Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua ekor ikan paus yang terancam punah dievakuasi dari lambung kapal perang Australia setelah kapal perang itu berlabuh di San Diego akhir pekan lalu, menurut Angkatan Laut Australia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus tersebut ditemukan di dekat kapal perang HMAS Sydney, yang berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut San Diego, pelabuhan utama Armada Pasifik Angkatan Laut AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Angkatan Laut menganggap serius keselamatan mamalia laut dan menyesal insiden ini terjadi," kata pernyataan dari angkatan laut Australia.
Angkatan laut Australia dan AS, bersama dengan US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, yang mengawasi sumber daya laut sedang menyelidiki kasus ini, kata pernyataan itu, dikutip dari CNN, 13 April 2021.
Afiliasi CNN 10News di San Diego melaporkan mamalia yang mati itu adalah paus sirip, spesies paus terbesar kedua di dunia, di belakang hanya paus biru. Salah satu paus panjangnya sekitar 20 meter dan yang lainnya sekitar 7,6 meter.
San Diego Union-Tribune melaporkan paus 20 meter berkelamin betina dan yang kecil kemungkinan adalah anaknya.
Lembar fakta NOAA Fisheries tentang paus sirip mencantumkan mereka sebagai spesies yang terancam punah di bawah Undang-Undang Spesies Terancam Punah, dengan populasi sekitar 3.200 di lepas Pantai Barat AS. Paus tersebut pernah diburu secara ekstensif, tetapi hari ini ancaman terbesar mereka adalah diserang oleh sebuah kapal.
HMAS Sydney adalah kapal perusak berpeluru kendali sepanjang 146,7 meter dengan bobot 7.000 ton, menurut angkatan laut Australia.
Menurut ABC, HMAS Sydney adalah kapal perusak Kelas Hobart yang memiliki kemampuan pertahanan udara, pertempuran permukaan, dan pertempuran bawah laut, dan pengawasan.
HMAS Sydney diawaki 180 kru dan memiliki kemampuan sonar dan radar.
Serangan paus oleh kapal angkatan laut jarang terjadi, kata Carl Schuster, mantan kapten Angkatan Laut AS.
"Paus dapat mendengar kapal dari jarak bermil-mil jauhnya dan umumnya menghindari kapal yang menggunakan sonar frekuensi menengah dan frekuensi rendah bertenaga tinggi karena mengganggu pendengaran mereka," kata Schuster.
Sonar frekuensi rendah dapat membingungkan paus di perairan dangkal, kata Schuster, tetapi kapal Australia dilengkapi dengan sonar frekuensi tinggi.
Namun, laporan NOAA Fisheries mengatakan insiden kapal perang Australia dapat terjadi saat ikan paus mencari makan dan bermigrasi di perairan pesisir, terutama di jalur pelayaran berat seperti yang ada di California Selatan.