Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PARTAI mana yang menang di Jakarta? Pertanyaan itu menghantui para pemimpin partai politik yang berkampanye. Bagaimana tidak, kemenangan di Ibu Kota, yang merupakan barometer politik dan ekonomi nasional, memang sebuah prestise tersendiri. Kalau dilihat sepintas, jelaslah bahwa kartu juara dipegang oleh PDI Perjuangan. Tiap kali partai ini berkampanye, Ibu Kota kontan berwarna merah total. Meskipun begitu, tetap muncul kesangsian terhadap besarnya kekuatan partai yang dipimpin oleh Megawati tersebut. Asumsinya, boleh jadi massa partai lain yang tidak selantang PDI Perjuangan dalam berekspresi jumlahnya lebih banyak.
Namun, bila disimak dari hasil jajak pendapat TEMPO yang digelar beberapa hari sebelum hari pencoblosan, tampaknya kekuatan partai berlambang banteng garang itu sangat nyata. Jumlah responden yang memilih PDI Perjuangan menduduki peringkat tertinggi. Sudah begitu, partai ini juga menjadi yang paling dijagokan untuk menjadi pemenang, baik oleh pendukung partainya maupun oleh pendukung partai yang lain.
Partai Amanat Nasional (PAN), yang dipimpin Amien Rais, beroleh peringkat kedua dalam hal dukungan responden. Posisi yang sama diraih PAN sebagai calon pemenang, walau jumlah responden yang memilihnya tertinggal jauh dari yang memilih PDI Perjuangan. Adapun partai baru lainnya tampaknya kurang begitu dilirik oleh responden. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bahkan hanya menjadi pilihan responden dalam jumlah yang sangat sedikit. Tentu saja ini kabar kurang sedap bagi partai yang diklaim sebagai anak kandung organisasi Nahdlatul Ulama ini. Namun, di sisi lain, ini justru seperti membenarkan tesis Ketua Pengurus Besar NU Abdurrahman Wahid bahwa basis PKB memang tidak berada di kawasan perkotaan, tapi di pedesaan.
Bagaimana dengan partai-partai sisa Orde Baru? Mayoritas responden TEMPO tampaknya tak lagi menaruh minat. Meskipun begitu, ini bukan berarti Partai Persatuan Pembangunan dan Golkar yang kini menjadi partai itu kehilangan dukungan sama sekali. Alasan yang dipilih kebanyakan adalah kefanatikan terhadap dua partai tersebut, sekalipun ada juga responden yang cukup jujur untuk menyebut dirinya beroleh nafkah dari partainya. Dari sisi jumlah pendukung, PPP lebih unggul dari Golkar. Ini menandakan partai yang kini kembali berlambang Ka'bah itu masih cukup mendapat tempat di hati massanya. Bagaimana dengan Partai Demokrasi Indonesia (non-Perjuangan)? Selamat tinggal harus diucapkan kepada partai itu karena tak ada lagi responden yang dulu memilihnya menyatakan akan tetap memilih PDI dalam pemilu tahun ini.
Alasan utama bagi responden untuk mengubah pilihan adalah hadirnya partai-partai baru yang dinilai lebih reformis. Namun, ada pula yang beralih ke partai lain karena dulu pilihannya terbatas. Jadi, boleh dikatakan, pemilu kali ini adalah pembebasan bagi yang bersangkutan. Uniknya, ada pula responden yang masih berusia 18-34 tahun yang menyebut ingin kembali ke partai pilihan lama sebelum digabung Orde Baru pada 1973. Mungkin yang dimaksudkan dengan partai pilihan lama itu adalah partai yang secara tradisional menjadi pilihan keluarga responden.
Apa sebenarnya harapan tertinggi responden terhadap pemenang pemilu? Ternyata hampir semua mendambakan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Urutan berikutnya adalah penyediaan lapangan kerja. Sementara itu, hal yang sehari-hari menjadi perhatian warga, seperti tata kota yang semrawut serta maraknya preman dan perjudian, ternyata tidak begitu menjadi prioritas reponden. Lantas, sanggupkah sang pemenang mewujudkan harapan ini? Mayoritas responden (67 persen) menjawab ya, sementara 32 persen menyatakan ragu-ragu. Dengan begini, tampaknya kita pantas mengucapkan selamat kepada PDI Perjuangan, eh, sang pemenang.
Yusi A. Pareanom
INFO GRAFISPartai apa yang Anda rencanakan untuk Anda pilih kali ini? | PDI Perjuangan | 27% | Partai Amanat Nasional | 15% | Partai Persatuan Pembangunan | 12% | Partai Golkar | 5% | Partai Kebangkitan Bangsa | 2% | Partai Keadilan | 2% | Tidak tahu | 7% | Rahasia | 24% | | Partai apa yang Anda pilih dalam Pemilu 1997 lalu? | Golkar | 28% | PPP | 22% | PDI | 12% | Tidak/belum memilih | 11% | Tidak mau menyebutkan | 27% | | Pilihan antara Pemilu 1997 dan 1999 | Sama---PPP | 10% | Sama---Golkar | 4% | Berubah | 53% | Tidak teridentifikasi | 33% | | Apa yang membuat Anda memilih partai yang sama? | Saya fanatik dengan partai tersebut | 60% | Program-programnya kini menunjukkan semangat reformasi | 21% | Saya beroleh nafkah dari partai tersebut | 13% | Saya kader partai tersebut | 6% | | Apa yang membuat Anda memilih partai yang berbeda? | Ada pilihan partai baru yang lebih reformis | 68% | Dulu pilihan saya terbatas | 11% | Ingin kembali kepada partai pilihan lama sebelum digabungkan oleh Orde Baru | 6% | Tidak tahu | 16% | | Apa yang Anda harapkan dari partai pemenang pemilu untuk Kota Jakarta?* | Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih | 95% | Menyediakan lapangan kerja | 81% | Membuat tata kota yang baik | 40% | Menertibkan preman | 37% | Memberantas perjudian | 31% | Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban | | Menurut Anda, siapa yang akan menjadi pemenang pemilu di Jakarta? | PDI Perjuangan | 51% | Partai Amanat Nasional | 14% | Partai Persatuan Pembangunan | 9% | Partai Golkar | 4% | Partai Kebangkitan Bangsa | 20% | Tidak tahu | 17% | | |
Metodologi jajak pendapat ini:
Penelitian ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 503 responden di lima wilayah DKI pada 1-3 Juni 1999. Dengan jumlah responden tersebut, tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 5 persen.
Penarikan sampel dilakukan dengan metode random bertingkat (multistages sampling) dengan unit kelurahan, RT, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan kombinasi antara wawancara tatap muka dan melalui telepon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo