Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gertak Carter: Tindakan Militer

Sanksi eknomi diikuti juga oleh beberapa negara mee. di iran mahasiswa saling baku hantam. hubungan diploamtik amerika serikat-iran makin memburuk.

26 April 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Jimmy Carter menggertak lagi. Mengetahui bahwa Ayatullah Khomeini tidak akan membebaskan para sandera Amerika dalam waktu dekat ini, ia pekan lalu mengisyaratkan kepada negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa dan Jepang bahwa AS akan mengambil tindakan militer terhadap Iran. Kapan? Gertak Carter itu kabarnya menetapkan batas waktu bagi pembebasan sandera sampai pertengahan Mei. Itu hampir bersamaan waktunya dengan ancer-ancer sidang parlemen baru Iran. Khomeini semula mengatakan parlemen itu yang berwenang menentukan nasib para sandera Ametika itu. Sementara itu Carter mengambil tindakan lanjutan dalam aksi pembalasan terhadap Iran. Dalam suatu jumpa pers pekan lalu, Carter mengumumkan bahwa seluruh peralatan militer yang dipesan Iran -- semasa Syah masih berkuasa --akan diserahkan kepada angkatan bersenjata AS atau akan dijual kepada negara lain. Ia juga meminta kepada Kongres semacam wewenang memakai kekayaan Iran yang dibekukan di seluruh bank Amerika Serikat guna pembayaran kembali seluruh ganti rugi yang dituntut oleh warganegara atau perusahaan Amerika. Nilai kekayaan Iran itu sekitar US$ 8 milyar. Namun Carter menunda larangan ekspor bahan makanan dan obat-obatan ke Iran yang sebelumnya akan diumumkannya pada hari yang sama. Konon Carter mendadak mengubah rencana larangan itu atas permintaan Menlu Cyrus Vance. Soalnya ialah tindakan itu tidak akan berpengaruh besar terhadap Iran. Toh selama ini eksportir terbesar adalah Eropa Barat. Bila ekspor bahan makanan dihentikan secara bersama oleh AS dan sekutunya, memang Iran akan menderita sekali. Sekitar 50% kebutuhan bahan makanan Iran selama ini datang dari Eropa Barat. Setelah meletusnya revolusi, ketergantungan pada impor ini semakin mendalam. Pesawat angkatan udara Boeing 747 bahkan sering digunakan Iran untuk mengangkut bahan keperluan sehari-hari yaitu telur dan sayuran dari Amsterdam atau negara Eropa Barat lainnya. Tapi ancaman embargo bahan makanan ini tampaknya dianggap sepele oleh Iran. Mungkin karena sikap Khomeini yang tak kenal menyerah inilah Carter memikirkan tindakan militer sebagai penyelesaian. Belakangan ini sekutu AS memberi reaksi yang cukup positif bagi Carter. Jerman Barat yang semula agak ragu-ragu kini mulai memberi isyarat siap untuk melaksanakan sanksi ekonomi bersama AS meskipun negara MEE lainnya tidak sepakat. Seperti dikemukakan oleh Menteri Perekonomian, Otto Lambsdorff, pekan lalu. "Sekarang sudah saatnya untuk membuktikan bahwa solidaritas kita terhadap AS tidak halya melalui pernyataan dan kata-kata, tapi melalui tindakan konkrit." Begitu pula dengan Jepang. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Internasional (MITI) di Tokyo telah meminta kepada kaum pengusaha terkemuka agar meniadakan penandatanganan kontrak ekspor yang baru dengan Iran. Dan ini tentu saja menggembirakan AS. "Seandainya semua sekutu kami mengambil langkah sedemikian, maka hal itu akan membantu menyelesaikankrisis tanpa menggunakan tindakan militer," kata juru bicara Deplu AS, Hodding Carter. Apakah AS akan mengambil tindakan militer atau tidak, buat mahasiswa di Teheran tampaknya bukan soal. Pekan lalu mereka menghadapi pertentangan antara sesama kaum revolusioner. Ratusan mahasiswa sayap kiri telah menolak perintah Dewan Revolusi untuk meninggalkan kampus. Terjadi bentrokan sebelumnya antara mahasiswa radikal Islam Mujahidin dan kelompok mahasiswa Fedayen yang berhaluan Marxis. Akibat bentrokan itu 650 orang mengalami luka-luka. Hingga Dewan Revolusi melarang seluruh kegiatan politik di kampus. Dan bahkan memerintahkan supaya seluruh kampus ditutup selama 2 hari. Ternyata bentrokan itu tidak terjadi di Teheran saja. Di Universitas Mashad, di timur laut Iran, perkelahian antara kelompok yang sama terjadi. Begitu juga di Shiraz. Kantor berita Pars melaporkan 200 orang telah ditahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus