Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Eropa, gelanggang kekuatan nuklir ?

Amerika serikat dan uni soviet berunding di jenewa membahas usul presiden reagan yang menawarkan 4 rencana untuk membahas kawasan eropa dari bahaya perang nuklir (zero option).

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GELOMBANG demonstrasi muncul kembali di berbagai kota di Eropa Barat. Puluhan ribu kaum muda berarak menuju jantung kota sambil membawa berbagai slogan menentang upaya AS dan Uni Soviet menjadikan Eropa sebagai gelanggang kekuatan senjata nuklir. Bahkan di Bukarest, ibukota Rumania sekitar 300 ribu demonstran berkumpui dengan riuh sambil mendengarkan pidato Presiden Nikolai Ceausescu. "Kami harus menghentikan mereka (AS dan Soviet) yang mempersiapkan perang nuklir sebelum terlambat," serunya. "Eropa akan kuat jika bersatu melawan ancaman yang dihadapi bersama" Demonstrasi yang terjadi serempak Sabtu lalu itu turut mewarnai pertemuan antara delegasi AS (dipimpin Paul H. Nitze, 74 tahun) dan deleasi Soviet (dipimpin Yuli Kvitsinsky, 45 tahun) di Jenewa. Dalam pertemuan bilateral itu (dimulai awal Desember), usul Presiden Ronald Reagan yang terkenal, tengah dlbahas. Berpidato (18 November) di National Press Club Washington, Reagan menawarkan empat butir rencana membebaskan kawasan Eropa dari bahaya perang nuklir. Inti tawaran itu dikenal di kalangan diplomat sebagai zero opton. Yang terpenting, dan mendapat perhatian utama, usul membongkar 635 peluru kendali jarak menengah (IRBM) SS-20, SS-4 Sandal, dan SS-5 Skean. Jika Soviet mau membongkar seluruh peluru kendali berkepala nuklir itu, AS akan membatalkan rencana menempatkan 572 jenis cruise dan Pershing-2. Pakta Warsawa kini punya kekuatan yang jauh lebih unggul daripada NATO. Tanpa menghitung kekuatan Inggris dan Prancis, Reagan mengungkapkan bahwa kondisi senjata nuklir Pakta Warsawa dan NATO kini enam lawan satu. Ada kekhawatiran, jika tak segera dikendalikan, Eropa akan jadi gelanggang kekuatan nuklir (theatre nuclear forces). Di pertemuan para menteri pertahanan NATO (Oktober) di Gleneagles (Inggris), gagasan zero opton itu pernah pula dibicarakan. Juga ketika Presiden Soviet Leonid Brezhnev (23 - 25 NOvember) mengunjungi Bonn, usul itu juga dibahas bersama Kanselir Jerman Barat Helmut Schmidt. Sebelumnya, Schmidt menerima kunjungan PM Inggris Margaret Thatcher. Dengan terbuka Schmrdt menilai gagasan Reagan tersebut merupakan suatu "dasar kuat untuk menyelenggarakan pembicaraan" dengan Brezhnev. Tapi sperti sudah diduga, Moskow menolak tawaran tadi. Menurut Brezhnev, penempatan SS-20 menggantikan SS4 Sandal (mulai dipasang 1959), dan SS-5 Skean (dipasang 1961) dimaksudkan untuk menandingi kekuatan pesawat pengebom NATO. Kekuatan NATO dibanding Pakta Warsawa, demikian versi pemimpin Soviet itu, adalah 986 lawan 975 pesawat pengebom. Sedangkan, menurut International Institute for Strategic Studies (London), perbandinannya adalah 1.170 (NATO) laan 3.095 (Pakta Warsawa). Walaupun semua senjata nuklir dilucuti, baik yang strategis (peluru kendali antarbenua, ICBM) maupun taktis (peluru kendali jarak menengah, IRBM), Pakta Warsawa tetap akan unggul dalam kekuatan senjata konvensional. Misalnya, NATO hanya punya 17 ribu tank tempur utama dibanding Pakta Warsawa punya 26 ribu lebih di gelanggang Eropa. Merasa kekuatan konvensionalnya lemah, Reagan menawarkan pula perundingan tahun depan mengenai senjata strategis ICBM dan pesawat pengebom jarak jauh. Pembicaraan ini, katanya, tidak hanya bertolak pada pembatasan, tapi justru pada upaya pengurangan Karenanya, Reagan menyebut hal itu sebagai START (Strategic Arms Reduction Talk) bukan SALT (Strategic Arrns Limitation Talk). Sementara itu gagasan (zero opton) Reagan, menurut koran Pravda, hanyalah merupakan "aksi propaganda belaka". Juga media Soviet lainnya, mingguan Literaturnya Gazeta, menganggapnya suatu "tipu muslihat" Washington mengelabui rakyat Eropa. Sikap keras Moskow tersebut ditampilkan Brezhnev di Bonn. Sebaliknya Schmidt mengatakan bahwa sebagian besar dari 250 SS-20 itu -- dengan 750 kepala nuklir--seolah ditujukan ke sejumlah kota Jerman Barat. "Yang terhormat saudara sekretaris jenderal, saya tidak pernah berpikir anda akan memijat tombol (senjata nuklir), tapi kehadiran senjata itu jelas membawa akibat luas," kata Schmidt pada Brezhnev. Sesudah pembicaraannya dengan Brezhnev, Schmidt menelepon Reagan. Selama 20 menit keduanya bercakap-cakap. Informasi dari Bonn itu tentu jadi bahan untuk delegasi Amerika yang juga akan menawarkan pengurangan senjata nuklir jarak pendek dalam pertemuan dengan delegasi Soviet di Jenewa pekan ini. AS akan mengusulkan agar Soviet membekukan penempatan peluru kendali berdaya tembak 320km SS-21, SS-22, dan SS-23. Sebagai balasannya, AS juga akan membekukan penempatan peluru kendali Pershing-1 (berdaya tembak 640 km), dan Lance (berdaya tembak 90 km). Moskow dikabarkan setuju dalam perundingan di Jenewa itu tidak memasukkan kekuatan Inggris dan Prancis. AS memang sudah sejak semula keberatan, jika senjata nuklir Prancis--yang tak masuk dalam NATO --juga diperhitungkan. Namun Yuli Kvitsinsky, yang memimpin delegasi Soviet hanya mengulangi pernyataan Brezhnev. Soviet, katanya, bersedia menghapuskan semua jenis senjata nuklir jarak menengah, jika AS juga berbuat serupa. Dengan hati-hati, Paul H. Nitze, yang memimpin delegasi AS mengomentari. "Jika kami mampu melakukannya (menghapuskan semua jenis senjata nuklir jarak menengah), itu akan merupakan sukses besar." Presiden Reagan kabarnya berpesan kepada Nitze agar tidak mundur (mengalah) terhadap desakan Soviet. Pemerintahan Reagan "tidak akan mengulangi kesalahan" seperti dilakukan Carter ketika menerima rencana SALT II yang ditolak Senat, demikian Richard Perle, Asisten Menteri Pertahanan AS. Dan di luar dugaan, jurubicara kedua delegasi menolak berbicara pada pers. Kesimpangsiuran pendapat, yang semula dikurip pers, sempat menimbulkan ketegangan. Sementara itu di Bonn, Kanselir Schmidt kembali mengingatkan bahwa dia akan segera menerima peluru kendali Cruise dan Pershing-2 AS, jika pertemuan di Jenewa gagal. "Dalam hubungan ini, saya memperingatkan (Brezhnev) akan kekeliruannya menilai gerakan perdamaian (demonstrasi) di Eropa Barat," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus