Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berubah nada khotbah di Teheran

Isyarat bahwa para sandera akan dilepas dinyatakan imam khomeinei ketika khotbah sholat jumat. iran masih menghadapi beban konflik dengan irak dan situasi politik dalam negeri. as tetap musuh utama.(ln)

31 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJELANG hari dibebaskannya 52 orang sandera Amerika, suasana di Teheran tampak tenang saja. Apalagi cuaca agak lain dari biasanya. Sampai akhir Januari salju masih belum juga turun. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, dalam musim dingin seperti ini orang sudah tak bisa lagi ke luar rumah tanpa pakaian tebal. Bagi kebanyakan penduduk, cuaca begini merupakan 'rahmat tersembunyi' dari Tuhan. Terutama di saat terbatasnya persediaan bahan bakar untuk alat pemanas. Memang sejak beberapa minggu terakhir ini, rakyat sudah tidak tertarik lagi apakah sandera itu akan dibebaskan atau diadili. Yang nampak sibuk hanyalah beberapa tokoh pemerintahan Iran, termasuk PM Mohammad Ali Rajai dan Behzad Nabavi, Menteri Negara Urusan Pemerintahan yang ditugaskan sebagai ketua perundingan. Presiden Abolhassan Bani Sadr -- yang sebelumnya begitu gigih untuk membebaskan sandera -- lebih banyak diam. Ia kelihatan menjauhkan diri dari masalah sandera setelah dibukanya perundingan Iran-AS lewat perantara Aljazair, awal November lalu. Namun pembebasan sandera bukanlah diputuskan tanpa perhitungan. PM Rajai tahu betul bahwa Ayatullah Khomeini adalah kunci segala masalah, dan rakyat pasti akan patuh pada apa pun yang diucapkannya. Dua minggu sebelum sandera dibebaskan, Rajai mengunjungi Khomeini di kediamannya di Jamaran, Teheran Utara. Ia melaporkan perkembangan perundingan yang sulit, hampir menemui jalan buntu, dan didesak oleh batas waktu yang diberikan Presiden Carter, yaitu 16 Januari. Khomeini konon memerintahkan agar menerima saja usul apa pun yang diajukan Aljazair, negara perantara. Iran rupanya sudah tidak ingin masalah sandera menjadi beban politik yang melelahkan. Di samping itu ada kepercayaan penuh bahwa Aljazair tidak akan mengkhianati Iran. Dan empat hari menjelang pembebasan sandera, Hajatoleslam Ali Khamenei menyampaikan khotbah di depan ribuan massa sholat Jumat di halaman Universitas Teheran. Koresponden TEMPO di Teheran, M. Firuz melaporkan: Seperti biasanya dengan bertongkatkan senjata dan bayonet terhunus, Imam Jumat yang bertubuh kurus ini dengan suara lantang dan sedikit lantam berkata "Iran akan membebaskan sandera sesuai dengan watak Islam yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Kita akan membuat dunia terheran-heran dengan cara kita ini." Benar, banyak orang yang heran melihat perubahan sikap yang begitu mendadak. Semula semua orang mengetahui Khamenei adalah tokoh penganut haluan keras dari tiga serangkai Behesti Rafsanjani-Khamenei. Khotbahnya sering berisi kutukan kepada si Sithon Bozorg (Setan Besar), sebutan yang dipakai kaum militan bagi AS. Tapi bagi kalangan pengamat, perubahan ini terlihat cukup punya dasar. Ini tentu saja tidak terlepas dari kebijaksanaan PM Rajai yang didukung Partai Republik Islam serta perintah Khomeini. Sholat Jumat di Universitas Teheran sudah biasa digunakan sebagai forum pengumuman kebijaksanaan pemerintah. Dan Khamenei yang memberikan isyarat akan dilepaskannya sandera itu memang bukan orang sembarangan. Ia selama ini dikenal sebagai penghubung antara Imam Khomeini dan kelompok mahasiswa militan yang menyandera staf kedutaan besar AS. Di samping jabatan Imam Jumat Ibukota -- suatu jabatan yang cukup terhormat -- ia juga penasihat militer sang ayatullah dan Sekjen Dewan Pertahanan Tertinggi. Tapi karena pernyataan 'akan dibebaskan' dan 'akan diadili' selalu datang serentak dari berbagai tokoh, isyarat yang diberikan Khamenei ini hampir tenggelam. Walaupun kemudian itu menjadi kenyataan. Dan dalam penyelesaian masalah sandera ini, peran Behzad Nabavi yang memimpin delegasi Iran dalam perundingan termasuk sangat menentukan. Semula hanya sebagai jurubicara pemerintah Rajai, ia mendadak diangkat sebagai menteri negara urusan pemerintahan ketika sedang berlangsungnya perundingan di Aljir. Sejak meletusnya revolusi Iran, kaum revolusioner seakan-akan terbagi dua. Pcrtama, kelompok Presiden Bani Sadr yang di situ termasuk Sadeq Ghotbzadeh, Ibrahim Yazdi dan teman-temannya yang mendapat pendidikan Barat. Ataupun mereka yang selama masa rezim Syah Iran hidup dalam pengasingan di luar negeri. Kedua, kelompok mereka yang terus menetap di Iran, yang secara langsung terlibat dalam aksi kekerasan melawan Syah. Dan sering harus masuk penjara. Nabavi tergolong orang yang berada di kelompok kedua. Ia seperti juga PM Rajai secara resmi bukanlah anggota Partai Republik Islam, yang dipimpin Ayatullah Behesti. Namun mereka berdua cukup dekat dengan kalangan partai para mullah itu. Dan selama masa perundingan pengaruh pertentangan antara kedua kelompok itu ternyata bisa diatasi Nabavi. Behzad Nabavi lahir tahun 1944 di Teheran. Ia menyelesaikan studinya di Universitas Polyteknik, Teheran, dari jurusan Elektronik. Ia memulai aktivitas politik dalam aksi mahasisa tahun 1959 Dan tahun 1970 ia mulai bergabung dengan kelompok gerilya kota. Ketika keluar dari persembunyian, 1973, Nabavi ditangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Dan selama di penjara ia bergabung dengan Mujahiddin Khalq, kelompok Islam sayap kiri. Tapi hubungannya dengan kelompok Mujahiddin Khalq tidak berlangsung lama. Tahun 1975 ia memisahkan diri. Dan kelompok ini sekarang melawan PRI. Sekeluarnya dari penjara tahun 1978, Nabavi bergabung dengan kelompok Islam radikal. Dan setelah meletusnya revolusi, ia bergabung dengan Komite Sentral Revolusioner di Teheran, salah satu di antara organisasi yang terkuat pada masa itu. Memang dekatnya Nabavi dengan ara mullah mungkin merupakan salah satu sebab mengapa kalangan berhaluan keras itu bisa menurunkan tuntutannya. Dan ini terutama terlihat ketika Majlis membicarakan dua peraturan yang menyangkut pembebasan sandera, pertengahan Januari lalu. Pertama, masalah kekuasaan arbitrase dalam menyelesaikan masalah kekayaan Iran di AS. Kedua, masalah nasionalisasi harta kekayaan Syah. Perdebatan selama empat jam itu ternyata lebih banyak mempersoalkan apakah masalah sandera perlu diakhiri atau tidak. "Secara politik kita sudah menang dengan fantastik," kata Nabavi, dalam sidang Majlis yang sudah tertunda selama dua hari. "Bagaimanapun superpower sudah berjanji tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Iran. Kita sudah membuat negara besar itu memberi pengakuan dan menuliskannya dalam secarik kertas," ujar Nabavi. Pernyataan Nabavi ini ternyata membuahkan hasil, meskipun ada juga usaha dari kalangan haluan keras untuk menunda dulu persetujuan itu. "Apakah revolusi sudah berakhir?" ujar Hassan Ayat, anggota Majlis dari kelompok Islam radikal. Sementara itu Hajatoleslam Mahallati secara tegas mendukung usaha pemerintah untuk menyelesaikan krisis sandera itu. "Kita sudah membiarkan pemerintah memulai perundingan melalui negara ketiga dan kita tentu saja tidak bisa menentangnya kemudian," kata Mahallati. Dengan keluarnya putusan Majlis ini pemerintah mempunyai pegangan yang kuat untuk masuk pada langkah berikutnya. Dan sejak itu suara yang menolak penyelesaian masalah sandera tak terdengar lagi. Agaknya semua sudah sependapat bahwa pembebasan sandera juga berarti berkurang beban yang menghimpit Iran. Beban itu termasuk konflik bersenjata dengan Irak. "Menahan sandera selama 14« bulan merupakan hasil terbesar dari revolusi Iran. Di samping telah tercapai tujuan yang diinginkan, yakni menunjukkan kemampuan berdiri di atas kaki sendiri dalam menghadapi sanksi perdagangan negara Barat sekaligus kita telah menyadarkan AS atas kesalahannya masa lalu," kata PM Rajai setelah sandera AS meninggalkan Teheran. AYATULLAH Khomeini rupanya tak suka membicarakannya lagi. Dalam pesannya yang disiarkan televisi ia sama sekali tidak menyinggung soal pembebasan sandera. Ia lebih prihatin dengan situasi politik dalam negeri. Soalnya ialah setelah sandera dilepas, Nabavi dalam suatu pidato televisi mengatakan bahwa Presiden Bani Sadr terus mengikuti perkembangan jalannya perundingan. Tapi keesokan harinya, Bani Sadr membantah berita itu. Ia menyatakan tidak pernah diberitahu. Ini tentu saja akan membuka peluang munculnya soal baru di kalangan kaum revolusioner. Koran Revolusi Islam, yang biasanya mencerminkan pendapat Bani Sadr, dalam tajuknya awal pekan ini mengecam Rajai yang "membius rakyat Iran". Tidaklah benar pembebasan sandera itu sesuai dengan persyaratan Khomeini, tulis koran itu. Tapi apakah dengan pembebasan sandera ini hubungan AS dan Iran akan pulih? Ayatullah Mohammad Behesti dalam suatu jumpa pers tegas menyatakan, "Iran tetap menganggap AS sebagai musuh utama, dan tidak ada kemungkinan bagi suatu pendekatan." Yang jelas, pembebasan sandera adalah penyelesaian bab pertama. Setelah itu, masih ada soal lain? yaitu pelaksanaan persetujuan Aljir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus