Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rekor dalam Sejarah Internet

Hanya dalam waktu dua hari sejak dipubikasikan di internet, sedikitnya enam juta pengunjung mengakses situs yang memuat laporan Starr tentang skandal seks Clinton. Rakyat Amerika diguncang rasa malu kolektif.

3 Oktober 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berhakkah masyarakat dunia untuk ikut mengetahui skandal seks Bill Clinton? Masyarakat Amerika Serikat --walau ada yang tidak setuju-- mungkin saja merasa berhak tahu skandal seks yang dilakukan presidennya. Jaksa independen Kenneth Starr yang telah menghabiskan miliaran dollar uang rakyat untuk meneliti skandal Clinton-Lewinsky mungkin juga merasa harus memberi tahu publik. Tapi adakah warga dunia juga punya hak untuk tahu?

Setuju atau tidak, nyatanya Kongres AS memilih internet untuk memberitahukan skandal yang dilakukan Clinton. Maka siapa pun yang punya akses ke internet bisa mengetahui aib sang Presiden. Ibarat ditelanjangi, warga dunia kini bisa memuaskan diri untuk memelototi potret telanjang presiden negara adi kuasa itu. Laporan Starr setebal 445 halaman yang dipublikasikan melalui internet sejak Jumat pekan lalu itu memang dengan rinci memaparkan perilaku seksual Clinton yang "ganjil".

Seperti bisa diduga, situs-situs yang memuat skandal Clinton-Lewinsky kebanjiran pengunjung. Ketika skandal itu ditayangkan, segera saja jaringan internet (website) mendadak bagai Jalan Sudirman, Jakarta sewaktu bubaran kantor. Kecepatan akses melambat karena kontan web itu diserbu pada waktu bersamaan. Tujuh situs resmi pemerintah semacam House.gov, atau Thomas.loc.gov yang biasanya sepi-sepi saja, menjadi seperti bank yang tak henti-henti di-rush nasabahnya. Komite Hukum Kongres mencatat, pada hari pertama laporan Starr dimunculkan, terjadi sekitar 347 ribu hit per menit.

Di situs milik anggota Kongres, Thomas, pengunjung biasanya hanya membutuhkan waktu rata-rata sepuluh detik untuk mengakses dan 98% di antaranya berhasil masuk. "Tapi pada waktu puncak, rata-rata membutuhkan waktu 55 detik dan hanya 13 persen yang berhasil," kisah Mary Lindsay dari Keynote Systems, suatu lembaga pemantau lalu lintas internet, seperti dikutip cnet.com.

Pengakses situs-situs pemberitaan semacam CNN Interactive, NBCNews, dan ABCNews juga meluap. Perusahaan riset Relevant Knowledge mencatat lebih dari enam juta pengakses memadati situs-situs tersebut secara bersamaan, selama dua hari sejak laporan Starr diposkan. Angka itu jauh lebih besar dibanding hanya sekitar 600 ribu orang yang membaca pembelaan Gedung Putih terhadap Presiden Clinton.

Lalu lintas di situs berita terkemuka, CNN Interactive, naik dua kali lipat dibanding biasanya. Akhir pekan lalu diperkirakan ada sekitar 323 ribu hit/menit. Angka itu memecahkan rekor sebelumnya, 320 ribu hit/menit yang dicapai ketika saham industri Dow Jones anjlok, 31 Agustus. Kesibukan itu membuat situs milik juragan informasi Ted Turner tersebut harus menyiasati ledakan pengunjung dengan merampingkan dokumen-dokumen grafik dan hanya menampilkan versi teksnya saja, sehingga lebih cepat diakses.

Situs ABCNews.com setali tiga uang. Juru bicara ABCNews.com, Michelle Bergman, mengaku pada AP, akhir pekan lalu situsnya dikunjungi lebih dari delapan juta orang yang ingin melongok laporan Starr.

Menularkan malu

Kesibukan jaringan internet ini boleh dibilang yang terbesar sepanjang sejarah penayangan di internet. Sebagai perbandingan, ketika Clinton bersaksi di depan juri pada 17 Agustus silam, yang ditayangkan di situs NBC dan MSNBC hanya diakses sekitar sejuta orang.

"Saya kira ini merupakan hari terberat dalam sejarah kami," tutur Richard Gingras, wakil presiden pemrograman pengelola jasa internet @Home.

Sejarah yang diukir Clinton tentu saja bukan sejarah yang membanggakan. Yang malu bukan hanya Clinton saja, tapi juga rakyat Amerika. Senin pekan lalu, sejumlah demonstran di teater New Amsterdam di New York menyambut kedatangan Clinton sembari berteriak, "Memalukan. Memalukan’.’ Mereka membawa poster-poster yang antara lain bertuliskan The Lying King --plesetan dari judul film kartun terkenal produksi Walt Disney, The Lion King.

Menurut pengarang buku The Psychology of Shame dan profesor di Michigan State University, Gershen Kaufman, perasaan malu itu seperti penyakit menular. Siapa pun yang teridentifikasi sama dengan orang yang dipermalukan juga akan merasa terhina. Ibaratnya seperti pengendara mobil yang karena pelanggaran yang dilakukannya harus memasang stiker, yang menyatakan bahwa ia pelanggar hukum di mobilnya. Keluarganya atau siapa pun yang berada dalam mobil itu akhirnya juga akan ikut dipermalukan.

"Clinton adalah pemimpin nasional kami. Karena begitu banyak orang yang menyorotinya dan kami berada dalam satu mobil yang sama, kami jadi ikut dipermalukan, tak jadi soal seberapa besar pun kami memprotesnya," kata Kaufmann.

Menurut Kaufman rasa malu kolektif seperti ini pernah dialami Amerika ketika kalah dalam perang Vietnam. Selama satu dekade warga Amerika harus menelan rasa malu sampai kemudian Hollywood bisa mengalihkan rasa malu itu dengan membuat film-film yang berbicara tentang kedamaian. Apakah Hollywood kelak akan berbuat serupa --dan membawa pesan moral tentang kesetiaan, misalnya-- agaknya ini cuma soal waktu. Yang jelas Clinton harus siap menjadi incaran perhatian publik dan jadi bahan gunjingan meski kelak ia tak lagi jadi presiden. Mungkin Clinton sendiri tak pernah menduga bahwa "kenikmatan beberapa menit" itu akan menimbulkan ekses yang harus dibayar begitu mahal.

(Wicaksono/Bahan-bahan: internet)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus