PRESIDEN Saddam Hussein dikudeta? Itulah kabar yang konon dikatakan sendiri oleh Presiden Mesir Husni Mubarak, Kamis pekan lalu. Kudeta itu sendiri, yang dilakukan sehari sebelumnya, memang gagal, dan sejumlah perwira menengah Irak yang terlibat diringkus. Rasanya, banyak orang di seluruh dunia yang berharap ada kudeta yang berhasil terhadap Saddam Hussein. Inilah jalan paling "damai" untuk menyelesaikan krisis Teluk, kata para analis. Masalahnya, berapa besar peluang itu ada dalam masyarakat Irak sendiri. Seberapa besar Saddam, 53 tahun, bapak lima anak, sebenarnya dicintai (atau dibenci diam-diam) oleh rakyatnya. Seorang wartawan Amerika yang mengunjungi Baghdad pada 1985 mengatakan, Saddam Hussein lebih ditakuti ketimbang dicintai rakyatnya. Banyak cerita bagaimana pejabat sipil maupun militer yang berbeda pendapat dengan Saddam tiba-tiba hilang, dan diberitakan meninggal. Tak jelas memang, selain mereka yang kemudian ditahan secara resmi, apakah mereka "dilenyapkan" atas perintah Saddam atau bukan. Tapi, sebagaimana yang dikatakan oleh orang Irak sendiri, kebijaksanaan Saddam memang bak "madu di tangan kanan, racun di tangan kiri". Itulah cara dia mempertahankan popularitasnya di kalangan rakyat. Misalnya, presiden keempat Republik Irak ini dikenal sebagai pendukung emansipasi wanita. Kaum wanita Irak kini termasuk salah satu yang terbebas di dunia Arab - 25% tenaga kerja di Irak terdiri dari kaum hawa. Dan Saddam tak sekadar omong, tapi juga memberikan contoh. Sajida, istri yang dinikahinya pada awal 1960-an, hungga kini tetap berkarier. Sebelum menjadi firsf lady, Sajida adalah guru sekolah dasar khusus putri ketika menikah dengan saudara sepupunya itu. Kini, ibu negara Irak itu, yang dua tahun lebih tua daripada suaminya, sudah menjadi kepala sekolah, "melalui prosedur normal," ujar Saddam, suatu kali. Itulah mengapa di Irak banyak ditemukan panti penitipan anak, gratis. Inilah cara Saddam menolong keluarga yang suami dan istrinya bekerja. Dan jangan lupa, Saddam dikenal mencintai anak-anak. Di mana-mana, ketika ia mengadakan kunjungan di daerah, hampir selalu ada adegan Saddam membopong seorang anak. Pemimpin ini, di dalam negeri pun, dikondangkan sebagai pencinta seni. Tiap 28 April, hari lahirnya, Sajida mengundang ratusan pelukis untuk menggambar Saddam -- itulah mengapa banyak potret Saddam di mana-mana. Dan atas nama pemerintah, Sajida memberi para pelukis itu cek, sebagai ganti jerih payah itu. Biasanya, para pelukis menolak, dan mengatakan bahwa itu hadiah gratis bagi seorang pemimpin besar. Dan biasanya, setelah desakan kedua kalinya, para pelukis mau juga menerima bayaran tersebut. Dari 17,6 juta penduduk Irak, sekitar 95% adalah muslim, dan lebih dari separuhnya adalah pemeluk Syiah. Untuk memeluk mereka, sejak awal pemerintahannya, 1979, Saddam memasok dana besar untuk kepentingan Islam -- baik Syiah maupun Suni. Di awal kepresidenannya, Saddam menyumbang hampir 25 juta dinar untuk membangun masjid dan tempat ibadah lainnya. Ia pun menjadikan hari lahir Ali, menantu Nabi yang jadi anutan kaum Syiah, sebagai hari besar nasional. Adapun "racun" itu, sementara sumbangan terus mengalir, banyak aktivis dua partai Syiah bawah tanah -- Al-Da'wah Al-Islamiyah dan Al-Mujahidin -- dihukum mati. Dari 1974, ketika Saddam masih menjadi orang kedua, hingga 1980 saja tak kurang dari 5.000 aktivis Syiah kehilangan nyawa, termasuk ayatullah Irak terbesar, Sayid Muhammad Baqir Al-Sadr. Sementara Saddam dipublikasikan sebagai "suami dan bapak ideal" yang suka membacakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anaknya, dua tahun lalu bocor juga skandalnya dengan wanita lain. Tentu, Sajida, menurut yang empunya cerita, marah besar. Adapun wanita itu bernama Samira Fadel, janda bekas direktur perusahaan penerbangan Irak. Hampir saja skandal ini pun punya rantai yang bisa menjerat Saddam. Yakni, munculnya kasus lain, pembunuhan, yang melibatkan Uday Hussein, anak lelaki sulung Saddam. Uday, seperti diketahui, pada 1988, divonis lima tahun penjara karena terbukti menikam sampai mati Kamel Hanna Jajjo, seorang pembantu dekat Saddam. Ketika itu, Saddam dipuji-puji sebagai penguasa yang menjunjung hukum di atas segalanya, sebab dia pribadilah yang memerintahkan pengusutan dan pengadilan atas anaknya, Uday itu. Yang tak terungkapkan di pengadilan adalah sebab-musabab mengapa Uday membunuh orang dekat sang ayah. Di pengadilan, yang diusut adalah apakah korban atau Uday yang mabuk dan lalu saling memukul. Padahal, sebuah sumber mengatakan -- sebagaimana dikutip oleh surat kabar South China Morning Post -- Uday, kini 27 tahun, ayah satu anak, membunuh Jajjo karena dendam. Korban itulah yang memperkenalkan Samira pada Saddam, hingga terjadilah skandal yang membuat ibu Uday marah besar. Toh Saddam pun tak tega anaknya lama dibui. Setelah beberapa bulan di penjara, sang anak kemudian "dibuang" ke Jenewa, Swiss. Dan kini Uday sudah berada di Irak, kembali menduduki jabatan Ketua Federasi Pemuda Irak dan Presiden Komite Olimpiade Irak. Orang seperti inilah yang kini dihadapi oleh George Bush dan Husni Mubarak, dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini