Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak pekerja Badan Pembangunan Internasional AS atau USAID bergabung dalam kebijakan “America First”. Kebijakan ini mengubah cara pemerintah federal mengalokasikan bantuan kepada seluruh dunia menjadi mengutamakan Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Minggu, 26 Januari 2025, pemerintahan Trump mengancam ‘tindakan disipliner’ terhadap para staf manapun yang tidak mendengarkan perintahnya. Tindakan ini mengarah pada pemberhentian kerja atau pemecatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reuters mencatat, Amerika Serikat (AS) merupakan negara pemberi bantuan terbesar di dunia. Diketahui pada tahun 2023, AS menyalurkan bantuannya sebesar 72 miliar dolar Amerika. Negara ini menyediakan 42 persen dari semua bantuan kemanusiaan yang dilacak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2024.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, berdasarkan perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump, membekukan hampir semua bantuan luar negeri di seluruh dunia selama 90 hari. Dalam perintahnya, bantuan pendanaan ke Israel dan Mesia menjadi pengecuaian.
“Tidak akan ada dana baru yang diwajibkan untuk penghargaan baru atau perpanjangan penghargaan yang sudah ada sampai setiap penghargaan atau perpanjangan baru yang diusulkan telah ditinjau dan disetujui … sesuai dengan agenda Presiden Trump,” tulis keterangan termuat dalam memo internal USAID.
Dinukil dari Reuters, memo bernada tajam tersebut dikirim pada Sabtu kepada 10.000 staf di USAID. Isinya arahan “penghentian kerja” dan menjabarkan harapan bagi para pekerja tentang mencapai tujuan Trump.
"Kita punya tanggung jawab untuk mendukung Presiden dalam mencapai visinya," tulis asisten administrator manajemen dan sumber daya Ken Jackson, dalam memo internal berjudul "Pesan dan Harapan untuk Tenaga Kerja." "Presiden telah memberi kita kesempatan luar biasa untuk mengubah cara kita menangani bantuan asing selama beberapa dekade mendatang," tambahnya sebagaimana dilansir Reuters pada Senin, 27 Januari 2025.
Memo yang telah dikonfirmasi Reuters keasliannya dengan beberapa sumber tersebut, mengejutkan kelompok-kelompok kemanusian dan masyarakat yang menyalurkan bantuan pembangunan di seluruh dunia. Lebih lanjut, dalam memo tersebut dituliskan bahwa semua program akan dikaji secara menyeluruh selama jeda pengeluaran.
Meninjau hal tersebut seorang mantan pejabat senior di USAID yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan hal ini sebagai kekacauan besar.
“Organisasi-organisasi harus menghentikan semua kegiatan, jadi semua layanan kesehatan yang menyelamatkan nyawa, HIV/AIDS, gizi, kesehatan ibu dan anak, semua pekerjaan pertanian, semua dukungan terhadap organisasi masyarakat sipil, pendidikan,” kata dia terkait Amerika Serikat yang menghentikan bantuan ke luar negeri, sebagaimana dilansir The Guardian pada Jumat, 24 Januari 2025.