Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Demo Tewasnya George Floyd di Inggris Larung Patung ke Laut

Demonstran kematian George Floyd di Bristol, Inggris melarung patung pedagang budak Abad 17 ke laut sebagai bentuk protes

8 Juni 2020 | 17.03 WIB

Puluhan ribu orang berkumpul di London, Inggris, berdemonstrasi dengan tema Black Lives Matter terkait tewasnya pria kulit hitam George Floyd di Minneapolis, Amerika. Reuters
material-symbols:fullscreenPerbesar
Puluhan ribu orang berkumpul di London, Inggris, berdemonstrasi dengan tema Black Lives Matter terkait tewasnya pria kulit hitam George Floyd di Minneapolis, Amerika. Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengunjuk rasa kasus kematian George Floyd di Bristol, Inggris melarung patung Edward Colston ke laut. Colston adalah pedagang budak di Abad-17 yang patungnya sudah berdiri di kota Bristol sejak tahun 1895. Beberapa tahun terakhir, keberadaan patung itu sendiri sudah menimbulkan kontroversi di Inggris.

"Pengunjuk rasa bersorak-sorai dan menduduki patung tersebut usai dijatuhkan. Mereka kemudian mendorongnya ke laut dan membuangnya ke sana," sebagaimana dikutip dari CNN, Senin, 8 Juni 2020.

Banyak pihak mendukung aksi pengunjuk rasa di Bristol tersebut. Walau begitu, tidak sedikit juga yang mempertanyakannya atau menganggapnya berlebihan. Salah satunya adalah Wali Kota Bristol, Marvin Rees.

Rees bisa memahami kemarahan komunitas kulit hitam terkait kasus kematian George Floyd di Amerika. Namun, ia khawatir pelarungan patung Colston akan menimbulkan konflik dengan warga-warga lokal yang menganggapnya sebagai bagian dari sejarah Bristol.

"Banyak yang menganggap patung Colston adalah bagian dari Bristol. Saya rasa perlu ada diskusi antar warga Bristol," ujar Rees.

Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, mengatakan hal senada. Menurutnya, pelarungan patung Colston adalah peristiwa yang memalukan.

Sementara itu, Inspektur Andy Bennet dari Kepolisian Bristol mengatakan bahwa dirinya membiarkan pelarungan itu karenan alasan taktis. Ia mengaku kecewa patung bersejarah itu dilarung, namun ia bisa memahami keresahan komunitas kulit hitam dan tidak ingin Kepolisian berkonflik dengan mereka. "Saya bisa paham kenapa pelarungan itu terjadi," ujar Bennet.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, aksi unjuk rasa George Floyd terjadi di berbagai negara sejak dirinya tewas. Floyd adalah warga kulit hitam di Minneapolis, Minnesota yang meninggal setelah kepolisian setempat menindih lehernya dengan lutut dua pekan lalu.

Hingga berita ini ditulis, unjuk rasa sudah berlangsung lebih dari sepekan. Beberapa di antaranya berujung kerusuhan dan penjarahan di mana warga bertarung dengan aparat keamanan.

ISTMAN MP | CNN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus