Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Direktur RS Gaza Alami Penyiksaan di Penjara Israel, Ini Kesaksiannya

Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, Dr. Hussam Abu Safiya, mengalami penyiksaan dan perlakuan brutal di penjara Israel

11 Maret 2025 | 15.00 WIB

Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, menunjukkan kerusakan yang terjadi di dalam fasilitas tersebut kepada seorang reporter, 18 Desember 2024. Reuters/Stringer
Perbesar
Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, menunjukkan kerusakan yang terjadi di dalam fasilitas tersebut kepada seorang reporter, 18 Desember 2024. Reuters/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, Dr. Hussam Abu Safiya, mengalami penyiksaan dan perlakuan brutal di penjara Israel, kata seorang pengacara Palestina pada Senin seperti dilansir Anadolu dan Middle East Eye.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada akhir Desember 2024, pasukan Israel menangkap Abu Safiya di bawah todongan senjata setelah menyerbu RS Kamal Adwan dan mengakibatkan fasilitas kesehatan tersebut tidak dapat beroperasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut pernyataan Kantor Media Tawanan yang berafiliasi dengan Hamas, pengacara Palestina Ghaid Qassem berhasil mengunjungi Abu Safiya pada Kamis lalu.

Dokter Gaza itu telah ditahan lebih dari 70 hari di Penjara Ofer, sebelah barat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel, ungkapnya.

"Sejak saat pertama penangkapannya, Abu Safiya dipindahkan ke pusat penahanan Sde Teiman yang terkenal kejam di Gurun Negev, Israel selatan. Ia dikurung dalam sel isolasi selama 14 hari," ujar pengacara tersebut, mengutip pernyataan Abu Safiya.

Kesaksian dari direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza melukiskan gambaran brutal penahanan di Israel. Ini termasuk laporan penyiksaan, kelaparan dan kondisi buruk yang dipaksa dialami para tahanan.

Dr Hussam Abu Safiya dicegah untuk bertemu siapa pun, termasuk pengacaranya, sejak ditahan pada 27 Desember hingga 10 Februari.

Menurut Qassem, dokter anak itu ditangkap dan dipenjara karena menolak mematuhi perintah pengusiran oleh tentara Israel. "Ini karena hati nurani dan profesionalismenya mengharuskannya untuk tetap berada di rumah sakit, terutama dengan kehadiran puluhan pasien dan anak-anak yang terluka."

Pengacaranya merinci bahwa dia diisolasi selama 14 hari di Sde Teiman dan 25 hari tambahan di Ofer. Dia kemudian dipindahkan ke Bagian 24 di Ofer, di mana tahanan dari Gaza tetap terpisah dari tahanan lainnya.

"Periode interogasi terpanjang yang dialami Abu Safiya adalah 13 hari berturut-turut, dengan setiap sesi berlangsung antara delapan hingga 10 jam. Sepanjang waktu ini, dia menjadi sasaran pelecehan, penyiksaan, dan penyerangan tanpa henti dan brutal," kata Qassem.

Dia menambahkan bahwa para tahanan "hampir sepenuhnya terisolasi di dalam penjara", tanpa pengetahuan atau informasi tentang dunia luar, kecuali mereka diizinkan untuk dikunjungi.

Qassem mengatakan bahwa dinas intelijen secara psikologis menyiksa tahanan dengan berita kematian orang yang mereka cintai, terlepas dari apakah itu benar atau tidak.

"Situasi semua warga Palestina di dalam penjara Israel adalah bencana dan menyedihkan, tetapi secara khusus, situasi tahanan Gaza luar biasa dan lebih sulit karena mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan pemenjaraan," katanya.

Pada akhir Februari, media Israel menayangkan rekaman Abu Safiya, yang tampak kelelahan dan dibelenggu oleh kedua tangan dan kaki, dikawal oleh pasukan Israel.

Qassem mengatakan kliennya terkejut bahwa dia sedang difilmkan dan tidak diberitahu sebelum siaran.

Mengenai situasi hukum Abu Safiya, pengacara itu mengatakan pihak berwenang Israel berusaha untuk membingkai ulang kasus Abu Safiya sebagai kasus keamanan reguler untuk mengajukan dakwaan.

"Setelah serangkaian interogasi dan penyiksaan berat untuk memaksanya menandatangani apa pun yang dapat mereka gunakan sebagai bukti untuk dakwaan, mereka tidak dapat menemukan alasan apa pun terhadapnya setelah lebih dari 45 hari," katanya.

"Mereka kemudian mengembalikan kasusnya ke sebutan aslinya (pejuang ilegal), dan berkas pejuang ilegal tidak memiliki hak, baik dalam hal representasi atau dakwaan. Setiap kali, keputusan untuk memperpanjang penahanannya diperbarui.'"

Namun, Qassem mengatakan bahwa dia meninggalkan Abu Safiya dengan semangat tinggi, mengakhiri pertemuan dengan pesan berikut: "Manusia adalah sejarah, dan sejarah mereka ditentukan oleh posisi yang diambil dan dipelajari."

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus