Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bingung, Saling Mengancam

Penyanderaan di taheran memasuki minggu keempat. 13 sandera wanita dan kulit hitam as telah dibebaskan ada yang mengecam carter karena mengizinkan syah berobat di amerika. (ln)

1 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM merosot semangat para demonstran di Teheran. Mereka masih berkerumun di depan gedung kedutaan besar AS, sementara penyanderaan di situ sudah memasuki minggu ke 4. Usaha diplomasi sampai awal pekan ini -- untuk membebaskan sisa 49 sandera itu -- tampaknya tetap tertutup. Apalagi Ayatullah Khomeini sudah mengumumkan pihaknya tidak bersedia menerima perutusan asing untuk membicarakan pembebasan sandera tersebut selama Syah Reza Pahlevi yang kini terbaring di rumahsakit New York, belum dikembalikan ke Iran. Sementara itu di AS, demonstrasi anti Iran berlangsung sama meriahnya. Itu tercermin juga dari aksi sekelompok pemuda di depan Masjid Washington (lihat box). Bahkan Joe Conforte, pengusaha rumah pelacuran Mustang Ranch di Reno tidak mau ketinggalan. Di pintu gerbang rumah pelacuran itu dia memasang papan pengumuman: "Tak seorang pun mahasiswa Iran yang diizinkan memasuki tempat ini sebelum sandera dibebaskan." Kemelut penyanderaan ini memang melibatkan rakyat Amerika secara emosional. Umpamanya Khomeini telah membebaskan 13 sandera wanita dan kulit hitam AS, namun kalangan kulit hitam di AS tetap mengecamnya. Pendeta Jesse Jackson, tokoh kulit hitam AS yang dekat denan PL0, mengecam tindakan mahasiswa Iran itu sebagai 'taktik teroris'. Dan Pendeta Joseph Lowery -- juga tokoh kulit hitam -- mengatakan, "Ayatullah harus mengerti bahwa perjuangan kami melawan penindasan dan ketidak adilan terikat pada usaha mengakhiri kekerasan di dunia." Dari rangkaian konflik Iran-AS ini menonjol sikap saling mengancam. Presiden Carter pekan lalu mengingatkan lagi bahwa Iran akan menanggung konsekuensi berat bila ada sandera dilukai. Ini menyusul berita bahwa para sandera akan diadili sebagai mata-mata. Tapi Khomeini menjawab: "Setiap orang Iran telah bersedia mati untuk melawan penyerbuan AS." Sejumlah kapal perang AS sudah mendekati perairan Iran. Namun Teheran menganggap itu suatu intimidasi belaka. Adalah tahap perang ekonomi lihat Ekonomi & Bisnis) yang berlangsung. Sementara itu berbagai kalangan di AS mulai mau meneliti kembali sebab musabab konflik ini. Umpamanya kalangan akademis cenderung menyalahkan tindakan pemerintah AS yang tidak memahami dasar alami dari gerakan Khomeini. "Ini kesalahan yang serius," kata Richard Bulliet, anggota Institut Timur Tengah, Universitas Columbia. Menurut dia, keputusan Carter menerima Syah Iran berobat membangkitkan rasa kekhawatiran bangsa Iran bahwa Amerika mempunyai rencana untuk mendudukkan Syah kembali ke tahta. AS pernah melakukannya pada tahun 1953. Tapi sejak meletusnya revolusi Iran, Februari lalu, Carter memang begitu hati-hati untuk menerima Syah menetap di AS, walaupun besarnya desakan dari banyak sahabat Syah di AS. Antara lain bekas Menlu Henry Kissinger dan David Rockefeller, Ketua Dewan Direksi Chase Manhattan Bank, yang dikenal sebagai simpatisan Syah Iran. Pernah David Rockefeller mengirim lr Benjamin Keant, seorang spesialis penyakit tropis, ke Meksiko untuk memeriksa kesehatan. Sepulangnya dari sana Keant melaporkan bahwa Syah menderita penyakit kanker limfoma. Joseph Reed, seorang pembantu dekat Rockefeller yang ditugaskannya pula untuk menjadi staf pribadi Syah, menghubungi David Newsom, pembantu Menlu AS bidang politik (bekas Dubes AS di Indonesia). Di situ Reed menjelaskan pada Newsom mengenai penyakit Syah, ternyata informasi itu mengejutkan kalangan Deplu AS. Itu terjadi 16 Oktober yang lalu. Ancaman Besar Ketika Deplu AS membicarakan tentang penyakit Syah ini semula Newsom berusaha meyakinkan Cyrus Vance bahwa kehadiran Syah di AS -- walaupun dengan alasan berobat -- akan membahayakan kepentingan Amerika. Namun setelah adanya kontak antara Kuasa Usaha AS di Teheran, Bruce Laingen dengan PM Mehdi Bazargan dan Menlu Ibrahim Yazdi, pemerintah AS rupanya merasa yakin tak akan timbul kerusuhan sebagai akibat kedatangan Syah itu. Padahal Laingen dalam pembicaraan telepon dengan Carter -- seperti diceritakan seorang pejabat Deplu AS -- menyampaikan peringatan Bazargan bahwa rakyat Iran tak akan bisa menerima sakitnya Syah sebagai alasan. Bazargan dikatakan berjanji akan melindungi kedutaan-besar AS, tapi perdana menteri itu ternyata berhenti pula, sedang Yazdi pun tergeser. Yang jelas sesudah mengambil keputusan bahwa Syah diterima berobat, Carter memberitahukan Laingen melalui telepon, 20 Oktober lalu. Dan dalam suatu rapat staf, Carter sempat bertanya, "Kalau orang Iran menyandera orang-orang kita di Teheran, apa yang akan anda nasihatkan pada saya? " Kini situasinya demikian genting hingga Sekjen PBB Kurt Waldheim meminta supaya Dewan Keamanan bersidang pekan ini juga. Krisis Iran-AS, katanya, merupakan "ancaman paling besar terhadap perdamaian dunia sejak terjadinya krisis peluru kendali Kuba tahun 1962."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus