Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Lintas Batas atau Médecins Sans Frontières (MSF) melaporkan korban pengeboman berjatuhan setiap hari di Jalur Gaza, Palestina akibat serangan Israel yang didukung Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MSF menyebut warga Gaza yang mereka rawat mengalami luka bakar parah, tulang hancur, dan beberapa tubuh yang terpotong. Sejak perang dimulai sekitar Oktober 2023, MSF telah merawat lebih dari 27.500 pasien yang mengalami cedera akibat kekerasan, dengan lebih dari 80 persen luka terkait pengeboman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tim kami terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi, menyaksikan anak-anak meninggal di lantai rumah sakit karena kekurangan pasokan, dan bahkan merawat rekan kerja serta anggota keluarga mereka sendiri,” kata manajer program medis MSF, Amber Alayyan, dalam keterangan pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Alayyan menuturkan kebutuhan medis semakin meningkat akibat serangan bertubi-tubi Israel di Jalur Gaza sedangkan akses layanan kesehatan semakin hancur. Saat ini, hanya tersisa 17 dari 36 rumah sakit yang berfungsi sebagian.
Alayyan mengatakan pihak yang berperang telah melakukan serangan di dekat fasilitas medis, membahayakan pasien, pengasuh, dan staf medis. Dia menyebur enam rekan MSF juga tewas.
Lebih lanjut, akses ke layanan kesehatan diperburuk oleh kekurangan pasokan kemanusiaan di Gaza. Otoritas Israel secara rutin memberlakukan kriteria yang tidak jelas dan tidak terduga untuk mengizinkan masuknya pasokan.
Setelah masuk ke Jalur Gaza, Alayyan menyampaikan, pasokan sering tidak mencapai tujuan akhir karena beberapa faktor, seperti tidak adanya jalan yang aman, pertempuran yang sedang berlangsung, dan penjarahan makanan serta barang kebutuhan dasar.
“Seiring meningkatnya kebutuhan medis di Jalur Gaza, kemampuan kami untuk merespons semakin terbatas. Kami tidak dapat memasukkan pasokan kemanusiaan dan medis yang cukup ke Gaza,” tutur Alayyan.
Seiring penyusutan ketersediaan layanan medis, pilihan masyarakat mendapatkan perawatan kesehatan yang sangat dibutuhkan di Gaza juga semakin terbatas. Dia menyebut perintah evakuasi berulang telah memindahkan 90 persen penduduk lokasi yang disebut sebagai zona aman--dan tetap menjadi target pengeboman Israel berulang kali.
Warga Gaza telah diimbau untuk tetap berada di area kecil seluas 41 kilometer persegi, dengan tempat berlindung, makanan, dan air yang sangat terbatas. MSF menyebut risiko penyakit semakin meningkat karena kepadatan penduduk yang tinggi. Dari dua juta jiwa di Jalur Gaza, setidaknya 12 ribu orang sangat membutuhkan evakuasi medis.
MSF mendesak pemenuhan layanan evakuasi medis bagi mereka yang membutuhkan, serta hak warga Palestina yang hanya mencari keselamatan bagi diri mereka dan keluarga mereka untuk meninggalkan Jalur Gaza.
Pilihan editor: Ini Alasan WNI di Lebanon yang Tak Mau Dievakuasi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini