Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga negara Indonesia (WNI) Ricky Suhendar melakukan perjalanan ke Timur Tengah saat Israel menggempur Gaza, Lebanon hingga Suriah. Ia bercerita, semula hendak berwisata ke Lebanon melalui Suriah. Namun akhirnya ia mengalihkan lawatan menuju Amman, Yordania. Suriah adalah negara ke-100 yang dikunjungi.
Ricky mengatakan bahwa rencana berliburnya ke Lebanon harus dialihkan karena kondisi negara itu sedang dalam pusaran konflik, terlebih usai serangan Israel. Saat itu, dia mengaku menjadi salah satu dari 10 orang turis yang tersisa di Lebanon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari Suriah langsung menuju ke Yordania dan tinggal di Yordania. Sebenarnya, rencana awal itu dari Suriah langsung ke Lebanon," kata Ricky dalam pesan suara yang diterima Tempo lewat aplikasi WhatsApp, Kamis, 10 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ricky menuturkan bahwa dirinya sempat menyiapkan berbagai akomodasi, termasuk hotel, untuk berlibur di Lebanon. Akhirnya, dia memilih Amman dan Wadi Rum di Yordania sebagai destinasi liburannya.
"Tetapi, karena kondisi Lebanon enggak aman, perbatasan Lebanon dan Suriah juga tidak aman, akhirnya memutuskan untuk cancel dan dibelokin liburannya ke Yordania," ujarnya.
Ricky bercerita bahwa perjalanan dari Suriah ke Yordania dilakukan pada 4 Oktober lalu. Dia berangkat saat fajar agar lebih mudah menembus perbatasan kedua negara itu.
Saat memulai perjalanan dari Suriah menuju Yordania masih berjalan lancar meski ada antrean panjang di belakangnya. "Saat itu diinformasikan bahwa bakal banyak orang yang meninggalkan Suriah menuju Yordania," tuturnya.
Ia mengatakan harus melalui sejumlah pengecekan ketika memasuki wilayah Yordania. Pemeriksaan itu meliputi pengecekan dokumen dan barang bawaan. "Mungkin ada 15 kali atau lebih (pengecekan). Diperiksa sama tentara," ucapnya.
Selama pemeriksaan, Ricky mengaku bahwa supir yang mengantarkannya ke Yordania juga menyelipkan sejumlah uang. Dia menduga upaya itu sebagai sogokan agar pendatang lolos dengan mudah. "Jadi, setiap ada dokumen, diselipin duit sama supirnya supaya lancar," kata Ricky.
Saat melewati kantor imigrasi, Ricky kembali menghadapi antrean panjang. Waktu itu jumlah petugas tak sebanding dengan membludaknya pengungsi dari Lebanon ataupun Suriah sehingga menjadi penyebab antrean panjang.
Ricky juga mengungkapkan kondisi di Suriah. Dia mengatakan bahwa sejumlah situs wisata di sana sepi pengunjung. Dia tak bertemu dengan WNI lain di sana. Selain genting karena serangan Israel, liburannya ke Irak juga dibatalkan karena visanya ditolak.
Setelah melawat ke Suriah dan Yordania, Ricky menuturkan bahwa dirinya kini berada di Turki. "Nanti habis Turki, baru Indonesia," ujarnya.
Israel melancarkan serangan udara menargetkan sebuah bangunan tempat tinggal di ibu kota Damaskus, Suriah, pada Selasa malam waktu setempat. Dalam serangan itu, Israel mengklaim telah membunuh pejabat Hizbullah yang berada di Suriah.
Pilihan editor: Mengenal UNIFIL, Pasukan Perdamaian PBB yang Diserang Israel di Lebanon