Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gempa di tanah impian

Meski sudah dinyatakan ini daerah gempa, orang tak mau pindah dari california, tanah impian. menunggu the big one?

29 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEMPA masih terus bergetar di Los Angeles. Ribuan penduduk pun masih memilih tinggal di tenda-tenda di lapangan daripada di rumah. "Asyik ya," seringai Ellen Geller sejenak di tenda di halaman rumahnya setelah sebuah gempa kecil alias after shock lewat. Ellen Geller lebih beruntung daripada mereka yang terpaksa tinggal di perkemahan umum. Perkampungan tenda terbesar, dengan penghuni sekitar 25 ribu, terletak di Northridge yang merupakan pusat gempa berkekuatan 6,6 skala Richter itu. Di kawasan inilah korban terbesar jatuh, dari seluruhnya 51 yang tewas dan 5.500 yang luka-luka. Dan kawasan ini pula yang paling sering ditayangkan TV yang meliput bencana nasional AS ini. Andai saja gempa terjadi di saat jalan layang penuh mobil, bisa dibayangkan banyaknya korban. Gempa sebenarnya memang telah diramalkan akan selalu terjadi di California, yang terletak di pertemuan berbagai lempeng yang dikenal sebagai daerah patahan itu. Yang terbesar adalah patahan San Andreas, sekitar 100 km timur Los Angeles. Yang terjadi Senin subuh, pekan lalu, bersumber dari patahan Santa Monica, 15 km di bawah Northridge. Banyaknya patahan itu jelas menyebabkan kemungkinan terjadinya gempa di kawasan itu cukup besar. Untuk ukuran gempa lebih besar dari 6,1 skala Richter, Los Angeles telah mengalami 22 kali semenjak tahun 1906. Untuk setahun diramalkan sedikitnya akan ada tujuh gempa lagi berkekuatan lebih dari 5 skala Richter. Itu sebabnya Los Angeles sedikit sekali bangunan pencakar langitnya dibandingkan dengan luas wilayahnya. Kebanyakan bangunannya pun dirancang tahan gempa untuk ukuran tertentu. Dan kalau Anda bertanya kepada penduduk Los Angeles, apakah mimpi buruk mereka, jawabannya mudah ditebak: datangnya gempa yang mahabesar, yang mereka sebut the big one. Yang terbesar atau tidak, gempa pekan lalu membawa kerusakan prasarana cukup berat. Patahnya beberapa bagian jalan layang bebas hambatan Los Angeles, misalnya, menambah macetnya kota yang sebelumnya sudah terkenal sering macet itu. Ribuan orang pun masih terputus dari aliran air, listrik, telepon, ataupun gas. Yang diprioritaskan para petugas, yang membuat mereka bekerja siang dan malam, mengatasi bahaya langsung kebakaran akibat pecahnya pipa gas atau banjir akibat pecahnya pipa air. Di sisi lain, yang juga sibuk adalah para petugas asuransi. Mereka menghitung kerugian, diperkirakan sekitar 2 triliun rupiah, di kawasan yang seperempat rumahnya diasuransikan terhadap gempa. Gubernur California, Pete Wilson, memperkirakan kerugian material, "Bisa mencapai 30 miliar dolar." Padahal tahun ini negara bagian California mengalami defisit 4 miliar dolar. Pemerintah federal pun segera turun tangan. Dua hari setelah gempa, Presiden Clinton datang berkunjung ke daerah musibah ini. US$ 440 juta bantuan federal pun segera diumumkan, terutama untuk bantuan memperbaiki dan membangun rumah serta modal untuk pengusaha kecil. "Kami akan terus membantu sampai semua perbaikan selesai," kata Clinton yang disambut tepuk riuh masyarakat itu. Upaya perbaikan memang dilakukan di mana-mana. Kontraktor bangunan pun sangat sibuk. "Kami sudah berhari-hari mencoba memanggil kontraktor tanpa hasil," kata Ellen Geller. Yang tak berbakat kontraktor pun tak mau kalah merebut peluang. Kios- kios kecil bermunculan di mana-mana menjual berbagai barang keperluan pokok sehari-hari, misalnya air, dengan harga gila- gilaan. "Harga batere yang biasanya tak sampai sedolar kini dijual empat dolar," keluh Pastor Herrara. Berbagai organisasi sosial mencoba mengatasi kekurangan komoditi vital dengan membagikannya gratis. Salvatian Army saja mengaku telah membagikan lebih dari seratus ribu liter air bersih dan ribuan popok bayi. Selain itu, dua ribu tenda juga mereka dirikan bagi yang membutuhkan. Untuk menjaga keamanan, jam malam diberlakukan dan pasukan cadangan National Guard ditugasi melakukan patroli di daerah- daerah yang dianggap rawan. Sementara itu, para petugas sosial dan psikolog turun ke jalan-jalan untuk membantu penduduk yang menderita trauma pasca-gempa, terutama anak-anak. Selain gempa, berbagai bencana alam memang terus-menerus menghantam California. Tahun 1989 San Fransisco digempur gempa dan dua tahun lalu api melahap kawasan Oakland. Tahun lalu kebakaran liar juga menyerang California dan nyaris melahap Beverly Hill, kawasan permukiman para artis Hollywood. Belum lagi kerusuhan sosial yang terjadi tahun 1992 dan resesi ekonomi yang belum juga beranjak. Kendati demikian, tampaknya tak banyak penduduk California berniat pindah dari daerah yang sering disebut masyarakat AS sebagai "tanah impian" itu. "Saya sadar bahwa kehidupan itu berat dan kadangkala diselingi kesedihan serta horor," kata Andrew Wainrib, pria kelahiran New York, yang rumahnya rusak karena gempa ini. "Tapi suhu di sini yang menyenangkan menyebabkan saya betah," tambah pengusaha ini pula. Andrew tak mengada-ada mengenai pentingnya kenyamanan udara bagi penduduk AS. Badai dingin yang menyerang AS, pekan lalu, makan korban tewas dua kali lipat gempa di tanah impian.Bambang Harymurti (Washington D.C.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum