Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Embargo gandum yang tak mempan

Pemerintahan ronald reagan mencabut embargo penjualan gandum ke uni soviet. embargo ini ternyata memukul petani amerika sendiri. karena bagi soviet embargo as itu hampir sama sekali tidak berarti.(ln)

9 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah menghangatnya kecaman AS terhadap tindakan Soviet, Pemerintahan Reagan mencabut embargo penjualan gandum ke negara itu. Tindakan Presiden Ronald Reagan ini tentu saja mengejutkan. Apalagi kemungkinan invasi Soviet ke Polandia masih dikhawatirkan. Sedang di Afghanistan, pasukan Soviet malah diperkuat. Tapi Reagan mungkin tak punya pilihan lain. Soalnya dalam masa kampanye pemilihan presiden, Reagan berulang kali berjanji akan mencabut embargo itu, yang ternyata memukul ekonomi petani Amerika sendiri. Embargo ini dilancarkan Presiden Jimmy Carter Desember 1979, beberapa hari setelah berlangsungnya invasi Soviet ke Afghanistan . Dalam suatu wawancara harian Washington Post, pernah Reagan mengatakan ia akan tetap melaksanakan janjinya pada masa pemilihan, "tanpa memberikan isyarat yang salah kepada Uni Soviet." Dan sebulan kemudian, 24 April, Reagan mencabut embargo itu. Kalangan Gedung Putih mencari-cari alasan. Misalnya, Menteri Perdagangan Malcolm Baldrige dalam wawancara teve ABC mengatakan, "yang pertama embargo itu bukan dilakukan Reagan tapi oleh Carter. " Tidak semua pembantu Reagan sependapat. Terutama Menlu Alexander Haig -- penganut garis keras dalam menghadapi Moskow -- pada dasarnya menolak pencabutan embargo itu. Menurut dia, tindakan itu akan memberikan isyarat yang salah bagi Moskow di tengah kehadiran pasukan Soviet di dekat perbatasan Polandia. Namun ketika memberikan penjelasan di depan subkomite DPR-AS, ia menyatakan dukungannya terhadap tindakan Reagan itu. "Pembatasan penjualan gandum itu lebih banyak merugikan petani Amerika ketimbang Uni Soviet," kata Haig. Uni Soviet sebelumnya memeli gandum dari AS sebanyak 25 juta metrik ton setahun. Atau 17 juta metrik ton di atas batas yang ditentukan. Dengan adanya embargo itu Uni Sovcit hanya dibolehkan mengimpor gandum dari AS sebanyak 8 juta metrik ton. Kantor berita Tass menanggapi pencabutan embargo itu sebagai sesuatu yang harus dilakukan AS. "Embargo itu telah memukul petani Amerika dan merusakkan kepercayaan rekan dagangnya," tulis Tass. Sejak adanya embargo itu, Uni Soviet membeli gandum dari pasaran dunia, meskipun harganya agak lebih mahal. Terutama Argentina mensurlainya secara besar-besaran. Dari 37 juta metrik ton kebutuhan impor Soviet, 9, dipenuhi oleh Argentina. Bukan Pertimbangan Utama Bagi Uni Soviet embargo AS itu hampir sama sekali tidak berarti. Sementara buat petani Amerika peristiwa itu menimbulkan keguncangan. Terutama karena merosotnya harga gandum. Dan di luar dugaan, ekspor ke Cina ternyata tak bisa ditingkatkan. Berkata bekas pembantu Menteri Pertanian AS, John Schnittker, "Buat petani (Amerika) ekspor adalah sesuatu yang suci." Justru yang suci itu terhapus selama ini. "Sanksi ekonomi Amerika bukanlah merupakan pertimbangan utama bag Uni Soviet," kata seorang pengamat So viet di Washington. "Jika kekuasaan Partai Komunis Polandia sunguh-sungguh disangsikannya, Moskow akan bertindak demi keamanan blok komunis, walaupun harus membayar mahal." Dalam hal ini Jepang menyatakan kekecewaannya terhadap Pemerintahan Reagan. "Terus terang, saya agak bingung mengenai timing pencabutan embargo ini," kata PM Zenko Suzuki. Ini pertama kalinya Suzuki mengkritik AS secara terbuka, meskipun ia dalam waktu dekat ini akan mengunjungi Washington. Seolah AS dianggapnya tidak konsisten dalam menghadapi Uni Soviet. Ketika embargo itu dilancarkan, Jepang mendukungnya. Bahkan Jepang juga menghentikan pemberian kredit kepada Uni Soviet dalam beberapa proyek. Maka kini Suzuki merasa perlu pula menyesuaikan diri. "Waktunya sudah tiba bagi kami meninjau kembali sanksi terhadap Uni Soviet agar sesuai dengan jalan yang ditempuh AS," kata Suzuki. Tapi sekutu AS di Eropa Barat menyambut hangat keputusan Reagan itu. Misalnya, Prancis segera akan mengirimkan sebanyak 600 ribu ton gandum ke Uni Soviet. Memang selama ini secara diam-diam sekutu AS sebenarnya tidak begitu menyetujui embargo itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus