Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pavin Chachavalpongpun, 48 tahun, eksil dari Thailand yang bekerja sebagai asisten profesor di Universitas Kyoto, membuat pengakuan telah mengalami penyerangan di rumahnya di Jepang pada bulan lalu. Dia sangat yakin otortitas Thailand adalah dalang penyerangan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pavin, 48 tahun, adalah warga negara Thailand yang sekarang hidup di pengasingan (exil) setelah suka mengkritik militer dan Kerajaan Thailand. Tudingan penyerangan yang diarahkan Pavin tersebut disebut Panglima Militer Thailand, Apirat Kongsompong, sebagai tuduhan konyol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apirat mengaku mendengar penyerangan yang dialami Pavin. Namun tidak percaya dengan gagasan Pavin yang menyebut serangan padanya itu kemungkinan melibatkan militer Thailand.
Pavin Chachavalpongpun, 48 tahun, warga Thailand yang mengaku diserang otoritas Thailand karena sering mengkritik Kerajaan. Sumber: Asia Sentinel
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 4 Agustus 2019, Pavin menceritakan sedang tidur ketika seorang laki-laki mendobrak masuk rumahnya sekitar pukul 4 dini hari. Laki-laki tak dikenal itu lalu menyemprotkan pada Pavin dan pasangannya sedang tidur sebuah zat yang membakar tubuh mereka.
Beruntung, tak ada seorang pun yang mengalami luka serius. Namun Pavin mengaku diminta aparat kepolisian Jepang agar jangan pulang ke rumah. Kepolisian Jepang mengkonfirmasi kasus menyerangan yang dialami Pavin ini sedang diinvestigasi sejak 8 Juli lalu.
"Pelaku penyerangan jelas ingin mengintimidasi saya. Dokter mengatakan, zat kimia yang disemprotkan pada saya dan pasangan saya, tidak mematikan namun rasa terbakar itu akan berlangsung beberapa lama," kata Pavin.
Di Thailand, Pavin adalah salah satu sosok politik yang cukup berpengaruh. Dia pernah secara terbuka mengkritik mendiang Raja Maha Vajiralongkorn yang bertato dan pernah menyebut Kerajaan Thailand itu ilegal.