Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hari-hari yang sulit

Kemenangan front islam penyelamat dibatalkan dewan negara Aljazair. Segala aktivitasnya dilarang, termasuk kumpul-kumpul di masjid. Pemerintah menahan presiden Fis Abdelqader Hachani.

1 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISAKAH pemerintahan sementara Aljazair menggembosi partai fundamentalis Islam? Presiden Bendjedid yang memberi angin demokrasi dipaksa mengundurkan diri, pemilu nasional dibatalkan, lalu pihak militer membentuk pemerintahan sementara yang disebut Dewan Negara, dua pekan lalu. Semua itu bertujuan menyetop kemenangan Front Penyelamatan Islam, partai fundamentalis yang bercita-cita mendirikan negara Islam itu. Menyetop tidak identik dengan membubarkan. Tak ada jaminan sama sekali bahwa dengan cara mengorbankan demokrasi seperti itu lalu FIS, Front Penyelamatan Islam tersebut, kehilangan pendukung. Bahkan, sikap pemimpin FIS yang tak konfrontatif bisa jadi makin memperkuat daya tarik FIS. Abdelqader Hachani menganjurkan pendukungnya agar tak bertindak provokatif dan bersabar. Para pengamat menyebut taktik ini sebagai taktik menunggu. Bak seorang pemain catur yang menunggu langkah salah lawannya. Bisa jadi, langkah salah itu sudah dilakukan oleh pemerintah sementara. Sejak Jumat pekan lalu, diumumkan larangan berkumpul di masjid, untuk tujuan apa pun selain salat. Belum cukup dengan itu, akhirnya Presiden FIS Abdelqader Hachani, dengan tuduhan menghasut massa melawan pemerintah, ditahan. Dan hampir saja FIS terpancing dengan provokasi pihak tentara. Sekelompok militan FIS tepancing melawan, dan konon seorang tentara terbunuh, dua orang polisi cedera. Mereka juga mengebom markas polisi di Sidi Mousa, sekitar 50 km dari Ajier. Tapi, sejauh ini konflik terbuka antara FIS dan penguasa belum terjadi. "Jangan melawan saudaramu sendiri dengan peluru," ujar seorang pemimpin FIS, Mohamed Said, ketika sembahyang Jumat pekan lalu di Kouba, salah satu daerah basis FIS. Acara sembahyang Jumat yang dikawal militer itu berlangsung aman. Hanya di Bab ElOued, basis FIS terbesar di Aljier, sempat terdengar suara tembakan ketika beberapa pemuda menggunakan pengeras suara, mungkin mencoba memancing kerusuhan. Dewan Negara mengumumkan, pemerintahan sementara hanya akan sampai tahun 1993. Tidak dijelaskan, sesudah itu lalu apa. Menyelenggarakan kembali pemilu? Dan bila ternyata nanti Islam fundamentalis menang? Para pengamat berpendapat, mungkin satu-satunya jalan mencegah Islam fundamentalis menang dalam pemilu adalah dengan melarang FIS dan partai Islam fundamentalis lain yang mungkin dibentuk untuk menggantikan FIS. Tapi ini bisa memancing reaksi keras dari para pendukung FIS, terutama pengikut Ali Benhadj yang bergaris keras. Ada yang mempunyai cara lain untuk mengalahkan FIS. Itulah Perdana Menteri Sid Ahmad Gozali, teknokrat yang naik karena dukungan tentara. Ahmad Gozali yakin, bila ekonomi Aljazair membaik, pendukung FIS bakal susut. Sebagian mereka yang mendukung partai Islam fundamentalis itu, katanya, mereka yang putus asa karena kemiskinan, tidak punya kerja tetap, dan merasa cemburu melihat kemewahan di sekitar mereka. Maka, Gozali mulai membenahi keadaan ekonomi dengan serius. Melalui pertemuan kabinet pertama setelah Bendjedid mengundurkan diri, ia menekankan perlunya pembangunan jalan dan pelabuhan, yang akan menyerap 8.000 tenaga kerja. Perdana menteri yang baru naik Juni tahun lalu itu pun memandang penting datangnya penanam modal asing di bidang perminyakan. Yang diharapkannya, itu tadi, pembukaan lapangan kerja. Pengangguran di negeri ini diduga sampai 30% dari tenaga kerja. Masalahnya, bagaimana menggembosi kelas menengah pendukung FIS. Mereka, di antaranya adalah kaum cendekia, bergabung dengan FIS dengan penuh kesadaran. Benar mereka ini tak banyak jumlahnya, tapi mempunyai potensi menarik pengikut di kalangan pelajar dan mahasiswa. Walhasil, untuk membuat FIS rontok memang repot, sedangkan pemerintahan sementara tidak mungkin dipertahankan terus. Hari-hari yang sulit bagi Aljazair. LPS (Jakarta), Dja'far Bushiri (Kairo), dan Lisa Salusto (Roma)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus