.
Dalam rangkaian perayaan ke-800 tahun British Library, hanya 1.215 orang terpilih yang dapat menyaksikan langsung empat salinan Magna Carta pada 3 Februari 2015. Mereka dipilih secara acak dalam sebuah undian yang diikuti 43.715 pemohon dari 20 negara.
Lalu, pada 4 Februari, sekelompok ahli dan akademikus dunia diberi kesempatan memeriksa naskah Magna Carta yang dipamerkan secara berdampingan. Perpustakaan memberi mereka kesempatan ambil bagian dalam proyek penelitian besar untuk mengamati perbedaan dalam teks, tulisan tangan, dan kondisi petunjuk masa lalu, yang didanai Arts and Humanities Research Council.
Claire Breay, kurator naskah kuno Abad Pertengahan di British Library, mengatakan Magna Carta merupakan salah satu dari banyak dokumen di dunia, dan salah satu yang penting di British Library. "Magna Carta adalah naskah paling populer dalam kekayaan galeri perpustakaan, dan dihormati di seluruh dunia saat mulai merayakan pemerintahan yang berkonstitusi," katanya.
Meski naskah Magna Carta ditulis tangan dalam bahasa Latin, publik mengerti pentingnya makna simbolis dan sejarah dari dokumen ini sebagai dasar kebebasan dan hak asasi manusia. "Ini adalah kesempatan besar untuk melihat keempatnya. Masih banyak yang tak tahu sejarah masing-masing, tapi dengan ini bisa kita pelajari terutama dengan cara membandingkannya," kata Chris Woods, Direktur National Conservation Service.
Rosalina (CNN, Reuters, British Library, The Guardian, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo