AWAL ceritanya: GBPH Mangkubumi, putera Sri Sultan
Hamengkubuwono IX yang menjadi Ketua Tim Peneliti Data Calon DPD
Golkar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meneliti lagi data
daftar calon untuk DPRD DIY. Kabarnya ia tidak diajak berembuk
dalam soal penentuan daftar calon yang konon disusun oleh Ketua
DPD Golkar DIY Drs. Abdulrachim bersama orang dekatnya.
Beberapa calon vang selama ini beken dengan gelar sarjananya
ternyata cuma mencantumkan berijaiah Sekolah Lanjutan Atas (SLA)
dalam formulir pencalonan mereka. Ini menimbulkan kecurigaan.
Ada dugaan beberapa calon itu memakai ijazah sarjana asli tapi
palsu (aspal). Yang disebut-sebut antara lain Drs. Sumpono,
(Ketua AMPI Yogyakarta/Kepala Biro Perencanaan DPD Golkar), Drs.
Bambang Purwoko (Kepala Biro Penerangan DPD Golkar), Drs.
Siswono Oetoyo (Wakil Ketua DPRD Kodya Yogyakarta dan Direktur
Akademi Perindustrian Yogvakarta).
Tutup Mulut
GBPII Mangk-bumi sendiri tidak bersedia berkomentar soal kasus
itu. "Kopertis yang berwenang menentukan asli tidaknya ijazah,"
katanya Senin lalu pada TEMPO. Sedang Sardjono, Sekretaris
Kopertis IV membenarkan, dengan nama tokoh Golkar DIY itu tidak
tercatat di kantornya. "Saya pribadi kenal baik dengan mereka.
Tapi saya kurang tahu persis, mereka tamatan mana," katanya.
Sebuah sumber lain menyebutkan, yang dicurigai menyandang titel
aspal itu mendapat ijazah dari sebuah perguruan tinggi swasta
yang kurang punya nama di Yogyakarta. Mereka yang disebut-sebut
berijazah "aspal" agaknya memilih untuk bersikap tutup mulut.
Sumpono tidak memberi komentar. Sedang Siswono Oetoyo lebih
banyak menghindar ketika dimintai tanggapannya, "masih sibuk,
ada rapat," katanya.
Pemakaian ijazah aspal sebetulnya tidak menyalahi ketentuan
pencalonan karena mereka hanya memakai ijazah SLA-nya. "Tapi
mereka bisa dinilai sebagai orang yang diragukan niat baiknya,"
kata sumber TEMPO di DPD Golkar.
Buntut kasus itu agaknya masih panjang Kamis minggu lalu, Wakil
Sekjen VPP Golkar J. Moerdopo turun tanan.
Ia menarik Abdulrachim ke Jakarta menjadi staf ahli Ketua Umum
Amir Moertono. Jabatan Ketua diserahkan kepada GBPH Mangkubumi
sebagai pejabat sementara.
Putra Sultan Hamengkubuwono IX ini, ketika ditemui TEMPO,
membenarkan hal ini. "Karena ketua lama dipindahkan ke
Jakarta," katanya singkat. Ia agaknya kurang mempermasalahkan
daftar calon yang disusun pendahulunya. "Tidak ada masalah.
Calon itu masih sementara. Perubahan nomor atau pergantian calon
masih mungkin," katanya.
Akibat lain dari kasus ini: bakal ada pembenahan di pimpinan DPD
Golkar DIY. Soal rencana perombakan pimpinan Golkar ini kabarnya
sudah disampaikan kepada Ketua Umum DPP Golkar Amir Moertono
ketika mengadakan pertemuan dengan pejabat teras Golkar DIY di
Pendopo Sasana Wiratama Tegalrejo, Yogyakarta Rabu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini