Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA ribu orang berjejalan di jalan-jalan Kota Gaza. Mereka bernyanyi dengan penuh emosi: "Seekor anjing/Jabali/pergi, anjing lainnya/Moussa Arafat/datang." Syair itu mereka lagukan berulang-ulang sembari berbaris menuju pusat kota. Unjuk emosi besar-besaran itu terjadi Sabtu dua pekan silam ketika Kepala Polisi Nasional Palestina, Brigadir Jenderal Ghazi Jabali, dicopot. Dosa Jabaliyang dia akui sendiriadalah memperkosa sejumlah perempuan Palestina dan terlibat penyelundupan jutaan dolar.
Arafat lantas bergerak cepat untuk mereformasi badan kepolisian itu. Eh, warga Gaza makin marah. Pasalnya, yang dipasang Arafat di posisi itu adalah sepupunya sendiri, Kolonel Moussa Arafat, yang juga punya sejumlah riwayat tak sedap. Dia dikatakan sebagai salah satu tokoh di bidang keamanan Palestina yang amat korup. Maka, pecahlah kemarahan rakyatreaksi terburuk dalam 10 tahun terakhir. Pertikaian internal ini bahkan diramalkan bisa berujung pada perang saudarajika Arafat tak pandai-pandai meredam-nya.
Kerusuhan itu secara tak langsung melibatkan dua petinggi militer lain: Abdel Razzek al-Majeida dan Ismail Jaber. Keduanya berkuasa di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Tadinya terpental oleh Moussa, wewenang mereka dipulihkan kembali oleh Arafat pada Senin pekan silam. Inilah profil pendek mereka.
Moussa Arafat
Mantan kepala intelijen militer di era 1990-an ini adalah sepupu Yasser Arafat. Dikenal ringan tangan, citranya cukup ternoda di mata rakyat Palestina. Pada 1996, Moussa menggunduli kepala dan jenggot para tahanan yang terdiri dari aktivis Hamas dan Jihad Islamiyah. Ini dianggap tindakan yang amat menghina.
Dia menempati posisi kunci sebagai komandan terpenting yang mengoperasikan terowongan antara Mesir dan Jalur Gaza. Ini kawasan yang lazim digunakan untuk menyelundupkan senjata bagi perjuangan rakyat Palestina. Namun, dia dituding mengambil keuntungan dari penyelundupan rokok dan narkoba. Belum jelas apakah praktek ilegalnya itu turut menyumbang bagi kekayaan pribadi Yasser Arafat, yang diperkirakan oleh majalah ekonomi Forbes berjumlah "sedikitnya US$ 300 juta" (setara dengan Rp 2,7 triliun). Uang sebanyak itu membikin Arafat masuk peringkat enam untuk kategori "raja, ratu, dan diktator" terkaya tahun 2003.
Abdel Razzek al-Majeida
Dia pemimpin militer veteran yang bertanggung jawab untuk keamanan di kawasan Jalur Gaza dan Tepi Barat. Posisinya terpinggirkan dengan naiknya Moussa. Lebih senior dari Moussa, dia merupakan salah seorang kepercayaan Presiden Arafat. Al-Majeida sendiri tenang-tenang saja dengan keputusan Arafat mencopotnya. Namun, ketegangan yang menyelimuti Gaza selama tiga hari itu membuat Arafat menganulir keputusannya mendongkrak Moussa. Posisi tertinggi dikembalikan kepada Al-Majeidamenjadi pemimpin tertinggi keamanan di Jalur Gaza. Dan Moussa turun menjadi orang nomor dua.
Ismail Jaber
Jenderal ini sudah mengundurkan diri sebagai pemimpin keamanan di kawasan Tepi Barat pada April 2004. Ia melakukan itu sebagai bentuk protes terhadap makin merajalelanya anarki dan lumpuhnya sistem hukum yang diterapkan Otoritas Palestina. Kasus yang membuat Jaber mengundurkan diri adalah tewasnya dua orang Palestina akibat pertikaian antar-keluarga di Ramallah.
Namun, senioritasnya membuat Arafat memanggilnya kembali untuk memegang komando keamanan di Tepi Barat. Dia menggantikan Moussa, yang hanya memegang jabatan itu selama tiga hari.
Akmal Nasery Basral (The Independent, Wikipedia)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo