Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah dokter dari Inggris dan tenaga kemanusiaan meluncurkan sebuah buku pedoman penyelamatan untuk membantu para petugas medis di Suriah dan daerah perang lainnya saat mengobati luka pada anak-anak yang disebabkan oleh ledakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buku itu dibuat atas permintaan para dokter asal Suriah, dimana mereka tertatih dalam merawat anak-anak dengan luka parah yang belum pernah ditemui sebelumnya. Layanan kesehatan Suriah telah dibuat morat-marit oleh perang sipil yang sudah delapan tahun berkecamuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lembaga bantuan Save the Children dalam laporannya pada Kamis, 16 Mei 2019, mengatakan hampir sepertiga luka yang dialami anak-anak di Suriah disebabkan ledakan, seperti bom bunuh diri, ranjau, serangan udara dan meriam.
Dalam laporan itu disebutkan pula pada 2017 setidaknya 5.322 anak-anak di Suriah, Yaman, Iraq, Afganistan dan Nigeria tewas atau cacat karena ledakan. Di sejumlah kasus, ada anak-anak yang terbunuh saat mereka mengambil meriam yang bentuknya kecil dan kadang berwarna-warni sehingga dikira tidak berbahaya.
Save the Children adalah salah satu oraganisasi yang membantu memproduksi buku tersebut. Rencananya, buku pedoman itu akan didistribusikan ke unit-unit darurat di wilayah barat laut Suriah dan akan juga dikirim ke Yaman, Afganistan dan Irak.
"Selama lebih dari delapan tahun kami telah melihat anak-anak sekarat di meja operasi karena mengalami luka yang sebenarnya bisa diobati. Tragis, sebenernya kematian ini bisa dicegah dengan pelatihan dasar," kata seorang dokter asal Suriah.
Bayi Karim kehilangan satu mata disebabkan perang di Ghouta, Suriah yang sangat mengerikan. [Anadolu/Twitter]
Menurut Save the Children, resiko anak meninggal karena bahan peledak lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Diperkirakan korbannya hampir tiga kali lipat dari orang dewasa di Suriah.
Save the Children mengungkapkan, tengkorak anak yang lebih tipis dan otot yang kurang berkembang menempatkan mereka pada risiko cedera otak dan kerusakan organ internal yang lebih besar. Pertimbangan masa depan juga harus diperhitungkan ketika hendak dilakukan amputasi karena bisa saja berdampak lebih buruk dan cacat seumur hidup.
Buku pedoman ini diproduksi oleh Pediatric Blast Injury Partnership (PBIP), koalisi dokter dan humanitarian Inggris yang berencana menerjemahkannya ke bahasa lain dan membuat versi software. Selama ini, sebagian besar ilmu pengetahuan tentang mengobati luka ledakan berdasarkan riset pada luka yang dialami tentara.
"Kami tahu tubuh anak-anak berbeda, Mereka bukan orang dewasa ditubuh yang kecil," kata anggota PBIP, Michael von Bertele yang juga mantan Kepala Layanan Medis Angkatan Inggris.
ALARABIYA | EKO WAHYUDI