Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Diskriminasi Rohingya Harus Dihentikan

9 Oktober 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERLAHIR dengan nama Hso Harn Fa, Harn Yawnghwe hidup sebagai eksil di Kanada sejak berusia 15 tahun. Ia dan keluarganya terpaksa hengkang dari Myanmar setelah kudeta Jenderal Ne Win, yang mengawali kekuasaan junta militer, pada 2 Maret 1962.

Pada pagi buta itu, tentara Burma mengepung kediaman ayah Harn, Sao Shwe Thaik, di Ibu Kota Yangon. Kakak lelaki Harn, Hso Hom Fa alias Myee, yang masih 17 tahun, tewas tertembus peluru. "Ayah saya yang berusia 66 tahun ditangkap," kata Harn.

Rezim militer memenjarakan Shwe Thaik, Presiden Myanmar pertama. Delapan bulan kemudian dia meninggal. "Saya tahu ada sesuatu yang salah ketika ayah saya, yang sepanjang hidupnya telah melayani rakyat, harus mati di penjara," ujarnya. Tragedi berdarah itu telah mengubah hidup Harn. "Saya melek politik sejak berumur 14 tahun."

Di pengasingan, Harn aktif dalam berbagai perundingan damai antara kelompok-kelompok etnis bersenjata di negerinya dan pemerintah serta junta militer. Pada 1997, ia mendirikan Euro-Burma Office di Brussels, Belgia, untuk mempromosikan pembangunan demokrasi di tanah air.

Dari Thailand, Harn membalas pertanyaan wartawan Tempo Mahardika Satria Hadi dan kontributor Asmayani Kusrini lewat surat elektronik, Kamis dua pekan lalu. Ia menanggapi sejumlah isu, dari kritiknya terhadap Aung San Suu Kyi hingga krisis Rohingya.

Mengapa Anda mengkritik Aung San Suu Kyi melalui surat terbuka?

Saya semakin khawatir terhadap gaya otokratis pemerintahan Suu Kyi. Namun saya tetap berusaha memfasilitasi proses perdamaian dengan kelompok etnis bersenjata. Ketika saya ditolak masuk Myanmar, artinya dia tidak menghargai pekerjaan saya dan tak ingin saya terus terlibat. Itu tidak jadi masalah. Tapi, saat isu Rohingya meledak, saya harus angkat suara.

Apa tanggapan Suu Kyi yang Anda harapkan?

Saya tidak terlalu berharap dia membaca surat itu atau menanggapinya secara positif. Dia tidak dikenal karena kerendahan hatinya. Dia akan sangat marah karena saya berani mengkritiknya di depan umum. Tapi dia perlu tahu bahwa ada batasan untuk apa yang bisa ditenggang. Saya tidak mendukungnya untuk menjadi seorang diktator atau ratu.

Mengapa Anda membela Rohingya?

Anda tidak bisa membiarkan orang-orang tak bersalah dibunuh hanya karena mereka berasal dari etnis atau agama tertentu. Itu benar-benar salah. Tidak ada pembenaran. Saya tidak setuju dengan diskriminasi puluhan tahun terhadap Rohingya oleh rezim militer.

Sebagian orang menilai Suu Kyi tak tegas dalam krisis Rohingya.

Dia jelas tidak tak berdaya. Itu hanya mitos. Dia tahu keterbatasan hukum sebelum dia mengambil alih kekuasaan. Toh, dia mengambil jabatan itu karena dia yakin bisa membuat perbedaan. Tapi dia tidak berbuat apa pun terhadap Rohingya karena dia tidak mau.

Bagaimana sikap Suu Kyi seharusnya?

Rakyat Myanmar sebagian besar beragama Buddha. Buddha mengajarkan welas asih dan toleransi. Dia bisa saja menggunakan nilai-nilai itu untuk mengendalikan kebencian rasial dan fanatisme agama. Rakyat akan mendengarnya dan melunakkan sikap. Bahkan militer pun tidak akan menentangnya karena mereka juga ingin populer dan dicintai rakyat.

Apakah militer akan benar-benar melepas kekuasaannya?

Jangan berharap militer mudah melepas kekuasaan. Namun mereka bersedia bereksperimen dengan demokrasi. Militer tak terlalu memikirkan politikus sipil karena menilai mereka korup dan mementingkan diri sendiri. Tapi Suu Kyi diberi kesempatan karena nama besarnya. Militer ingin membuktikan bahwa tanpa intervensi mereka, Suu Kyi tidak mampu memerintah negara. Perhitungan mereka tampaknya menjadi kenyataan.

Apakah Anda akan kembali ke Myanmar untuk kasus Rohingya ini?

Pemerintah tampaknya tak ingin saya terlibat. Pemerintah menganggap Rohingya tidak ada. Saya katakan, mereka telah ada selama berabad-abad. Saya pernah melihat kartu identitas nasional lama yang mengidentifikasi pemegangnya sebagai Rohingya. Buku teks sekolah juga menggambarkan orang-orang Rohingya sebagai warga Myanmar. Konstitusi 1947 mengakui Rohingya, tapi Jenderal Ne Win telah menghapusnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus