Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dilaporkan akan kunjungan kerja ke Washington pada pekan depan. Lawatan ini dilakukan di tengah keresahan Eropa terhadap pendirian Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas isu perang Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perang Ukraina sudah tiga tahun berkecamuk dan Trump ingin membalikkan keadaan. Prancis dan Inggris adalah dua Negara di Eropa yang punya senjata nuklir, yang sedang mencoba menyakinkan Trump agar jangan terburu-buru mengunci kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia. Kedua negara juga meminta agar Eropa tetap dilibatkan dalam berbagai diskusi untuk menjamin militer Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Macron, membuat kesepakatan buruk sama dengan menyerahkan Ukraina dan ini sama dengan memberikan sinyalemen pada musuh-musuh Amerika Serikat seperti Cina dan Iran atas kelemahan Washington. Macron sedang mencoba memanfaatkan hubungan baiknya dengan Trump yang dibangun pada periode pertama pemerintahan Trump
“Saya akan mengatakan padanya bahwa Anda (Trump) tidak bisa memperlihatkan kelemahan dihadapan Presiden Rusia Vladimir Putin. Itu bukan Anda (bersikap lemah), Anda tidak seharusnya seperti itu dan ini bukan soal kepentingan Anda,” kata Macron. Jika tidak ada aral melintang, Macron dan Starmer akan kunjungan kerja ke Gedung Putih pada Senin, 24 Februari 2025.
Kunjungan kerja itu dilakukan di tengah keretakan hubungan antara Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksy. Trump menggambarkan Zelensky sebagai diktator, di mana ucapan ini telah membuat sekutu-sekutu Kyev di Eropa cemas, setelah terguncang oleh sikap agresif Amerika Serikat dalam hal perdagangan, diplomasi dan urusan politik dalam negeri Eropa.
"Seorang Diktator tanpa pemilu, Zelensky sebaiknya bergerak cepat atau dia tidak akan memiliki Negara lagi," tulis Trump di media sosial.
Dilansir dari Reuters, Trump memperingatkan Zelensky agar bergerak cepat untuk mengamankan perdamaian dengan Rusia atau berisiko kehilangan negaranya. Kecaman itu membuat peseteruan antara Trump dan Zelensky kian sengit.
Sehari sebelum kecaman itu, Trump mengklaim Ukraina pihaknya yang disalahkan atas invasi Rusia pada 2022. Eropa khawatir bahwa pendekatan Trump untuk mengakhiri perang Ukrain bisa menguntungkan Moskow.