Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Seberapa dekat jarak waktu untuk Iran memproduksi bom nuklir setelah keluar dari perjanjian Perjanjian denuklirisasi Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action? Perjanjian ini ditandatangani Iran, 5 negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman tanggal 14 Juli 2015 di Wina, Austria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjanjian ini telah dicederai oleh AS yang mengundurkan diri tahun 2018, dan kemudian dibalas Iran yang juga memilih mundur dari kesepakatan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iran kemudian melanggar larangan yang diatur dalam perjanjian 2015 yakni tujuan memperpanjang waktu bagi Teheran untuk memproduksi bom atom, yang jika diputuskan untuk dilakukan maka setidaknya bisa diperlambat dari 2-3 bulan menjadi satu tahun. Meski Iran berkukuh tidak pernah bermaksud membuat bom nuklir. Iran mengklaim pengayaan uranium untuk proyek energi masa depan.
Setelah keluar dari perjanjian 2015, laporan pemantau nuklir PBB menyebutkan Iran melanggar berbagai aturan sehingga dengan cepat memproduksi pengayaan uranium untuk bom nuklir.
Presiden Iran Hassan Rouhani hari Kamis, 16 Januari 2020 mengatakan, pengayaan lebih banyak uranium sudah dilakukan sebelum negaranya menandatangani perjanjian 2015, seperti dilaporkan Al Jazeera.
"Kami memperkaya lebih banyak uranium sebelum kesepakatan tercapai. Tekanan terhadap Iran telah meningkat namun kami terus maju," kata Rouhani berpidato di televisi.
Rouhani melanjutkan, program senjata nuklir dalam situasi lebih baik saat ini dibandingkan sebelum perjanjian nuklir 2015 diteken.
Pengayaan uranium sudah mencapai 90 persen untuk dapat digunakan untuk menjadi senjata nuklir.
Laporan kuartal Badan Energi Atom PBB, IAEA, terakhir melaporkan pada November lalu persediaan uranium Iran sebesar 372,3 kilogram. Jumlah ini terus meningkat sejak itu.
Seorang diplomat Eropa, menurut laporan Reuters, mennujuk pada pernyataan menteri luar negeri Prancis pekan lalu bahwa Iran butuh waktu satu atau dua tahun lagi untuk membuat bom nuklir. Meski tidak jelas apakah itu berarti bahan fisil yang dibutuhkan atau senjata yang sesungguhnya.
David Albright, mantan pengawas senjata AS dan Iran menjelaskan, Teheran dapat dalam jangka waktu 5 hingga 10 bulan mengumpulkan 900 kilogram uranium yang diperkaya menjadi 4,5 persen pada tingkat saat ini.
Dengan jumlah sebanyak itu, jika disempurnakan lebih lanjut, maka Iran dapat menghasilkan 25 kilogram uranium yang dibutuhkan untuk satu bom nuklir.