Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA pekan lalu, John Kerry khawatir terhadap situasi di Irak. Di markas Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussel, Belgia, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ini mengingatkan konflik di Irak bisa melebar bila Perdana Menteri Nuri al-Maliki tak segera bertindak. "Itulah salah satu alasan kenapa pembentukan pemerintahan sangat mendesak, sehingga para pemimpin Irak bisa membuat keputusan untuk melindungi Irak tanpa masuknya pasukan asing yang mengisi kekosongan," katanya.
Yang dikhawatirkan Kerry sesungguhnya sudah di depan mata. Irak telah menjadi ajang unjuk kekuatan asing. Bukan hanya para relawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)—biasa disebut pula Negara Islam Irak dan Levant—dari berbagai negara yang datang untuk mewujudkan kekhalifahan Islam. Beberapa negara juga telah mengulurkan tangan kepada Perdana Menteri Nuri al-Maliki dalam menghadapi ISIS.
Bantuan negara-negara lain itu kian mendesak setelah, pekan lalu, ISIS mendeklarasikan negara Islam dengan sistem kekhalifahan. Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, menjadi khalifahnya. Baghdadi, dalam rekaman audio yang disebar lewat Internet, menyeru muslim untuk berjihad karena perlakuan yang sewenang-wenang terhadap muslim di berbagai negara. "Dengan nama Allah, kita akan membalas, meskipun perlu waktu," ujarnya.
Negeri tetangga yang merupakan sekutu Maliki sebagai sesama Syiah, Iran, telah turun tangan. "Iran telah memberi tahu pemerintah Irak bahwa kami siap membantu dengan cara yang sudah sukses diuji coba dalam pertahanan rakyat semesta. Strategi yang sama bisa digunakan di Suriah untuk mendesak teroris," kata Brigadir Jenderal Massoud Jazayeri, deputi kepala staf gabungan angkatan bersenjata sekaligus anggota senior Korps Penjaga Revolusioner Islam (IRGC), kepada stasiun televisi Iran, Al-Alam, dua pekan lalu. "Strategi yang sama kini sedang dijalankan di Irak: memobilisasi massa dari semua kelompok etnis."
Sebelumnya, Maliki menyerukan agar seluruh rakyat angkat senjata melawan ISIS. Demikian pula pemimpin tertinggi Syiah Irak, Ali al-Sistani, yang menyeru warga Syiah agar melawan ISIS dan melindungi situs-situs Syiah.
Jazayeri tak menjelaskan detail strategi dan bantuan ke Irak. Menurut pejabat Irak kepada The Guardian, bulan lalu negeri jiran ini telah mengirim sekitar 2.000 tentara ke Irak. Sebanyak 1.500 memasuki Khanaqin di Provinsi Diyala, Irak tengah. Sedangkan 500-an lagi masuk ke Badra Jassan di Provinsi Wassat. Mayor Jenderal Qassem Suleimani, pemimpin pasukan khusus Pasukan Quds, juga telah beberapa kali ke Bagdad.
Informasi berbeda menyatakan Iran belum mengirim pasukan dalam jumlah besar, hanya 10 divisi tentara dan anggota Pasukan Quds sudah bersiaga di perbatasan Iran-Irak. Memang anggota Pasukan Quds telah masuk Irak untuk membantu pengerahan ribuan milisi Syiah ke kawasan yang diduduki ISIS yang Sunni.
Menurut pejabat Amerika, pesawat Iran bahkan berkali-kali mengangkut perlengkapan militer untuk Irak. Selain itu, pasukan Iran telah menggunakan pusat pengendali khusus di Pangkalan Udara Rasheed, Bagdad, yang dulu merupakan pangkalan Amerika. Dari pangkalan ini, Iran menerbangkan pesawat tanpa awak untuk pengintaian.
"Iran memainkan peran besar di Irak," ucap senator Amerika, Saxby Chambliss.
Negara tetangga yang sama-sama menghadapi ISIS, Suriah, juga telah membantu. Pesawat-pesawat dari negeri Bashar al-Assad itu telah menyerang ISIS di Irak.
Negeri jauh, Rusia, tak ketinggalan. Dua pekan lalu Moskow mengirim lima jet tempur SU-25 ke Bagdad. Beberapa lainnya segera menyusul. Pelatih militer mereka pun tiba pekan lalu.
Amerika, yang tadinya terlihat tak sepenuh hati membantu, mulai menambah dukungan. Awalnya negeri yang memimpin invasi penggulingan Saddam Hussein pada 2003 itu berkeras hanya mengirim 300 anggota pasukan khusus yang bertugas sebagai penasihat militer. Dukungan lain adalah bantuan pengintaian dengan pesawat berawak dan tak berawak setiap hari.
Hubungan Bagdad-Washington memang tak begitu mulus. Telah lebih dari setahun Bagdad mendesak agar dikirimkan pesawat tempur F-16 dan helikopter Apache. Tapi banyak anggota Kongres menolak karena keberatan terhadap kepemimpinan Maliki yang sektarian dengan mengutamakan Syiah.
"Pengaruh Amerika mulai tersingkir karena lemahnya dukungan keamanan serta militer ke pemerintah dan rakyat Irak saat kami sedang bertempur untuk bertahan," kata seorang pejabat Irak kepada Foreign Policy.
Tapi, melihat perkembangan ISIS, Washington berubah. Pada Senin pekan lalu diumumkan pengiriman lagi 300 tentara. Sebanyak 200 tentara berangkat pada Ahad dan Senin pekan lalu. Menurut juru bicara Departemen Pertahanan, Laksamana Muda John Kirby, mereka akan ditugasi menjaga keamanan Kedutaan Amerika, bandar udara Bagdad, dan beberapa fasilitas lain di Irak. Selain itu, Amerika mengirim satu detasemen helikopter dan pesawat tanpa awak.
Kini Irak memiliki pendukung kuat dari dua kubu yang oleh Michael Knight, peneliti di Washington Institute for Near East Policy, disebut dua malaikat di bahu Irak. Di satu sisi ada Amerika. Di sisi lain ada Iran, Suriah, dan Rusia, yang selama ini banyak "berseberangan" dengan Amerika. Irak tak sendirian melawan pasukan Abu Bakr al-Baghdadi.
Purwani Diyah Prabandari (The Guardian, The New York Times, CNN, Foreign Policy)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo