Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dari negara mee, "sepotong tulang"

Pernyataan 9 negara eropa (mee), membenarkan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat palestina & menyarankan bahwa plo perlu dihubungkan dengan setiap rundingan. plo, israel, jimmy carter menolak.

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Dari negara mee, "sepotong tulang"
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEJAK perundingan Mesir-lsrael mengenai soal otonomi Palestina terhenti Mei lalu, 9 negara Eropa (MEE) membuat inisiatif baru. Amerika Serikat yang selama ini memimpin proses mencari perdamaian di Timur Tengah merasa dijegal karena inisiatif MEE itu. Kesembilan pemimpin negara MEE, yang bertemu di Venice dua pekan lalu membenarkan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina dan menyatakan bahwa PLO perlu "dihubungkan" dengan setiap perundingan. Presiden Jimmy Carter serta-merta menolak pernyataan MEE itu. "Kami tidak akan berunding dengan PLO. Kami tidak akan mengakui PLO sebelum PLO mengakui kedaulatan Israel," kata Carter pada sejumlah wartawan asal Yahudi di Gedung Putih . Carter tampaknya ingin supaya proses persetujuan Camp David diteruskan. Tapi Carter sedang terjerat oleh kampanye pemilihan kembali presiden. Karena kampanye itu, dia menjaga reaksi golongan Amerika yang pro-lsrael. Pernyataan MEE itu menekankan agar Israel menghentikan pendudukan atas wilayah yang diperolehnya dalam perang 1967, seperti yang sudah dilakukannya di semenanjung Sinai. Pendudukan Israel itu masih berlanjut di bagian lain tanah Arab. Para pemimpin Eropa itu bahkan menilai pemukiman Israel atas wilayah Arab, seperti terjadi di Tepi Barat, suatu hambatan serius terhadap perundingan perdamaian. Pernyataan MEE juga menolak setiap tindakan sepihak Israel yang hendak mengubah status kota Jerusalem. Senator Henry Jackson juga mengecarn politik pemukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat. Jackson yang dikenal sebagai pembela gigih kepentingan Israel, menyatakan bahwa sikap "ngotot" Israel itu secara politis tidak wajar. Bahkan Senator Adlai Stevenson menyerukan agar bantuan ekonomi kepada Israel dipotong sebagai sarlksi bila negara itu tetap bersikeras. Pekan lalu usul Stevenson ditolak dalam pungutan suara di Senat AS. Sebagai reaksi aas pernyataan MEE, PM Israel Menachern Begin mengecamnya sebagai "Munich kedua". Ia membandingkannya dengan persetujuan antara PM Inggris Neville Chamberlain dan pihak Nazi Jerman di Munich tahun 1938, yang menyerahkan sebagian dari Cekoslowakia kepada pihak Nazi. Begin sudah sering menyamakan PLO dengan pasukan SS Nazi. PLO sendiri -- setelah perundingan semalam suntuk di Damaskus --ternyata menolak pernyataan MEE itu. Dianggapnya itu sebagai kapitulasi negara MEE terhadap tekanan AS. PLO menilai pernyataan itu senada dengan rencana perdamaian Camp David dan mengecamnya karena tidak mengakui PLO sebagai wakil sah dan satu-satunya dari bangsa l'alestina. Yasir Arafat mengungkapkan bahwa organisasinya tidak membutuhkan "sepotong tulang" dari pihak negara MEE untuk memperoleh haknya atas kedaulatan . Suria bernada serupa. Juga Jordania menyesalkan bahwa pernyataan MEE gagal dalam tujuan mulanya. Tak Terlalu Berkhayal Tapi Menteri Negara Mesir, Butros Ghali yang bertanggungjawab atas masalah luar negeri, menyatakan pernyataan MEE sangat bermanfaat. Ghali yang sedang berkunjung ke Negeri Belanda pekan lalu gembira bahwa negara Eropa mengakui kehadiran Palestina suatu syarat mutlak bagi keberhasilan penyelesaian di Timur Tengah. Pembicaraan direncanakan lagi di Washington awal Juli antara AS, Mesir dan Israel. Tampaknya AS bermaksud mengimbangi pernyataan MEE. Tapi menurut Presiden Anwar Sadat, Carter tak akan mungkin melepaskan diri dari cengkeraman pemilihan presiden dengan mengambil inisiatif baru dalam perundingan perdamaian di Timur Tengah. Sadat menghadapi banyak problem dalam negeri sendiri -- antara lain meningkatnya permusuhan Libia. Maka penundaan perundingan dengan Israel dinilainya mungkin ada baiknya sementara menunggu pemerintahan Begin jatuh dan digantikan oleh pemerintahan yang lebih moderat. Harapannya tidak terlalu berkhayal. Begin memang menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan pemerintahan koalisinya. Sejak awal Mei Menteri Pertahanan Ezer Weizman mengundurkan diri, kemelut dalam kabinetnya belum selesai. Sementara itu golongan ekstrim Israel meneror penduduk Arab untuk mempertahankan pemukiman di wilayah Tepi Barat. Begin tidak mencegahnya. Pada waktu Sadat mulai lebih kritis terhadap Begin, sikapnya terhadap Arab Saudi mulai mendekat. Misalnya Sadat memerintahkan agar pers Mesir mengurangi kritik tentang Arab Saudi. Ia juga melarang dan mengecam film Death of a Princess, yang sangat merisaukan pihak Saudi. Meskipun disanggah keras, menurut sumber diplomatik, hubungan tidak resmi sudah mulai diadakan antara kedua pemerintah itu. Hubungan keduanya terputus setelah Mesir menandatangani perjanjian Camp David 2 tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus