Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel telah meluncurkan satu lagi serangan besar pada Senin, 3 Juli 2023 di bagian Tepi Barat yang mereka duduki. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya sepuluh warga Palestina di kamp pengungsi Jenin dan melukai sekitar 100 orang lainnya.
Operasi tersebut menandai eskalasi signifikan menyusul serangan di Jenin dua pekan lalu yang juga termasuk salah satu serangan terbesar Israel dalam beberapa tahun. Tujuh warga Palestina tewas saat itu.
Israel tampaknya meningkatkan skala serangan ke wilayah pendudukan dalam menghadapi perlawanan Palestina. Lantas, apa sebenarnya yang ada di balik serangan Israel ke Jenin? Berikut ulasannya dilansir dari aljazeera.com.
Kronologi Serangan di Jenin Pekan Ini
Pada 21 Juni 2023, Israel telah menggunakan pesawat nirawak untuk pertama kalinya di wilayah pendudukan Tepi Barat sejak 2006. Sementara pada operasi terbaru yang dimulai Minggu 2 Juli malam, Israel kembali melancarkan setidaknya 10 serangan udara di bagian Jenin yang padat penduduk.
Wilayah seluas 0,5 kilometer persegi dengan 14.000 warga Palestina yang terlantar diserbu oleh pesawat nirawak serta rudal. Insiden itu merusak bangunan dan infrastruktur, menimbulkan kepulan asap dan reruntuhan.
Setelah penyerangan, pasukan Israel mengepung kamp pengungsian menggunakan puluhan kendaraan lapis baja sebagai persiapan operasi militer darat besar-besaran yang merusak rumah-rumah serta jalanan. Sekitar 150 tank dan 1.000 tentara dari pasukan khusus elite, militer, intelijen, dan polisi berpartisipasi dalam operasi tersebut. Pintu masuk kota ditutup oleh traktor sehingga pasukan Israel lebih mudah untuk melenggang ke Jenin.
Baku tembak pun terjadi ketika pasukan Israel memasuki kamp dan berhadapan dengan para pejuang Palestina. Peluru ditembakkan tanpa pandang bulu ke tempat tinggal warga. Tentara Israel juga memutus saluran listrik, telekomunikasi, dan air sebagai “hukuman kolektif” bagi seluruh penduduk setempat.
Gebrakan Israel
Kamp pengungsi Jenin seakan menjadi rumah bagi pejuang Palestina dalam satu tahun terakhir, tepatnya ketika Israel memperluas serangan di pendudukan Tepi Barat. Para pejuang di bawah naungan Brigade Jenin, sebuah kelompok yang baru muncul, juga terdiri atas beberapa pejuang dari kelompok Jihad Islam Palestina seperti Fatah dan Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bersamaan dengan Gaza, Jenin kini menjadi simbol utama perlawanan Palestina. Jumlah pemuda Palestina yang mengangkat senjata untuk melawan Israel pun kian meningkat. Mereka menghadapi operasi militer Israel yang berupaya memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat.
Brigade Jenin hanyalah salah satu kelompok baru yang menunjukkan kekecewaan terhadap Otoritas Palestina serta frustrasi terhadap pendudukan Israel yang sedang berlangsung. Tujuan utama serangan Israel di Tepi Barat dua tahun terakhir tidak lain adalah menghancurkan kelompok-kelompok baru sebagai bagian dari operasi “Break the Wave”.
Serangan terbaru Militer Israel di Jenin turut menghantam fasilitas produksi senjata dan penyimpanan bahan peledak, termasuk merebut sebuah peluncur roket rakitan. Seorang juru bicara militer menyebut tindakan itu bertujuan untuk memecah keamanan kamp yang kini sudah menjadi “sarang lebah”. Skala operasi yang meningkat tersebut kemudian diharapkan dapat meminimalisir gesekan.
Taktik serupa mungkin bakal terus dilakukan karena pasukan Israel telah menghadapi perlawanan yang ketat di lapangan. Selama penggerebekan Juni lalu di Jenin, beberapa tentara terluka dan kendaraan mereka rusak parah akibat bahan peledak rakitan. Militer Israel kemudian menggunakan helikopter tempur untuk mendukung pasukan di darat, sesuatu yang belum pernah terjadi di pendudukan Tepi Barat selama 20 tahun.
Kekerasan terus Meningkat
Serangan pada Senin lalu terjadi ketika kekerasan dan ketegangan kian tumbuh di Israel dan Palestina. Serangan tentara Israel di Jenin dan kota-kota lain telah menjadi hal biasa selama lebih dari setahun dan secara berkala ditanggapi oleh warga Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua pria bersenjata Palestina sempat membunuh empat pemukim Israel sebelum mereka sendiri akhirnya dibunuh. Itu diikuti oleh rangkaian serangan dan penggerebekan dari para pemukim Israel yang menyerbu desa-desa Palestina untuk membakar rumah dan mobil. Israel kemudian berencana untuk membangun ribuan rumah baru di permukiman Tepi Barat yang merupakan hal ilegal menurut hukum internasional.
Analis mengatakan bahwa eskalasi di Jenin mungkin merupakan bagian dari upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menenangkan menteri sayap kanan dalam pemerintahannya sendiri. Ia saat ini tengah menghadapi tekanan domestik dari oposisi negara.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meminta Israel untuk menghentikan rencana tersebut dan menahan diri untuk tidak menggunakan kekerasan. PBB pun mengecam penggunaan senjata militer canggih oleh Israel dan memperingatkan bahwa kekerasan di wilayah pendudukan lebih berisiko untuk lepas kendali.
Ruang Operasi Gabungan Fraksi Perlawanan Palestina, sebuah kelompok penaung yang terdiri dari partai-partai politik di Gaza, telah meminta semua warga Palestina untuk bersatu di sekitar Jenin. Mereka mungkin bakal meningkatkan respons yang lebih siap terhadap penguatan operasi Israel.
NIA HEPPY LESTARI | SYAHDI MUHARRAM