Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Deklarasi non-agresi

Ktt nato di london menghasilkan sebuah rumusan non agresi. sistem pertahanan pakta warsawa rapuh. jerman bersatu jadi ancaman. nato akan membatasi kekuatan pasukan. negara-negara barat akan membantu soviet.

14 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPAK sayap burung perdamaian terdengar di langit London, pekan lalu. Setelah 40 tahun tergusur, kini ia kembali berdendang tentang persaudaraan dan tenggang rasa. Menjanjikan hari-hari yang lebih hangat bukan hanya untuk daratan Eropa. Tapi, apakah ini cuma lagu lama? Yang paling merdu berkicau boleh jadi George Bush. Presiden Amerika Serikat inilah yang pertama mengusulkan agar negara-negara yang terlibat perang dingin saling mengulurkan "jabatan persahabatan". Caranya, saling curiga antara tetangga di Eropa Barat dan Timur harus dihapuskan. Demikian nada yang bergema di Konperensi Tingkat Tinggi NATO. Di London, Jumat lalu, organisasi pertahanan gabungan 14 negara Eropa Barat serta Amerika Serikat dan Kanada itu pun menghasilkan sebuah rumusan non-agresi. Isinya, antara lain, NATO bersedia merombak kekuatannya di Eropa. Jumlah pasukannya menjadi lebih kecil, dan persenjataan nuklir dikurangi. Ini merupakan kabar gembira bagi Mikhail Gorbachev. Peristiwa tersebut adalah bahan bakar baru dalam proses demokratisasi di negeri yang dipimpinnya. Sudah bukan rahasia lagi, perestroika dan glasnost seperti kehabisan napas belakangan ini. "Pernyataan NATO datang tepat waktu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Uni Soviet, Gennadi Gerasimov, karena "Presiden Gorbachev sedang menjadi bulan-bulanan rakyatnya." Bukan itu saja. Semenjak gerakan kemerdekaan negara-negara Eropa Timur, setahun silam, militer Soviet cuma bisa berpangku tangan menyaksikan kewibawaannya dipeloroti. Maka, para kamerad dalam seragam hijau pun ikut-ikutan resah. Di akhir Juni, misalnya, parlemen Hungaria memutuskan untuk menarik diri sepenuhnya dari Pakta Warsawa. Padahal, militer Uni Soviet telah berusaha mengalah dengan menarik pasukannya dari Hungaria dan Republik Federasi Ceko dan Slovakia. Akibatnya, sistem pertahanan Pakta Warsawa semakin rapuh. Padahal, enam juta tentaranya -- tersebar di Hungaria, Ceko dan Slovakia, Polandia, Bulgaria, Rumania, dan Jerman Timur -- selama ini menjadi pagar Uni Soviet dari ancaman para kapitalis. Namun, ancaman yang paling ditakuti kini adalah: Jerman Bersatu. Dulu, di saat Tembok Berlin masih berdiri, Jerman Barat memiliki 495 ribu tentara dan Jerman Timur 172 ribu. Logika matematika mengatakan serdadu Jerman Bersatu tentu akan mencapai 600 ribu lebih. Bukan hal yang mustahil, apalagi bila diingat keperkasaan ekonomi Jerman Barat. Rasa takut ini pula yang menjadi kendala dalam pemersatuan kedua Jerman. Bush dan pemimpin negara Eropa Barat lainnya sadar, "pernikahan" tersebut memerlukan persetujuan dari tetangga penting di sebelah Timur. Tanpa banyak ribut NATO menjamin akan membatasi kekuatan pasukan Jerman Bersatu. Sejauh apa pembatasannya, masih akan diatur setelah perundingan persenjataan biasa di Wina akhir tahun ini. Di saat rakyat Uni Soviet kelaparan, undangan dari NATO tampaknya sulit ditolak Gorbachev. Apalagi, ada pemanis berupa pinjaman kapital. Jerman Barat dan Prancis, misalnya, mengusulkan bantuan US$ 15 milyar untuk ekonomi Uni Soviet yang nyaris bangkrut itu. Toh beberapa anggota tujuh negara (AS, Kanada, Inggris, Prancis, Italia, Jerman Barat, dan Jepang) yang sedang melakukan pertemuan di Houston, AS, pekan ini, cenderung mengambil sikap hati-hati. Deklarasi Non-Agresi NATO memang masih harus disepakati bersama Pakta Warsawa. Sementara itu, peluru kendali masih saja ditudingkan ke wajah musuh kendati pemakaiannya kini dibatasi hanya sebagai "upaya terakhir". Alhasil, tampaknya burung perdamaian masih belum aman untuk terbang tinggi. Yudhi Soeryoatmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus