Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gonjang-Ganjing Politik Ala Yeltsin

Setelah pengangkatan PM baru Stepashin, Presiden Boris Yeltsin sudah mulai terlibat konflik. Diduga, Yeltsin sengaja menciptakan krisis agar bisa membubarkan parlemen.

6 Juni 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Boris Yeltsin berulah lagi. Betapa tidak? Dalam waktu 14 bulan ia sudah mengganti tiga perdana menteri Rusia. Korbannya yang terbaru adalah Yevgeny Primakov, yang didepak hanya setelah delapan bulan memimpin kabinet Rusia. Setelah Yeltsin menunjuk Sergei Stepashin menggantikan Primakov pada 19 Mei lalu, dan baru saja Stepashin selesai menyusun formasi kabinetnya, sudah ada tanda-tanda bahwa Yeltsin juga akan mendepaknya. Persoalan dimulai saat Yeltsin memaksa Stepashin untuk mendudukkan Nikolai Aksyonenko—bekas petinggi perusahaan kereta api Rusia—sebagai Wakil Pertama Perdana Menteri. Dalam kabinet Stepashin, ada dua wakil perdana menteri. Untuk pos itu, berarti Aksyonenko memegang kekuasaan tertinggi seluruh persoalan ekonomi Rusia. Padahal, Aksyonenko dikenal sebagai seseorang yang tak memiliki pengalaman sedikit pun tentang masalah keuangan dan politik. Media massa Rusia menyatakan, satu-satunya penjelasan yang masuk akal atas kemunculan Aksyonenko ke puncak kekuasaan adalah hanya karena ia didukung oleh para konglomerat yang sangat berpengaruh di lingkaran dalam Yeltsin. Analis politik menganggap bahwa sebelumnya, lingkaran dalam Yeltsin belum pernah memaksakan "orang-orang pilihannya" dengan cara yang begitu terbuka. Aksyonenko, yang diduga merupakan tokoh utama Kremlin, sudah berani sesumbar bahwa dialah yang mengontrol seluruh ekonomi Rusia. Bahkan, isu yang beredar menyebutkan bahwa Aksyonenko sebenarnya menginginkan jabatan perdana menteri. "Kabinet sudah pingsan. Apakah Stepashin mengundurkan diri atau tidak, kepemimpinannya di kabinet tak akan berusia panjang," demikian tulis Kommersant, harian ekonomi yang berpengaruh di Rusia. Indikasinya sudah terlihat dari campur tangan Yeltsin yang berlebihan dalam penyusunan kabinet Stepashin. Sejak itu, intrik di Kremlin mulai berkembang dan krisis politik semakin membayangi Rusia. Terlebih lagi setelah Mikhail Zadornov, Wakil Pertama Perdana Menteri, mengancam akan mengundurkan diri jika jabatannya tak dirangkap dengan Menteri Keuangan. Padahal, Zadornov, yang masih berusia 36 tahun, dikenal oleh negara-negara Barat sebagai salah satu pejabat senior ekonomi Rusia yang terbaik, dan dia juga menjabat selaku utusan khusus Rusia untuk IMF. Zadornov, yang sebelumnya diproyeksikan sebagai Menteri Keuangan, pun mengajukan pengunduran diri pada Jumat dua pekan lalu. "Saya kira pengunduran diri Zadornov akan berpengaruh buruk terhadap seluruh kebijakan ekonomi pemerintah dan hubungannya dengan organisasi keuangan internasional," komentar Grigory Yavlinsky, pemimpin oposisi dari kelompok liberal. Tapi, tampaknya, Yeltsin sudah memutuskan Aksyonenko yang akan menjabat selaku Wakil Pertama Perdana Menteri, sehingga ancaman Zadornov dianggap angin lalu. Padahal, penyusunan kabinet Stepashin ini memang bertujuan untuk menyelamatkan ekonomi Rusia, yang berada di ambang kebangkrutan. Maklum, Rusia sedang berusaha keras memangkas utang luar negerinya sejumlah US$ 140 miliar, sementara kucuran dana dari IMF, yang diharapkan sebesar US$ 4,5 miliar, hingga saat ini masih macet. Stepashin kini sedang berjuang di Majelis Rendah Duma untuk meloloskan undang-undang yang akan mengesahkan suntikan dana segar dari IMF. Sayangnya, Yeltsin tampak tak terlalu peduli dengan krisis ekonomi itu. Ia malah dianggap sengaja memperburuk krisis sebagai upaya untuk membubarkan parlemen sembari menyatakan negara dalam keadaan darurat. Jika hal itu terjadi, Yeltsin cukup memerintah dengan dekrit hingga pemilu mendatang. Selama ini, Yeltsin memang selalu terganggu oleh oposisi kelompok komunis yang menguasai Majelis Rendah Duma, yang didominasi komunis. Jika ini memang terjadi, Rusia hanya akan penuh dengan gonjang-ganjing politik, tanpa penyelesaian masalah ekonomi sama sekali. R. Fadjri (Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus