Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Si Buyung Tak Ada Lagi

Sanjay gandhi, meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat terbang yang ia kemudikan sendiri. indira gandhi dan juga india, kehilangan seorang penerus dinasti nehru. ia dikenal ambisius dan berbakat.

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Si Buyung Tak Ada Lagi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
IA pernah dicoba dibunuh, tiga tahun lalu. Tapi selamat. Tidak tersangka-sangka bahwa Sanjay, putra Perdana Menteri India Indira Gandhi awal pekan ini mati dengan cara yang tak kurang mengejutkan. Pesawat terbang layang yang ia kemudikan sendiri terbakar dan jatuh di selatan New Delhi. Umurnya baru 33 lebih sedikit. Masa depannya gemilang. Ia bukan saja putra sang Perdana Menteri dan cucu pernimpin besar India Jawaharlal Nehru, tapi juga seorang yang sejak 1975 konon disiapkan oleh ibunya untuk meneruskan kepemimpinan "dinasti Nehru" di India. Sanjay sendiri dikenal ambisius, bersemangat dan berbakat. Anak bungsu Indira ini tidak seperti kakaknya, Rajiv, seorang pilot yang kawin dengan gadis Italia dan tak tertarik politik. Sanjay misalnya, membuktikan diri bisa menang gemilang sebagai anggota parlemen dalam pemilu Januari yang lalu -- yang mengembalikan ibunya ke tahta kekuasaan. Sanjay lahir 14 Desember 1946. Ia mula-mula tertarik kepada teknik mobil, setelah kursus di pabrik mobil terkenal Rolls Royce di Derby, Inggris, di akhir tahun 1960-an. Ia lalu mencoba proyek pembangunan mobil kecil, Maruti (Dewa Angin), dan nampaknya waktu itu hanya di situlah minatnya. Tapi keadaan politik ternyata mendongkraknya ke kancah kepemimpinan negara. Ibunya di bulan Juni 1975 tiba-tiba mengumumkan keadaan darurat di seluruh India -- dan menyetop sistem demokrasi konstitusional yang berlaku sejak negara itu merdeka. Pers dibrangus. Para pemimpin oposisi dipenjarakan. Menurut para pemimpin oposisi, India waktu itu dilindas seorang diktatur. Dan ketika nampak Indira Gandhi makin lama makin banyak mendengarkan nasihat anaknya yang bungsu (serta mengabaikan rekan-rekan separtai), seorang menteri yang dipecat menyebut, bahwa bukan hanya seorang diktatur yang berkuasa di India, tapi satu setengah. Memang, tanpa kekuasaan resmi, Sanjay meletakkan pengaruhnya di mana-mana. Ibunya juga selalu memberinya kesempatan. Ia pun jadi anggota Komite Eksekutif sayap Pemuda Partai Kongres. Tapi biar pun ia dipanggil "si Buyung" (the Boy) secara mencemooh pemuda berkaca mata ini disambut hangat oleh 4,5 juta anggota muda Partai Kongres. Tak urung sebuah mingguan terkemuka India waktu itu menyanjungnya: "Kongres tua sudah mati. Panjanglah usia Kongres muda". Tapi ternyata umur kekuasaan Sanjay tak teramat panjang. Maret 1977, Indira Gandhi mencoba menyelenggarakan pemilu terbuka. Ternyata kalah. Banyak yang menyebutkan bahwa sebab kekalahan itu adalah tindakan Sanjay Gandhi, si Buyung, yang melaksanakan program keluarga berencana dengan pemandulan paksa -- hingga rakyat marah. Indira Gandhi sendiri membantah, bahwa program itu ide Sanjay. Tapi siapa pun yang jadi sebabnya, sang ibu telah jatuh dan si Buyung yang disalahkan. Mungkin akibat kekuasaannya yang terlalu besar di masa keadaan darurat, tokoh baru yang dikatrol sang ibu ini tak menyenangkan banyak orang. Tak mengherankan bila setelah ibunya tersingkir, para lawan politiknya mencoba menyeret Sanjay ke pengadilan atas tuduhan korupsi. Tapi rupanya rakyat India masih mempercayai si Buyung dan ibunya -penerus keluarga Nehru yang termasyhur itu. Januari 1980, rakyat India memilih dan memulihkan mereka kembali. Indira kemudian memang berhati-hati untuk memberi jabatan pemerintahan kepada putranya. Tapi nampak makin jelas, bahwa suatu hari Sanjay toh diharapkan akan memimpin India. Memang ada yang menyayangkan bahwa justru ketidak-sabaran Indira sendirilah yang menyebabkan anaknya kurang diterima di kalangan tua Partai Kongres, hingga ia tak bisa naik sendiri. Kini semua itu tak perlu lagi. Sanjay yang baru punya anak berusia 6 bulan tak akan lagi jadi masalah politik. Penggemar olahraga terbang layang itu pada pukul 02.15 GMT tewas bersama seorang ternannya, ketika ia mencoba naik lebih tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus