Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Biden Bakal Rayu Donald Trump Tak Tinggalkan Ukraina

Donald Trump akan diminta Biden untuk terus membantu Ukraina dalam berperang melawan Rusia.

11 November 2024 | 16.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mencoba meyakinkan Presiden terpilih Donald Trump agar tidak menarik dukungan dari Ukraina saat ia menjabat, kata penasihat keamanan nasional Jake Sullivan. Biden akan menyampaikan pidatonya kepada Trump, saat keduanya bertemu pada hari Rabu untuk pertemuan transisi Gedung Putih, kata Jake Sullivan dalam wawancara dengan program CBS News Face the Nation pada hari Minggu. Trump telah berulang kali mengecam bantuan AS ke Ukraina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Presiden Biden akan memiliki kesempatan selama 70 hari ke depan untuk menyampaikan pendapatnya kepada Kongres dan pemerintahan yang akan datang bahwa Amerika Serikat tidak boleh meninggalkan Ukraina, karena meninggalkan Ukraina berarti akan semakin banyak ketidakstabilan di Eropa," kata Sullivan dilansir dari Reuters.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Biden akan menyampaikan argumen bahwa kita memang membutuhkan sumber daya berkelanjutan untuk Ukraina setelah masa jabatannya berakhir,” kata Sullivan.

Di bawah Biden, pemerintah AS telah berkomitmen memberikan bantuan sekitar US$ 174 miliar kepada Ukraina saat negara itu berperang melawan Rusia. Biden juga melobi sekutu NATO lainnya untuk terus memberikan dukungan.

Namun, Donald Trump telah berulang kali mengecam bantuan untuk Ukraina. Ia mengatakan akan mengakhiri perang dengan Rusia dalam sehari. Dia juga telah menyarankan Ukraina untuk menyerahkan wilayah agar berdamai dengan Rusia. Namun usulan Trump ini ditolak Ukraina.

Menurut laporan Washington Post pada hari Minggu, Trump berbicara kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis pekan lalu. Trump mendesaknya untuk tidak meningkatkan perang di Ukraina.

Walaupun Trump belum menguraikan secara terperinci bagaimana ia berencana untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 2,5 tahun tersebut, Wakil Presiden terpilih JD Vance telah memberikan gambaran kasar. "Yang mungkin terlihat adalah garis demarkasi saat ini antara Rusia dan Ukraina, yang menjadi seperti zona demiliterisasi," kata Vance dalam podcast Shawn Ryan Show pada bulan September.

"Ukraina mempertahankan kedaulatannya yang independen, Rusia mendapat jaminan netralitas dari Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO, tidak bergabung dengan beberapa lembaga sekutu ini. Seperti itulah kesepakatan akhirnya," katanya.

Karena khawatir berkurangnya dukungan dari AS di bawah Trump, Ukraina dan negara-negara anggota NATO Eropa telah berupaya keras untuk menghubungi presiden terpilih tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, memberi ucapan selamat kepada Trump atas kemenangannya dalam pemilu. "Saya menghargai komitmen Presiden Trump terhadap pendekatan perdamaian melalui kekuatan dalam urusan global. Inilah prinsip yang secara praktis dapat membawa perdamaian yang adil di Ukraina lebih dekat."

Ia menambahkan, “Kami mengandalkan dukungan bipartisan yang kuat dan berkelanjutan untuk Ukraina di Amerika Serikat.”

Kanselir Jerman Olaf Scholz juga berbicara dengan Trump melalui panggilan telepon pada Minggu malam. Scholz pada Oktober menegaskan bahwa dukungan Eropa untuk Ukraina tidak akan berhenti. “Kanselir menekankan kesediaan pemerintah Jerman untuk melanjutkan kerja sama yang sukses selama puluhan tahun antara pemerintah kedua negara,” kata juru bicara Scholz, Steffen Hebestreit, dalam pernyataan singkat.

“Mereka juga sepakat untuk bekerja sama demi mengembalikan perdamaian di Eropa.”

Sebelum Donald Trump dilantik sebagai presiden, Sullivan mengatakan AS akan mengucurkan bantuan lagi untuk Ukraina US$ 6 miliar. Sullivan mengatakan Trump dan Biden akan memiliki kesempatan untuk meninjau sikap Washington terhadap Ukraina, bersama dengan masalah kebijakan luar negeri lainnya. Keduanya juga akan membahas bagaimana Trump berencana untuk mengatasinya selama pertemuan mereka pada hari Rabu.

"Presiden akan memiliki kesempatan untuk menjelaskan kepada Presiden Trump bagaimana ia melihat berbagai hal, di mana posisinya, dan berbicara kepada Presiden Trump tentang bagaimana Presiden Trump berpikir untuk menangani isu-isu ini saat ia menjabat," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus