Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dubes Spanyol Puji Peran Goenawan Mohamad dalam Jurnalisme

Dubes Spanyol memuji Goenawan Mohamad dalam kemajuan jurnalisme saat memberikan penghargaan dari Raja Felipe VI.

20 Maret 2025 | 09.00 WIB

Sastrawan sekaligus pendiri Tempo Goenawan Mohamad memperoleh penghargaan Official Cross of the Order of "Isabel la Catlica" dari Raja Spanyol Felipe VI, di kediaman Duta Besar Spanyol untuk Indonesia Francisco de Ass Aguilera Aranda, di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025. Tempo/Savero Aristia Wienanto
Perbesar
Sastrawan sekaligus pendiri Tempo Goenawan Mohamad memperoleh penghargaan Official Cross of the Order of "Isabel la Catlica" dari Raja Spanyol Felipe VI, di kediaman Duta Besar Spanyol untuk Indonesia Francisco de Ass Aguilera Aranda, di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025. Tempo/Savero Aristia Wienanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Francisco de Asís Aguilera Aranda, memuji kontribusi sastrawan dan pendiri Tempo, Goenawan Mohamad, dalam kemajuan jurnalisme di Indonesia. Pujian itu dia sampaikan saat memberikan tanda penghargaan Official Cross of the Order of "Isabel la Católica" dari Raja Spanyol Felipe VI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aranda menilai Goenawan merupakan tokoh pembela jurnalisme independen yang tak mengenal lelah. Lewat tulisan, jelas Aranda, Goenawan mengungkap ketidakadilan dan mempromosikan hak asasi manusia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Salah satu pencapaian Goenawan yang paling signifikan adalah pendirian majalah Tempo, tempat dia menjabat sebagai editor selama lebih dari dua dekade," kata Aranda di rumah dinas Kedutaan Besar Spanyol, Jakarta Selatan, pada Selasa malam, 18 Maret 2025.

Lebih lanjut, Aranda mengatakan bahwa pemerintah Spanyol mengapresiasi Catatan Pinggir, kolom mingguan milik Goenawan, yang pernah terbit secara rutin di majalah Tempo. Menurut Aranda, tulisan-tulisan Goenawan lewat kolom itu telah menjadi "mercusuar pemikiran kritis" yang menawarkan komentar tajam terhadap isu-isu sosial dan politik. 

Aranda menyandingkan sosok Goenawan dengan filsuf sekaligus penulis termasyhur Spanyol, José Ortega y Gasset, yang mendirikan majalah La Revista de Occidente pada  1920-an. 

"Suaranya, seperti para penulis sejarah lama, telah membentuk wacana publik dan membimbing generasi-generasi pemikir dan penulis," ujar Aranda saat membanding Goenawan dan Gasset. 

Selanjutnya, Aranda berpendapat bahwa Goenawan bukan sekadar penyair dan jurnalis. Bagi Aranda, Goenawan adalah seorang pemikir yang pengaruhnya jauh melampaui tulisan. 

"Tulisannya mengingatkan kita bahwa sastra dan jurnalisme bukan sekadar instrumen pencatatan, tetapi kekuatan yang mampu membentuk masyarakat dan menginspirasi perubahan," tuturnya. 

Aranda menyoroti esai-esai populer Goenawan, seperti Seks, Sastra, dan Kita (1980) dan Kesusastraan dan Kekuasaan (1993). Kedua tulisan itu, sambung Aranda, mendorong para penulis untuk merenungkan peran mereka dalam membentuk masyarakat.

Tak sampai di situ, Aranda juga mengatakan bahwa penghargaan dari Raja Spanyol diperoleh Goenawan atas dedikasinya kepada masyarakat luas. Selain itu, Aranda mengungkap peran Goenawan dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Spanyol. 

Aranda menuturkan bahwa karya-karya Goenawan memuat tema-tema universal tentang keadilan, idealisme, dan perjuangan. Aranda bahkan menyandingkan Goenawan dengan tokoh novel "Don Quixote" karya sastrawan termasyhur Spanyol, Miguel de Cervantes. 

Menurut Aranda, kemampuan Goenawan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan kreatif membuat warisannya berharga di seluruh dunia, termasuk Spanyol, di mana kebebasan intelektual dan ekspresi artistik telah lama menjadi cita-cita yang dihargai.

Dalam kesempatan yang sama, Goenawan mengungkap bahwa dirinya merasa senang karena mendapatkan penghargaan dari Spanyol. Dia menyatakan dukungannya kepada pusat-pusat kebudayaan asing di Indonesia sebagai wadah pertukaran gagasan. 

"Indonesia jangan sampai menutup pintu. Dari dahulu itu problem Indonesia. Kalau menutup pintu, jadi mati," ucapnya. 

Goenawan Mohamad menggagas pertunjukan teater boneka "Den Kisot". Karya yang dibesut sutradara Endo Suanda itu berdasarkan cerita asli Don Quijote de La Mancha tulisan Miguel de Cervantes.

Pertunjukan teater yang bonekanya mirip dengan wayang golek itu awalnya disiapkan untuk acara Don Quijote Festival pada 13 Juli 2019 di Galeri Salihara, Jakarta. Festival itu untuk menyambut penerbitan novel Don Quixote terjemahan bahasa Indonesia yang meluncur 14 Juli 2019 di Komunitas Salihara.

Goenawan Mohamad lahir pada 29 Juli 1941, di Batang, Jawa Tengah. Kecintaannya pada sastra telah membawanya ke karier yang kaya yang mencakup penerbitan berbagai koleksi puisi, termasuk "Parikesit" (1971) dan "Asmaradana" (1992). Dia juga menulis esai yang menantang norma dan membuka dialog kritis tentang budaya dan politik Indonesia.

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus