Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Diagnosa Dokter M

3 Oktober 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anwar Ibrahim muncul di muka pengadilan dengan mata lebam dan mengaku dipukul hingga pingsan. Mahathir Mohamad mengatakan, Menurut banyak orang, bukan tak mungkin ia melukai dirinya sendiri.

Sorak sorai itu mendadak terhenti. Pendukung Anwar Ibrahim yang berbaur dan berdesakan dengan wartawan menyaksikan sebuah pemandangan yang tak terduga di halaman gedung pengadilan. Anwar Ibrahim, yang dikawal dengan ketat oleh polisi, memasuki gedung pengadilan. Mata kirinya tampak memar. Apakah ia telah disiksa polisi?

Pekan lalu, di hadapan sidang tertutup, Anwar mengaku sejak hari pertama hingga hari keempat, ia telah mendapat siksaan. Polisi memukulnya dengan keras pada rahang bawah, mata kiri, kepala sebelah kanan, dan leher bagian kiri hingga ia jatuh ke lantai dan pingsan. Saya ditampar dengan sangat keras sampai darah keluar dari hidung dan bibir saya, ujar Anwar kepada Hakim Hasmah Mohamad Hashim yang memimpin sidang. Bahkan, Anwar mengaku bahwa polisi menyiksanya berulang-ulang dalam keadaan mata tertutup dan tangan yang terborgol. Saya berkali-kali meminta didatangkan dokter karena rasa sakit, tapi polisi tak mengizinkan, kata Anwar. Barulah setelah dia dipindahkan ke sel tersendiri di penjara Bukit Asam pada Jumat pekan lalu, seorang dokter mengobati Anwar seadanya.

Inilah perkembangan situasi yang mengejutkan setelah awal bulan lalu Mahathir memecat Anwar Ibrahim dari jabatannya sebagai wakil perdana menteri dan menteri keuangan; memecatnya dari UMNO dan menahannya pada 20 September. Semua ini dilakukan, menurut Mahathir, atas tuduhan perilaku seks Anwar. Pemecatan dan penahanan ini telah membuat situasi politik di Malaysia semakin mencekam dan penuh dengan aksi unjuk rasa hingga akhirnya pemerintah Malaysia berhasil meredamnya--untuk sementara.

Penyiksaan terhadap Anwar kemudian diperkuat lewat hasil pemeriksaan dokter independen, Dokter Ahmad Shukri Mohammed, yang menyatakan bahwa Anwar diserang pada bagian dahi dan leher. Akibatnya, mata kiri Anwar sulit digunakan untuk melihat dan meninggalkan luka lebam di antara alis dan bulu mata. Lebam di pelipis mata itu bisa jadi disebabkan oleh aliran darah dari luka di dalam dahi kiri. Pandangan mata kirinya akan kembali normal, ujar Dokter Ahmad, sebagaimana dikutip oleh Reuters.

Anehnya, Hakim Hasmah Mohamad Hahim menyatakan tak dapat melindungi Anwar dari penyiksaan lebih jauh. Ia menolak permohonan tim pengacara agar Anwar dibebaskan dengan jaminan. Sikap hakim ini semakin mengukuhkan dugaan bahwa Anwar Ibrahim tidak akan mendapat peradilan yang independen. Apalagi, peradilan terhadap Anwar berlangsung secara tertutup. Wartawan pun dilarang masuk ke ruang sidang. Hanya Wan Azizah Wan Ismail, istrinya, dan lima anaknya yang diizinkan mengikuti jalannya persidangan.

Yang lebih menarik adalah reaksi PM Mahathir Mohamad. Perdana Menteri yang lebih dikenal dengan nama Dr. M itu--karena ia seorang dokter medis-- menyangsikan laporan medis yang membuktikan terjadi kekerasan fisik terhadap Anwar. Menurut banyak orang, bukan tidak mungkin Anwar melukai diri sendiri. Dengan melakukan hal itu, ia akan mendapat banyak manfaat. Sebab, ia dapat memperlihatkan bahwa ia telah disiksa oleh polisi, ujar Mahathir, mengemukakan diagnosis-nya di hadapan wartawan Rabu pekan lalu. Mahathir, yang kini juga merangkap menteri dalam negeri yang membawahkan kepolisian, meminta agar jangan tergesa-gesa menuduh polisi bertindak brutal terhadap Anwar sebelum ada penyelidikan. Perdana menteri yang sudah berkuasa selama 17 tahun itu menduga Anwar memprovokasi polisi dan selanjutnya polisi menggunakan kekuatan untuk menghentikan Anwar. Sebab, menurut Mahathir, tak masuk akal kalau polisi melukai Anwar sebelum persidangan. Jika memang ada kebrutalan polisi, kami akan menyelidikinya dan kami akan menindak mereka jika terlibat, tutur Mahathir.

Hasil pemeriksaan oleh dokter independen itu memicu kecaman keras, baik dari partai oposisi dan kelompok hak asasi di Malaysia maupun dunia internasional. Kami mengecam polisi karena melakukan kekerasan seperti itu terhadap warga negara yang berada di bawah tahanan polisi, ujar Elizabeth Wong, juru bicara Suaram, organisasi hak asasi manusia Malaysia. Amnesti Internasional, selain mengecam penyiksaan itu, juga mengkhawatirkan nasib tahanan politik yang tidak terkenal akan mengalami nasib yang sama. Bayangkan, tokoh penting sekaliber Anwar Ibrahim saja mengalami siksaan. Syed Hussein, Ketua Partai Rakyat Malaysia yang beroposisi, menuduh polisi memaksakan pengakuan palsu dengan cara menyiksa Anwar. Sementara itu, masyarakat dan pers Indonesia secara umum sangat menentang perlakuan pemerintah Malaysia terhadap Anwar Ibrahim. Tidak mengherankan ketika bekas wakil perdana menteri Malaysia Ghaffar Baba mengunjungi Jakarta dan mengecam pers Indonesia, ia kemudian dikecam balik atas ucapan-ucapannya yang dianggap merendahkan pers.

Di Kuala Lumpur, isu demonstrasi besar yang akan terjadi seusai salat Jumat pekan lalu ternyata memang hanya isu. Puluhan wartawan elektronik dan media cetak internasional sudah berkerumun di pintu utama National Mosque, masjid kebanggaan Malaysia yang mampu menampung 15.000 jemaah. Ternyata, seperti yang diamati wartawan TEMPO, usai salat, mereka bubar. Demikian pula suasana di Dataran Merdeka, sebuah kawasan yang terletak sekitar satu kilometer dari Masjid Negara, tidak memperlihatkan tanda-tanda sebuah aksi.

Telah layukah gerakan reformasi pro-Anwar?

Belum, jawab Otman, seorang aktivis organisasi sosial. Menurut dia, kini banyak orang yang memang ketakutan untuk bicara karena sewaktu-waktu bisa ditangkap polisi dan dikenai ISA (Internal Security Act), serangkaian peraturan yang oleh banyak negara dianggap melanggar hak asasi manusia.

Keadaan ini, menurut Otman, bagaikan api dalam sekam. Seolah-olah semua tengah berjalan lancar tapi diam-diam orang terus menggunjingkan tindakan pemecatan, penahanan, dan penganiayaan terhadap Anwar. Dan, bagi Otman, rakyat tidak percaya atas tuduhan itu. Mahathir jangan khilaf, rakyat Malaysia tidak bodoh, ujarnya berapi-api.

Rakyat Malaysia mungkin akan mengikuti persidangan terhadap Anwar Ibrahim yang cukup panjang. Untuk persidangan ini saja, Anwar menghadapi enam tuduhan dari kejaksaan. Empat di antaranya adalah tuduhan perilaku seksual terhadap empat orang lelaki. Sedangkan dua tuduhan lain adalah tindakan Anwar menyuap pejabat pemerintah untuk menguatkan bantahan Umi Hafilda Ali dan Azizan Abubakar terlibat perbuatan sodomi dengan Anwar, dan tindakan Anwar menyuap Badan Anti Korupsi. Dua tuduhan terakhir ini berdasarkan pada Ordonansi Darurat No. 22 Tahun 1977. Untuk tuduhan itu Anwar diancam hukuman kurungan maksimal 20 tahun. Selain itu, Anwar masih harus menghadapi tuduhan yang berdasarkan UU Keamanan Negara. Anwar menolak semua tuduhan jaksa. Saya tidak bersalah, katanya tegas.

Dunia kini tengah memandang ke Malaysia, seperti halnya pada April dan Mei lalu, Indonesia menjadi pusat perhatian. Mungkin saja gerakan reformasi di Malaysia akan berhasil, mungkin juga tidak--mengingat situasi ekonomi Malaysia yang tidak seburuk krisis di Indonesia. Apa pun resep Dr. M terhadap negerinya, perseteruannya dengan Anwar ini justru telah menjadi bumerang baginya.

R. Fadjri (Jakarta) dan Asikin Hasan (Kuala Lumpur)

-------------------------------
Hari-Hari Mahathir vs. Anwar

2 September 1998
Mahathir memecat Anwar Ibrahim dari jabatan wakil perdana menteri dan menteri keuangan

3 September 1998
Giliran UMNO mendepak Anwar dari jabatan wakil ketua

4 September 1998
Unjuk rasa mulai merebak di Malaysia

20 September 1998
Polisi mendobrak rumah Anwar dan menangkapnya. Anwar mengaku, sejak penahanan itu hingga hari keempat polisi menyiksanya hingga pingsan.

29 September 1998
Anwar muncul di pengadilan dengan mata lebam.

Kecaman lebih keras justru datang dari pemerintah Australia dan Amerika. Saya prihatin karena ada perilaku otoriter yang lebih memalukan di negara itu (Malaysia), ujar Perdana Menteri Australia John Howard. Sedangkan pemerintah Amerika, lewat pernyataan Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, James Foley, meminta agar pemerintah Malaysia segera menyelidiki laporan penyiksaan terhadap Anwar. Jika terbukti, pelaku penyiksaan harus dihadapkan ke pengadilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus