RESTORAN Al-Sharq di pinggiran Kota Kuwait terguncang keras. Suasana meriah di situ hancur seketika dalam ledakan bom. Selang beberapa menit, sebuah bom meledak lagi di Al-Samiyeh, restoran tepi pantai, yang letaknya berdekatan. Pembantaian Kamis malam itu menewaskan delapan orang dan melukai sekitar 89 orang. Inilah bencana terbesar sejak Kuwait diguncang bom mobil, Desember 1983. Hari esoknya, Jumat, segera ditetapkan emir Kuwait Sheik Jaber al-Ahmed al-Sabah sebagai hari berkabung nasional. Enam korban berkebangsaan Kuwait dinyatakan mati syahid, sementara sanak keluarga yang tertimpa malapetaka masih dihantui peristiwa yang menyeramkan itu. Kabarnya, ledakan bom bermuatan 5 kg bahan peledak itu mengakibatkan lantai restoran - dalam waktu singkat - tertutup genangan darah. Anggota badan para korban terserak-serak, bahkan ada yang terjatuh di antara daging panggang yang disajikan pihak restoran. Kuwait adalah kota kedua, sesudah Beirut, yang menjadi sasaran empuk para teroris. Gagal merenggut nyawa emir Kuwait itu - dalam sebuah serangan bom mobil 25 Mei lampau - sasaran teror dialihkan kepada rakyat biasa. Dan pembantaian justru dilaksanakan Kamis malam, pada saat pengawasan polisi cukup ketat karena Gedung Majelis Nasional Kuwait baru saja di ancam diledakkan. Sejak dihajar bom mobil dan bom waktu Desember 1983, pemerintah Kuwait menunjukkan sikap tegar. "Pengeboman tidak akan menggoyahkan sikap dan tekad pemerintah," kata Wakil PM Sheik Sabah al-Ahmed al-Sabah. Ia kembali menegaskan bahwa sampai kapan pun pemerintah Kuwait tidak akan pernah tunduk pada tuntutan teroris. Seakan mengikuti siasat presiden AS Ronald Reagan, Kuwait menawarkan hadiah US$ 165.000 kepada siapa saja yang berhasil membekuk pembunuh, atau memberikan informasi yang menyebabkan teroris tertangkap. Seraya menunggu reaksi, pemerintah memperketat penjagaan. Dalam tempo 24 jam sesudah ledakan, polisi telah menangkap beberapa orang yang dicurigai, di antaranya seorang pemuda setempat dan seorang warga negara Iran. Agar teroris tidak sampai lolos penerbangan malam dihentikan dan patroli laut dilakukan sepanjang waktu. "Kita akan meningkatkan tindakan pengamanan di segala bidang," kata Mendagri Sheik Nawaf al-Ahmed al-Sabah di depan Majelis Nasional (parlemen Kuwait). "Kita akan melakukan apa saja untuk menjamin stabilitas dan keamanan Kuwait." Apakah ucapan ini ada artinya bagi Komando Jihad Islam yang, dalam sebuah pernyataan di Beirut, mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu? Mungkin, ada. Paling tidak, mereka akan melancarkan reaksi sekeras itu pula: peningkatan teror di segala bidang. Dan tampaknya Jihad Islami tidak akan berhenti sampai Kuwait membebaskan 17 pelaku pengeboman di kompleks kedutaan AS dan Prancis Desember 1983. Dalam ledakan ini enam orang Kuwait tewas, sedangkan ledakan di kedua restoran pekan lalu juga mengambil nyawa enam orang Kuwait (di samping seorang Iran dan seorang Mesir). Satu di antara mereka adalah Kolonel Khalil Ghais Abdallah, kepala biro investigasi pada Kementerian Dalam Negeri. Yang sampai kini menimbulkan tanda tanya adalah Organisasi Brigade Revolusioner Arab. Seorang penelepon gelap menyatakan kepada kantor berita Prancis AFP di Paris bahwa organisasi itulah yang bertanggung jawab untuk ledakan di Sharq dan Salmiyeh. Pernah melancarkan peringatan pada Kuwait pada 1983 berselang, mereka menyerukan agar negeri paling kaya di kawasan Teluk itu jangan mengambil sikap bermusuhan terhadap orang-orang Arab dan Palestina. Mereka juga mendesak supaya Kuwait jangan berkomplot dengan dinas rahasia Amerika CIA dan dinas rahasia Inggris. Adapun Kolonel Khalil Ghais Abdallah adalah orang yang memang mereka incar karena dianggap kejam, setidaknya dalam pengusiran ratusan orang asing, sesudah upaya pembunuhan terhadap emir Kuwait, Mei lalu. Berpenduduk 1,7 juta jiwa - hanya 50% di antaranya pribumi - Kuwait berada dalam posisi sulit. Negeri kaya ini banyak memberi bantuan uang pada PLO, Irak, Syria, tapi kelompok teroris dari sini yang justru mengancam stabilitas politik dan kedaulatan Kuwait.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini