Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bung Besar dari Gedung Putih

Badan intelijen Amerika Serikat mengumpulkan data jutaan kontak telepon ke luar negeri secara ilegal. Tak ada lagi tempat bersembunyi di Amerika.

22 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok Bung Besar dalam rekaan novelis Inggris, George Orwel, pe-lanpelan mulai muncul dalam reali-tas. Justru bukan di negara to-ta-liter, melainkan di negara paling de-mokratis: Amerika Serikat. Dalam novel bertajuk ”1984” itu, Bung Besar adalah pemimpin satu pemerintahan yang mempertahankan kekuasaan dengan- me-nebar ketakutan bahwa nega-ra sedang berperang. Selain itu, Bung Besar mengintai perilaku setiap warga negara lewat kamera di dalam rumah.

Adalah koran USA Today edisi 11 Mei lalu yang menguak perilaku apara-tus- Bung Besar ala Amerika, Badan Keamanan Nasional (NSA). Badan ini meng-awasi gerak-gerik warga negara- Ame-rika dengan mengumpulkan catat-an- telepon rakyat Amerika. Dari situ, NSA akan menganalisis pola sambung-an telepon untuk mendeteksi aktivitas- teroris. Diduga, program ini akan di-ikuti- dengan program penyadapan per-cakapan telepon dan surat elektronik- tersangka teroris tanpa izin pengadilan.

Menurut koran itu, tiga raksasa per-usahaan telepon Amerika mulai menye-rah-kan rekaman 10 juta panggilan telepon pelanggan mereka kepada NSA tak- lama setelah serangan 11 September- 2001. Ketiga perusahaan telekomunikasi itu, AT&T Corp., Verizon Communications Inc., dan BellSouth Corp., melayani 200 juta pelanggan. Sama dengan modus Bung Besar, NSA mengajukan masalah penting kepada tiga perusahaan itu: keamanan nasional dalam bahaya, dan kami butuh bantuan Anda melindungi negeri ini dari serangan Al-Qaidah.

Sepak terjang NSA mengobarkan ama-rah. ”Anda katakan 10 juta orang Ame-rika terlibat dengan Al-Qaidah?” ta-nya Senator Patrick Leahy dari kubu Demokrat. Sedangkan Senator Arlen Spec-ter, Ketua Komite Hukum Senat dari kubu Republik, berniat memanggil perusahaan telepon untuk menguak isu panas ini.

Cerita koran USA Today diperkuat peng-akuan Mark Klein, teknisi per-usa-haan telepon AT&T. Klein menyaksikan- pembuatan ruang rahasia untuk NSA di kantor pusat AT&T San Francis-co pada awal 2003. Klein mengaku menemukan kabel di ruang itu yang digunakan -un-tuk- menyadap komunikasi lewat Internet. Menurut Klein, operasi sejenis berlangsung di kota lain di Pantai Barat. ”NSA telah menciptakan kemampuan bak peralatan vacuum cleaner menyedot seluruh data yang mengalir di Internet,” katanya.

Seorang pejabat senior pemerintah- yang tak mau disebut identitasnya -me-nga-ku, NSA membobol data telepon- -un-tuk mengidentifikasi tersangka te-ro-ris- Al-Qaidah. Semuanya tanpa surat pe-rin-tah pengadilan.

Pada masa lalu pejabat hukum harus- mengantongi surat perintah peng-adilan sebelum memperoleh catatan telepon-. Undang-undang telekomunikasi akan men-denda perusahaan telepon yang -me-ngumumkan data telepon tanpa pe-rin-tah pengadilan karena melanggar privasi pelanggan.

Tapi, pada Desember tahun lalu, Bush menyatakan dia punya otoritas meme-rintahkan NSA memperoleh informasi- tanpa perintah pengadilan. Kini, keti-ka kasus NSA meledak, Bush kembali- menghantui rakyat Amerika dengan- ba-yangan Al-Qaidah. ”Saya telah katakan kepada rakyat Amerika, kami akan melindungi mereka dari serangan Al-Qai-dah, dan kami akan melakukannya da-lam koridor hukum,” ujar Bush.

NSA dikenal sebagai badan intelijen mahakuasa. Didirikan pada era Presi-den Truman, 1952, saat Amerika ter-je-rat dalam Perang Korea. Tugas NSA me-lindungi Amerika dari ancaman keamanan negara asing. Tak sebagaimana badan intelijen Amerika lainnya, NSA merupakan lembaga yang sangat dirahasiakan. Bahkan pemerintah menolak- mengakui keberadaannya. Pejabat pemerintah selalu menggunakan lelucon sing-katan NSA dengan ”No Such Agency”. Badan intelijen ini dilarang melakukan spionase domestik.

Ironis, Kongres menghasilkan Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing- -(FISA) yang melindungi rakyat Ame-rika dari penyadapan ilegal. Tapi Bung Besar di Gedung Putih punya cara berbe-da untuk melindungi rakyat Amerika.

Raihul Fadjri (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus