RUANG sidang pengadilan Manhattan, AS, begitu menegangkan, tatkala ketua dewan juri, Catherine Balton, membacakan keputusannya. Terdakwa, Imelda Marcos -- hari itu berulang tahun ke-61 -- memilin-milin rosario hitam. Bibirnya gemetar dan matanya berkaca-kaca. Tapi ketika di akhir kalimat Balton menyatakan "tidak bersalah", kontan Iron Butterfly itu meledak dalam tangis kegirangan. Bong Bong dan Irene, yang berdiri di belakangnya, langsung memeluk dan menciumi ibunya itu dengan sedu-sedan. Drama hari Selasa dua pekan lalu itu berkelanjutan. Dengan iringan lagu Happy Birthday dan God Bless America yang disuarakan 100 orang pendukungnya, Imelda dan kedua anaknya menuju ke Katedral St. Patrick. Ia berjalan di atas lutut, dari pintu masuk sampai ke depan altar -- sekitar 50 meter -- sebelum menelungkupkan diri ke lantai. Pengadilan perkara korupsi suami-istri Ferdinand Marcos yang hangat sejak Maret lalu itu kini selesai. Gerry Spence, pembela yang suka mengenakan topi koboi Stetson, telah berhasil mencuci noda Imelda di depan juri. "Satu-satunya kesalahan," katanya, "hanyalah mencintai laki-laki bernama Ferdinand Marcos selama 35 tahun." Kebetulan Imelda tergolong wanita tukang belanja nomor wahid. "Cuma gara-gara itukah dia bisa dituduh menggelapkan uang negara Filipina? Bagaimana mungkin?" Dengan honor US$ 5,9 juta (sekitar Rp 10 milyar), Spence membebaskan Imelda dari dakwaan membantu suaminya, Marcos, menggelapkan uang negara Filipina US$ 222 juta. Kesimpulan dewan juri menyatakan, bukti-bukti yang disodorkan tak cukup kuat untuk mengganjar Imelda dengan 50 tahun penjara (dan denda US$ 1 juta). "Hendaknya janganlah karena dia menikah dengan Ferdinand Marcos, kemudian dituduh turut bersalah," kata Catherine Balton. Sementara itu, juri lainnya, Thomas O'Rouke, mengatakan bahwa sejak semula pengadilan itu keliru, karena kasusnya bukan milik Amerika. "Biarlah hal ini menjadi pelajaran bagi Amerika," kata pengacara terkemuka Stanley S. Arkin kepada harian The New York Times. Jaksa Agung Dick Thonburgh merasa kecewa. "Sayang, juri tak bergeming melihat begitu banyak bukti kecurangan," katanya. Padahal, tak kurang dari 300 ribu dokumen -- mulai dari nota coretan tangan, bon, sampai ke lembaran rekening bank -- ditumpuk di ruang sidang yang terletak di Foley Square 40, Manhattan, New York. Jaksa Charles G. LaBella dan Debra A. Livingston pun tak kalah gigihnya, dengan menampilkan 95 orang saksi. Semua bukti itu ternyata tak cukup kuat, seperti juga yang dinyatakan Alan Dershowitz. Ahli hukum dan profesor Harvard University ini malah menyatakan bahwa tuduhan terhadap Adnan Khashoggi serta Noriega juga sama lemahnya. "Itulah hukum Amerika yang bergaya imperialis," katanya. Karena itu, tak heran bila Khashoggi pun dinyatakan behas dari tuduhan membantu menyimpan harta Marcos. Ia langsung mengajak Imelda makan malam untuk merayakan kemenangannya. "Saya akan ke Mekah untuk bersyukur kepada Tuhan," tutur pria berusia 54 tahun itu yang mendapat ucapan selamat dari Raja Fahd, Saudi Arabia. Impian Imelda Marcos tinggal satu: kembali ke Filipina dan menguburkan jenazah suaminya di tanah kelahirannya. Mungkin karena itulah, ia selalu mengenakan pakaian hitam dan lencana bendera Filipina di dada kirinya selama menghadiri persidangan. Sementara itu, Presiden Filipina Corazon Aquino tetap tak mengizinkannya pulang. Keputusan itu diambil Cory berdasarkan kepentingan dan keamanan Filipina. Toeti Kakiailatu (Vancouver) dan Didi P. (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini