BELUM merosot semangat para demonstran di Teheran. Mereka masih
berkerumun di depan gedung kedutaan besar AS, sementara
penyanderaan di situ sudah memasuki minggu ke 4. Usaha diplomasi
sampai awal pekan ini -- untuk membebaskan sisa 49 sandera itu
-- tampaknya tetap tertutup. Apalagi Ayatullah Khomeini sudah
mengumumkan pihaknya tidak bersedia menerima perutusan asing
untuk membicarakan pembebasan sandera tersebut selama Syah Reza
Pahlevi yang kini terbaring di rumahsakit New York, belum
dikembalikan ke Iran.
Sementara itu di AS, demonstrasi anti Iran berlangsung sama
meriahnya. Itu tercermin juga dari aksi sekelompok pemuda di
depan Masjid Washington (lihat box). Bahkan Joe Conforte,
pengusaha rumah pelacuran Mustang Ranch di Reno tidak mau
ketinggalan. Di pintu gerbang rumah pelacuran itu dia memasang
papan pengumuman: "Tak seorang pun mahasiswa Iran yang diizinkan
memasuki tempat ini sebelum sandera dibebaskan."
Kemelut penyanderaan ini memang melibatkan rakyat Amerika secara
emosional. Umpamanya Khomeini telah membebaskan 13 sandera
wanita dan kulit hitam AS, namun kalangan kulit hitam di AS
tetap mengecamnya.
Pendeta Jesse Jackson, tokoh kulit hitam AS yang dekat denan
PL0, mengecam tindakan mahasiswa Iran itu sebagai 'taktik
teroris'. Dan Pendeta Joseph Lowery -- juga tokoh kulit hitam
-- mengatakan, "Ayatullah harus mengerti bahwa perjuangan kami
melawan penindasan dan ketidak adilan terikat pada usaha
mengakhiri kekerasan di dunia."
Dari rangkaian konflik Iran-AS ini menonjol sikap saling
mengancam. Presiden Carter pekan lalu mengingatkan lagi bahwa
Iran akan menanggung konsekuensi berat bila ada sandera
dilukai. Ini menyusul berita bahwa para sandera akan diadili
sebagai mata-mata. Tapi Khomeini menjawab: "Setiap orang Iran
telah bersedia mati untuk melawan penyerbuan AS."
Sejumlah kapal perang AS sudah mendekati perairan Iran. Namun
Teheran menganggap itu suatu intimidasi belaka. Adalah tahap
perang ekonomi lihat Ekonomi & Bisnis) yang berlangsung.
Sementara itu berbagai kalangan di AS mulai mau meneliti kembali
sebab musabab konflik ini. Umpamanya kalangan akademis cenderung
menyalahkan tindakan pemerintah AS yang tidak memahami dasar
alami dari gerakan Khomeini. "Ini kesalahan yang serius," kata
Richard Bulliet, anggota Institut Timur Tengah, Universitas
Columbia. Menurut dia, keputusan Carter menerima Syah Iran
berobat membangkitkan rasa kekhawatiran bangsa Iran bahwa
Amerika mempunyai rencana untuk mendudukkan Syah kembali ke
tahta. AS pernah melakukannya pada tahun 1953.
Tapi sejak meletusnya revolusi Iran, Februari lalu, Carter
memang begitu hati-hati untuk menerima Syah menetap di AS,
walaupun besarnya desakan dari banyak sahabat Syah di AS. Antara
lain bekas Menlu Henry Kissinger dan David Rockefeller, Ketua
Dewan Direksi Chase Manhattan Bank, yang dikenal sebagai
simpatisan Syah Iran.
Pernah David Rockefeller mengirim lr Benjamin Keant, seorang
spesialis penyakit tropis, ke Meksiko untuk memeriksa
kesehatan. Sepulangnya dari sana Keant melaporkan bahwa Syah
menderita penyakit kanker limfoma. Joseph Reed, seorang pembantu
dekat Rockefeller yang ditugaskannya pula untuk menjadi staf
pribadi Syah, menghubungi David Newsom, pembantu Menlu AS bidang
politik (bekas Dubes AS di Indonesia). Di situ Reed menjelaskan
pada Newsom mengenai penyakit Syah, ternyata informasi itu
mengejutkan kalangan Deplu AS. Itu terjadi 16 Oktober yang lalu.
Ancaman Besar
Ketika Deplu AS membicarakan tentang penyakit Syah ini semula
Newsom berusaha meyakinkan Cyrus Vance bahwa kehadiran Syah di
AS -- walaupun dengan alasan berobat -- akan membahayakan
kepentingan Amerika. Namun setelah adanya kontak antara Kuasa
Usaha AS di Teheran, Bruce Laingen dengan PM Mehdi Bazargan dan
Menlu Ibrahim Yazdi, pemerintah AS rupanya merasa yakin tak akan
timbul kerusuhan sebagai akibat kedatangan Syah itu. Padahal
Laingen dalam pembicaraan telepon dengan Carter -- seperti
diceritakan seorang pejabat Deplu AS -- menyampaikan peringatan
Bazargan bahwa rakyat Iran tak akan bisa menerima sakitnya Syah
sebagai alasan. Bazargan dikatakan berjanji akan melindungi
kedutaan-besar AS, tapi perdana menteri itu ternyata berhenti
pula, sedang Yazdi pun tergeser.
Yang jelas sesudah mengambil keputusan bahwa Syah diterima
berobat, Carter memberitahukan Laingen melalui telepon, 20
Oktober lalu. Dan dalam suatu rapat staf, Carter sempat
bertanya, "Kalau orang Iran menyandera orang-orang kita di
Teheran, apa yang akan anda nasihatkan pada saya? "
Kini situasinya demikian genting hingga Sekjen PBB Kurt Waldheim
meminta supaya Dewan Keamanan bersidang pekan ini juga. Krisis
Iran-AS, katanya, merupakan "ancaman paling besar terhadap
perdamaian dunia sejak terjadinya krisis peluru kendali Kuba
tahun 1962."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini