Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Di ambang habisnya (pendukung) ...

Cory aquino menolak salvador laurel menyampaikan pesan rahasia dari marcos. ia tidak akan pernah mengizinkan marcos kembali ke filipina. ia menaruh curiga atas langkah-langkah politik laurel.

11 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESEHATAN bekas Presiden Ferdinand Marcos makin buruk dan situasi politik Filipina tiba-tiba saja menghangat lagi. Dua hal tersebut, sakitnya sang bekas diktator dan suasana politik di negerinya, memang ada hubungannya. Pekan lalu pro dan kontra pendapat apakah Marcos dibolehkan kembali ke tanah kelahirannya kembali ramai. Dan kali ini yang terlibat debat -- walau tak secara langsung -- adalah dua tokoh puncak Filipina: Presiden (Cory Aquino sendiri lawan wakil presidennya, Salvador Laurel. Sumber menyalanya api perdebatan adalah pemberitaan pers atas pernyataan Wakil Presiden Salvador Laurel yang baru saja menengok Marcos di Honolulu. Laurel mengatakan, keadaan bekas presiden Filipina itu sangat mengkhawatirkan. Hidup Marcos, kata Laurel, kemungkinan besar segera tamat. Orang yang kini berada di antara hidup dan mati itu berkeinginan keras mati dan dikuburkan di tanah kelahirannya. Itulah oleh-oleh Laurel dari Honolulu. Bila hanya itu yang dikatakan oleh Laurel, bisa jadi Filipina tak akan panas lagi. Tapi itulah, pers Filipina pun menulis bahwa Laurel juga berpesan agar perbedaan paham dan konlik politik apa pun di masa Marcos hendaknya sekarang dilupakan. Maksud Laurel, semua itu agar Marcos bisa pulang sebelum meninggal. Menurut pendapat sang Wakil Presiden, diizinkannya Marcos pulang akan mendorong satu kerukunan nasional di Filipina. Marcos, ujarnya lagi, bagaimanapun masih punya pengaruh terhadap stabilitas politik dalam negeri Filipina. Dan pemberlan ampun atas dirinya akan membawa kepada kesatuan nasional yang dewasa ini sangat didambakan. Suara Laurel di telinga Presiden Aquino tentu saja diterima bukan sebagai suara wakilnya. Memang, Laurel berdiri sebagai oposisi bagi Aquino. Pro-kontra kembalinya Marcos jelas menambah lebar kesenjangan antara sang Presiden dan Wakil Presiden. Aquino, yang menolak untuk bertemu Laurel yang katanya ingin menyampaikan pesan dari Marcos, menyebut kunjungan Laurel sebagai kunjungan pribadi. Bukan merupakan kunjungan seorang wakil presiden Filipina. Sebab, bila itu dianggap kunjungan resmi, Aquino menilainya sebagai isyarat bahwa pemerintah Filipina bersedia melakukan kompromi. Dan ini mencerminkan kelemahan pemerintah atas tekanan-tekanan politik sisa-sisa pendukung Marcos. Apalagi bila Marcos diizinkan pulang. Itu berarti pemerintah Aquino menjilat ludahnya sendiri. Sejak semula Aquino bersikap tegas, sama sekali tak mengizinkan kembalinya sang bekas diktator. Sebab, dalam perkiraannya, itu akan menyebabkan terganggunya stabilitas politih di negeri berpenduduk 61,5 juta itu. Bahkan ketika ibunda Marcos meninggal, tetap Marcos dilarang menginjak Filipina kabarnya jenazah ibunda itu sampai sekarang belum dikuburkan, menunggu anak lelakinya pulang. Kini Aquino tak bertambah lunak karena sakitnya Marcos. Ia justru bertambah tegas. Hidup ataupun mati Marcos tak boleh kembali ke Filipina, katanya. Dan bila memang ada "pesan rahasia" dari Marcos untuk dia, ia anjurkan agar Laurel menyebarluaskan pesan itu kepada rakyat lewat media massa, kalena hal itu bukan semata kepentingan seorang Aquino, melainkan kepentingan Filipina seluruhnya. Kepergian Laurel ke Honolulu pekan silam selama dua hari memang dipenuhi tanda tanya. Menurut dia sendiri, ia datang atas undangan keluarga Marcos, untuk menerima suatu "tawaran" Marcos buat pemerintahan Aquino. Karena Presiden Aquino tak menyetujui kepergian itu, Laurel kemudian menyatakan perjalanan itu atas prakarsa pribadi. Sementara itu, berita dari Honolulu mengatakan bahwa keadaan kesehatan Marcos 71 tahun, memang sedang kritis. Berbagai macam penyakit menyerangnya. Mula-mula ia dilarikan ke rumah sakit St. Francis karena ada pengumpulan cairan pada paru-parunya. Setelah dioperasi, timbul berbagai komplikasi, antara lain fungsi ginjalnya makin menurun. Kata Laurel, yang menemuinya selama 35 menit, Marcos diserang demam tinggi. Untuk bernapas, bekas presiden yang lari itu harus dibantu dengan alat bantu pernapasan. Menurut kabar, keinginan balik Marcos ke Filipina bukan semata karena ia sakit. Melainkan juga karena soal pengadilan. Baru sekitar sebulan lalu Pengadilan Federal di New York menuduh Marcos dan istrinya, si "kupu-kupu besi" Imelda, menggelapkan uang dan harta senilai kira-kira US$ 10 milyar. Itu dilakukannya ketika ia masih berkuasa, dan harta itu ditanamkannya dalam berbagai macam usaha, antara lain usaha real estate di Amerika. Marcos berharap dengan pulangnya ia ke tanah airnya, kalau ia mati nanti, pengadilan AS tidak akan terus-terusan menghantui keluarga yang ditinggalkannya. Sebenarnya Aquino, dalam pernyataannya beberapa lama lalu, bersedia menerima Marcos kembali kalau ia bersedia mengembalikan harta dan uang yang digelapkannya itu. Pernyataan Aquino ini bukan sekadar pernyataan semacam "utangpiutang". Pernyataan itu bagaikan pedang berrnata dua. Satu mata guna mengembalikan harta negara. Mata yang lain guna mempengaruhi pengikut setia Marcos. Jelasnya, kalau Marcos bersedia mengembalikan barang dan uang jarahan tersebut, itu berarti bahwa ia secara terbuka mengakui kecurangan yang dilakukannya. Dan itu akan dengan sendirinya menetralisasi para pengikut setia Marcos yang selalu percaya bahwa tokoh yang mereka dukung itu "bersih". Dan kini tampaknya Cory Aquino tak hanya menghadapi persoalan Marcos dan para pengikutnya. Menurut para pengamat politik Filipina, sudah sewajarnya bila kini Cory menaruh curiga atas langkah-langkah politik Wakil Presiden Salvador Laurel. Laurel tokoh yang dikenal oportunis, licin, dan cerdik, pada pemilu 1986 dulu, ketika sadar Marcos takkan bisa lagi bertahan, lalu menyeberang ke kubu Cory. Kemudian, tokoh yang populer dengan panggilan "Doy" itu terpilih sebagai mitra tanding Cory melawan Marcos-Tolentino. Dalam pemerintah baru, selain sebagai wakil presiden, mula-mula ia pun menduduki posisi menteri luar negeri. Tapi karena kecewa oleh Cory, yang dianggapnya tak punya bakat kepemimpinan, ia melepaskan Jabatan menlunya, sementara tetap menduduki kursi wakil presiden. Dan pada 1987 ia bergabung dengan golongan oposisi sayap kanan. Semua itu tentu saja sangat membuat repot Cory Aquino. Namun, Presiden, yang gemas atas oportunisme Laurel, tak bisa melakukan apa pun, memecat Laurel umpamanya. Ini karena sebagai wakil presiden ia dipilih langsung oleh rakyat, bukan diangkat oleh presiden. Di luaran terembus berita bahwa Laurel tetap mengukuhi kursi wakil presiden karena ia berambisi menjadi presiden. Yakni ketika Cory, yang dinilainya "tidak kapabel", suatu saat akan mengundurkan diri di tengah masa jabatan. Kalau penilaian Cory atas Laurel benar, langkah meminta pengampunan atas diri Marcos tentunya dilandasi oleh ambisi politik itulah. Besar dugaan, ia ingin menunggangi nama Marcos, yang maslh sangat berpengaruh di kalangan tertentu masyarakat Filipina. Dan bila ini benar pula, menurut kalangan politik Filipina, Laurel telah menempuh jalan yang salah. Marcos, baik pribadinya sendiri maupun namanya, sudah sulit berkibar lagi di pentas politik Filipina. Bahkan di Provinsi Ilocos Norte sendiri, tempat kelahiran sang bekas diktator, orang sudah berangsur-angsur sadar dari mimpi mereka tentang kembalinya sang pemimpin. Tokoh-tokoh provinsi yang dulu begitu dekat dengan Marcos, dan mendapat keuntungan dari itu, berangsur-angsur mulai menanggalkan ingatan tentang Marcos. Memang, di Manila masih terdapat sejumlah pendukung Marcos yang kadang kala turun ke jalan menyuarakan kritiknya terhadap Aquino. Tapi kabarnya jumlah mereka makin merosot, mungkin karena berita-berita tentang korupsi Marcos makin kuat. Tampaknya, tiadanya Marcos nanti akan makm menyusutkan jumlah pengikutnya. Inilah mungkin salah satu taktik Aquino menghancurkan kekuatan politik Marcos di Filipina.A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum