Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Marco Rubio, senator Amerika Serikat dari negara bagian Florida, resmi menjabat sebagai menteri luar negeri di kabinet Presiden Donald Trump dalam masa pemerintahan keduanya mulai Selasa, 21 Januari 2025. Rubio merupakan anggota pertama kabinet Trump yang jabatannya dikonfirmasi, setelah mendapatkan dukungan suara bulat dari Senat AS.
Seluruh 99 senator memberikan suara mendukung Rubio, pada Senin, 20 Januari 2025. Saat ini terdapat satu posisi lowong di majelis Senat karena J.D. Vance, senator dari Ohio yang kini menjadi wakil presiden Trump, mengundurkan diri pada Januari. Rubio diperkirakan bakal segera mengundurkan diri dari jabatannya di Senat.
“Janji utama Trump dalam hal kebijakan luar negeri yaitu prioritas Kementerian Luar Negeri AS adalah Amerika Serikat memajukan kepentingan nasional negara ini,” kata Rubio setelah dilantik oleh Wakil Presiden Vance, seperti dikutip oleh Reuters. Ia menambahkan, tujuan kebijakan luar negeri AS lainnya di bawah kepresidenan Trump adalah “mendorong perdamaian”.
Setelah didapuk Trump menjadi menteri luar negeri pada November lalu, Rubio mengaku ia merasa terhormat atas amanat tersebut. Ia berkata, memimpin Kementerian Luar Negeri AS adalah tanggung jawab yang luar biasa.
“Sebagai Menteri Luar Negeri, saya akan bekerja setiap hari untuk melaksanakan agenda kebijakan luar negeri (Trump). Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, kami akan mewujudkan perdamaian melalui kekuatan dan selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya,” kata dia saat itu, dikutip oleh ABC News.
Gubernur Florida Ron DeSantis mengumumkan pada 16 Januari 2025 bahwa ia akan menunjuk Jaksa Agung Florida Ashley Moody untuk menggantikan jabatan Rubio di Senat.
Profil Marco Rubio
Marco Antonio Rubio, 53 tahun, adalah anggota Partai Republik yang sebelumnya menjabat sebagai senator AS dari Florida pada 2011 – 2025. Ia juga sempat memegang posisi ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Florida dari 2006 hingga 2008.
Rubio lahir di Miami, Florida, pada 28 Mei 1971, dari pasangan Mario Rubio Reina dan Oriales Rubio. Kedua orang tuanya merupakan warga Kuba yang berimigrasi ke AS pada 1956 di bawah rezim Fulgencio Batista. Orang tuanya dinaturalisasi sebagai warga negara AS pada 1975.
Ia menempuh pendidikan menengah atas di South Miami Senior High School dan lulus pada 1989 silam. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di Tarkio College, Missouri lewat jalur beasiswa sepakbola, sebelum akhirnya mendaftar di Santa Fe Community College, Florida.
Rubio memperoleh gelar Sarjana Seni dalam ilmu politik dari University of Florida pada 1993, kemudian gelar Juris Doctor dengan predikat cum laude dari Fakultas Hukum University of Miami pada 1996. Menlu pilihan Trump ini menjadi anggota DPR Florida pada Januari 2000 hingga November 2008. Ia menghabiskan waktu hampir sembilan tahun bekerja sebagai anggota di majelis rendah Kongres AS itu.
Pada 13 September 2005, di usia 34 tahun, Rubio terpilih menjadi Ketua DPR Florida ke-94 setelah tiga kandidat lainnya mengundurkan diri. Ia menjadi orang Kuba-Amerika pertama yang menduduki jabatan tersebut.
Setelah kariernya di DPR, Rubio menjadi Senator Florida mulai Januari 2011. Setahun sebelumnya, ia memenangkan pemilu dengan perolehan 49 persen suara, sedangkan rivalnya dari Partai Republik, Charlie Crist, mendapatkan 30 persen suara. Sementara itu kandidat dari Partai Demokrat, Kendrick Meek, hanya memperoleh 20 persen suara.
Rubio sempat berkampanye sebagai kandidat presiden pada Pemilu AS 2016 alih-alih mencalonkan diri kembali di Senat. Ia resmi meluncurkan kampanye presidennya pada April 2015.
Saat itu, ia bersaing langsung dengan Trump yang sama-sama berasal dari Partai Republik. Dalam pemilu awal Partai Republik, Rubio menempati posisi ketiga, kalah dari Ted Cruz dan Trump. Bahkan, Rubio dan Trump kerap mengkritik satu sama lain selama masa debat pemilu kala itu. Pada akhirnya, Rubio menangguhkan kampanyenya pada Maret 2016.
Rubio merupakan anggota tetap Komite Hubungan Luar Negeri dan Intelijen di Senat. Dari sisi kebijakan luar negeri, ia adalah pengkritik keras Cina dan pendukung Israel. Ia juga pernah mengecam genosida Rohingya di Myanmar dan invasi Rusia di Ukraina.
Sumber: ABC News | Reuters
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Presiden Yoon Suk Yeol Muncul di Sidang Pemakzulan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini