Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemakmuran yang mengalir di Kerajaan Malaysia selama pemerintahan Mahathir Mohamad terpatri pula di seantero ruang kerja penggantinyaAbdullah Ahmad Badawi, 65 tahun. Resmi bertugas sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru pada 1 November 2003, Badawi menempati sebuah kantor yang nyaman dan megah di lantai 5 Bangunan Perdana Putra, Putrajaya, Kuala Lumpur. Kamar seluas 150 meter persegi itu didominasi warna cokelat dan marun dengan elemen-elemen kayu, batu, dan kain dalam sebuah tata ruang yang elegan dan harmonis.
Badawi sendiri ibarat sesosok keharmonisan. Fasih dan santun dalam bertutur, dia lahir dari sebuah keluarga birokrat terpandang. Para pengkritiknya menyebut dia pemimpin yang lemah. Bahkan sementara pihak menilai ayah dua anak kelahiran Kampung Perlis, Pulau Pinang, 26 November 1939, ini bagai bayang-bayang Mahathir. Tapi pendukungnya mengingatkan, di balik harmoni dan persahabatan yang ditunjukkannya, Badawi bukan tanpa kekuatan. Ayahandanya pendiri United Malays National Organization (UMNO), partai yang mendapuk Mahathir dan Badawi untuk memimpin Malaysia. Berlatar belakang Islam yang kental, Badawi diharapkan kelak bisa melumerkan kekerasan hati kaum oposisi di Partai Islam Se-Malaysia (PAS).
Harus diakui, Badawi bukanlah pilihan pertama Mahathir. Sebelumnya, tiga tokoh kuat UMNO sempat menjadi putra mahkota, yakni Musa Hitam, Ghafar Baba, dan Anwar Ibrahim, tapi semuanya terpental. Sosoknya yang sama sekali berbeda dengan Mahathir segera merebakkan suara sumbang bahwa Badawi lebih merupakan penunjukan Mahathir tinimbang hasil pemilihan dalam UMNO. Komentar sang Perdana Menteri kepada TEMPO? "Sampai hari ini, dua bulan lebih sedikit, saya bersyukur kepada Tuhan, respons rakyat Malaysia dan anggota partai baik sekali." Dia mencatatkan jejak panjang sebagai birokrat dan politikus UMNO sebelum menduduki jabatan terpuncak di Malaysia.
Pekan silam, Abdullah Badawi melakukan dua hal penting: merombak kabinetnya dan melakukan kunjungan resmi pertama sebagai perdana menteri ke luar negeri, ke Indonesia. Dua hari sebelum beranjak ke Jakarta, dia menerima Faisal Assegaf, wartawan Tempo News Room, di ruang kerjanya di Putrajaya, Kuala Lumpur, untuk sebuah wawancara khusus. Berikut ini petikannya.
Kunjungan ini merupakan lawatan resmi Anda pertama ke luar negeri setelah memimpin Malaysia sejak 1 November silam. Apa saja agenda Anda selama di Indonesia?
Perlu diingat, ini adalah lawatan kehormatan. Sebagai orang yang baru menjabat perdana menteri, saya perlu mengunjungi Presiden Megawati dan pemimpin lainnya sebagai rekan sejawat. Saya bisa berbicara apa pun dengan terbuka kepada Presiden Megawati. Indonesia adalah sahabat yang akrab, negara tetangga yang penting dan utama.
Tahun depan, seperti halnya Indonesia, Malaysia akan melaksanakan pemilu. Bagaimana Anda menyikapi kaum oposisi?
Di mana ada kesesuaian, kita bisa bekerja sama. Misalnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan kedaulatan negara dan sikap menyokong perjuangan Palestina. Kita sama dalam hal ini. Bahkan, dalam perang Irak, pendirian Malaysia juga didukung oleh partai-partai pembangkang. Kita tidak ribut dalam hal-hal seperti itu.
Apakah Anda akan melakukan rekonsiliasi dengan mereka?
Jika kita bersaing dengan amat kuat dan bertentangan satu sama lain dalam konteks filosofi oposisi dalam demokrasi, apa lagi yang perlu kita damaikan? Apa yang berlaku sekarang adalah politik oposisi yang dilakukan pembangkang dan yang dilakukan partai kami. Ini dalam konteks peran dalam politik demokrasi parlemen.
Apakah pelaksanaan Akta Keamanan Dalam Negeri (ISA) akan tetap diteruskan?
Pelaksanaan ISA akan kita teruskan karena itu adalah sebuah preventive detention (penahanan sebagai langkah pencegahan terhadap tindakan makar kepada pemerintah). Kita berpendapat preventive detention adalah mustahak (tidak bisa diganggu gugat). Kalau tidak ada preventive detention, macam-macam hal bisa terjadi. Preventive berarti bertindak sebelum kena tapi ada bukti-buktinya.
Berbagai kejadian dan berita menunjukkan adanya aneka penahanan yang sewenang-wenang melalui ISA....
Siapa pun yang ditangkap dapat berkata bahwa itu sewenang-wenang. Yang salah di pengadilan bisa dikatakan tidak bersalah.
Berapa orang yang ditahan berdasarkan ISA sekarang ini?
Ada beberapa. Saya tidak ingat jumlahnya. Baru-baru ini ada yang dibebaskan, sekitar puluhan.
Apakah Anda akan meneruskan penahanan atas Anwar Ibrahim?
Soal penahanan (Anwar Ibrahim) bukan (urusan) saya. Ini adalah keputusan yang dibuat oleh pengadilan. Kedaulatan undang-undang mesti dihormati.
Bukankah penahanan tersebut mendapat kecaman dunia internasional?
Mereka akan terus mengecam. Macam-macam perkara yang kita lakukan mereka kecam. Demokrasi, sistem peradilan, seluruh rakyat, dan semuanya mereka kecam. Kalau kita mengikuti keinginan mereka hanya karena ingin menjadi populer seperti mereka, artinya kita mengabaikan tanggung jawab kepada negara kita sendiri.
Bukankah penahanan Anwar merupakan kelanjutan dari pertentangan politik antara dirinya dan Mahathir?
Apa pun yang terjadi antara dia dan Mahathir itu lain ceritanya. Tapi yang terjadi di pengadilan lain. Pada saat di pengadilan, Anwar dibela oleh tim pengacara yang terkenal dan andal. Setelah melalui persidangan yang lama, hakim memutuskan dia bersalah.
Selama ini, Mahathir kerap mengecam pihak Barat, yang dianggap memusuhi umat Islam dan tak adil kepada negara berkembang. Apakah Anda akan meneruskan kebijakan ini?
Ini soal prinsip dan moralitas yang kita pegang kuat. Pertama, kalau itu bertentangan dengan pendirian kita; kedua, kalau sesuatu yang terjadi itu menghina kita; ketiga, kalau sesuatu yang terjadi tersebut mengancam kedaulatan dan integritas negara kita; maka kita mesti mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang keras dan tegas. Jenis pemimpin apa yang diam saja ketika negaranya dikutuk dan diapa-apakan?
Apakah ketegasan ini Anda ambil karena kini Anda menduduki jabatan perdana menteri?
Ketika menjadi wakil perdana menteri pun saya biasa mengeluarkan pernyataan mengenai perkara-perkara yang terjadi, ketika orang Islam digambarkan dengan citra yang buruk. Sebenarnya bukan agama Islam yang buruk, melainkan beberapa individu yang membajak dan menggunakan Islam sebagai wadah bagi mereka untuk melakukan sesuatu. Islam sendiri tidak membenarkan terorisme.
Anda tidak takut bermusuhan dengan pihak Barat dan kaum Yahudi?
Kita mesti melakukan apa yang benar. Mereka tidak bodoh. Mereka tahu kalau kita melakukan dan mengatakan yang benar. Tidak perlu ada yang kita takutkan.
Selama ini, Mahathir dipandang melakukan kebijakan represif terhadap partai oposisi. Apakah Anda akan melanjutkannya?
Ada beberapa perkara yang perlu dipahami dalam hal ini. Kita memang menentang partai pembangkang. Mereka pun menentang kita. Itu kerja partai pembangkang. Dalam politik, partai-partai senantiasa bersaing, menentang, dan tidak setuju. Dari segi itu, tak dapat kita terima mereka. Tapi, yang kedua, jangan disalahartikan pula kalau ada pihak partai terkait yang telah melakukan kesalahan dari segi undang-undang dan kita menindak mereka. Jangan hal itu dianggap sebagai tindakan anti atau hendak menekan partai pembangkang. Itu tidak betul.
Mengapa tidak betul?
Karena itu biasa juga berlaku bagi orang-orang dari partai kami yang membuat kesalahan yang sama. Jadi, kalau kebetulan orang (dari partai kami) melakukan kesalahan atas undang-undang, akan diambil pula tindakan terhadap mereka seperti halnya terhadap partai pembangkang. Sebenarnya kita menghargai kehadiran partai pembangkang dalam praktek sistem demokrasi berparlemen di Malaysia.
Bagaimana dengan kemenangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) di Negara Bagian Kelantan dan Terengganu yang tidak diakui pemerintah?
Itu soal lain. Mereka pun tidak mau mengakui kita. Mereka terus menentang. Saya adalah Perdana Menteri Kerajaan Malaysia. Dulu, ketika Mahathir menjadi Perdana Menteri Kerajaan Malaysia, mereka senantiasa menentang. Pokoknya, mereka tidak suka melihat kami terus menjadi kerajaan walaupun pilihan raya (pemilu) sudah memilihnya. Di parlemen, mereka senantiasa membangkang.
Apa reaksi Anda bila ada yang menilai Anda tak mampu menggantikan Mahathir?
Saya tak boleh membandingkan diri dengan Dr. Mahathir, tidak sama. (Dia) berpengalaman 22 tahun sebagai perdana menteri. Saya baru hendak mulai. Saya hanya melihat diri saya dalam tugas dan tanggung jawab yang diletakkan di atas bahu saya, yang saya pikul dan akan saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Apakah Anda akan melakukan perombakan besar kebijakan dalam negeri Malaysia?
Pada waktu ini belum lagi. Kita tengok dulu. Saya tak mengukur diri dengan prestasi orang lain, baik dengan Dr. Mahathir, Anwar Ibrahim, Musa Hitam, maupun Ghafar Baba. Tapi yang menggantikan Dr. Mahathir sebagai perdana menteri sayalah orangnya. Saya mengukur diri saya dari segi kemampuan melaksanakan tanggung jawab. Sampai hari ini, dua bulan lebih sedikit, saya bersyukur kepada Tuhan, respons rakyat Malaysia dan anggota partai baik sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo