Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump berhasil merebut kembali kursi kepresidenan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS) pada Selasa, 5 November 2024. Donald Trump menang pilpres AS setelah berhasil mengumpulkan dukungan di antara pemilih Hispanik, kaum muda, dan warga Amerika yang tak mempunyai gelar sarjana. Ia memenangkan suara lebih banyak di hampir seluruh negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di antara janji kampanyenya, presiden dari Partai Republik ini berjanji untuk melindungi pekerja dari persaingan ekonomi global. Ia menawarkan berbagai proposal pemotongan pajak, sehingga meningkatkan kekuatan Trump di antara pemilih kelas pekerja dan warga Amerika nonkulit putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peningkatan paling tajam mungkin terjadi pada perubahan 14 poin persentase dalam perolehan suara pemilih Hispanik untuk Trump, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Edison Research. Sekitar 46 persen pemilih Hispanik memilih Trump, naik dari 32 persen pada pemilihan 2020 ketika Trump kalah dari Demokrat Joe Biden.
Beralih ke Trump, Kaum Hispanik Sebelumnya Dukung Demokrat
Selama beberapa dekade, kaum Hispanik sebagian besar mendukung Demokrat, tetapi perolehan suara Trump tahun ini merupakan yang tertinggi untuk kandidat presiden Republik dalam jajak pendapat yang dilakukan sejak tahun 1970-an. Suaranya sedikit lebih tinggi dari perolehan suara 44 persen yang diraih oleh George W. Bush dari Partai Republik pada tahun 2004, menurut data yang dikumpulkan oleh American Enterprise Institute, sebuah lembaga pemikir konservatif.
Di daerah-daerah tempat lebih dari 20 persen warga Amerika usia pemilih adalah Hispanik, margin Trump atas Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris meningkat sebesar 13 poin relatif terhadap penampilannya di tahun 2020 melawan Biden.
"Kaum muda Hispanik tidak memiliki daya ingat yang sama seperti kakek-nenek mereka yang memilih Demokrat selama 50 tahun," kata Giancarlo Sopo, seorang ahli strategi media dari Partai Republik yang menangani penjangkauan kaum Hispanik untuk kampanye Trump tahun 2020.
Kaum Hispanik tertarik memilih Trump karena janjinya yang menentang imigrasi. Ia berjanji melakukan deportasi massal terhadap orang-orang yang tinggal di AS secara ilegal. Banyak pemilih Hispanik mendukung posisi garis keras Trump, menurut jajak pendapat Edison Research. Sekitar seperempat responden Hispanik mengatakan sebagian besar imigran di negara itu tanpa dokumen harus dideportasi ke negara asal mereka.
"Partai Republik secara konsisten mengalahkan Partai Demokrat dalam hal menarik minat pemilih terkait ekonomi," kata Clarissa Martinez De Castro, wakil presiden Inisiatif Suara Latino UnidosUS yang nonpartisan. "Ini adalah referendum tentang ekonomi, dan itu secara konsisten menjadi isu nomor satu, dua, dan tiga bagi pemilih Hispanik."
Kamala Harris Raup Suara Perempuan
Di negara bagian medan pertempuran Arizona, negara bagian yang dimenangkan Biden pada tahun 2020, Arturo Laguna kelahiran Meksiko menjadi warga negara Amerika awal tahun ini. Ia memberikan suara presiden AS pertamanya untuk Trump, dengan mengutip konservatisme Partai Republik dan dukungannya terhadap pembatasan akses aborsi.
"Tiga hal terpenting adalah nilai-nilai keluarga, pro-kehidupan, dan agama," kata Laguna, seorang manajer perusahaan berusia 28 tahun. "Saya rasa Kamala tidak mewakili nilai-nilai tersebut."
Donald Trump memperoleh banyak suara di sebagian besar wilayah negara. Ia meraih kemenangan di kantong-kantong yag sebelumnya dikuasai oleh Partai Demokrat di masa lalu.
Trump membalikkan keadaan di Nassau County, tepat di sebelah timur New York City di Long Island, dengan memenangkan sekitar 52 persen suara di sana. Harris memenangkan 53 persen suara perempuan, sementara Trump memenangkan 55 persen suara pria.
REUTERS
Pilihan editor: Lebanon Ajukan Keluhan Resmi Ledakan Pager ke ILO