Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pasar bebas : sulit ke sulit

Kondisi ekonomi persemakmuran parah. data-data ekonomi di negeri ini tidak akurat. karena itu bantuan pihak barat sangat diperlukan. antrean panjang selalu mewarnai pasar-pasar swalayan.

1 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebuah department store di Moskow, seorang pembeli tak hanya antre sekali, tapi tiga kali, untuk bisa membawa pulang barang beliannya. Itulah catatan seorang pakar ekonomi Indonesia yang keberatan disebutkan namanya, yang mengunjungi Uni Soviet sebelum menjadi Persemakmuran. Ia berada sekitar 10 hari, 21 Oktober sampai 2 November 1991 lalu. Dosen Universitas Indonesia itu bercerita, ia ikut antre untuk ikut merasakan susahnya menjadi orang Soviet. Mula-mula ia harus antre di tempat antrean barang yang akan dibelinya. "Begitu sampai di depan petugas toko yang terkesan malas itu, saya diberi kertas yang bertuliskan nama dan banyaknya barang yang saya beli," tuturnya. Sesudah itu, ia harus antre lagi untuk membayar. "Antrean membayar ini lebih panjang, karena begitu banyak departemen tapi hanya ada satu kasir," lanjutnya. Setelah memperoleh bukti pembayaran, ia harus antre lagi untuk mengambil barangnya. Di balik kenyataan ekonomi yang tak menyenangkan itu, memang ada persoalan pokok yang dihadapi Soviet bila ingin membangun ekonominya. Yakni, datadata ekonomi di negeri ini sungguh tidak akurat. Ada perbedaan besar antara data resmi pemerintah dan data yang sebenarnya. Misalnya, data utang luar negeri yang menjadi indikator penting dan sering menjadi pembicaraan antarrepublik. "Di samping data sulit diperoleh, konsep utang luar negeri itu sendiri sudah terlalu rumit untuk dimengerti, karena adanya persoalan kurs dan konvertibilitas mata uang," tutur ahli ekonomi kita itu. Seorang ekonom yang mencoba mencari indikator standar untuk menilai perkembangan ekonomi sebuah negara, misalnya indikator pendapatan nasional, inflasi, defisit negara berjalan, dan anggaran pemerintah, "Bersiaplah jadi bingung," tuturnya. Soalnya, data pendapatan nasional di Soviet setidaknya ada empat jenis. Pendapatan nasional berdasarkan metodologi yang disebut Goskomstat lalu yang tanpa memperhitungkan penerimaan dari perdagangan luar negeri dan produksi alkohol yang ketiga data yang memperhitungkan perbedaan karena kompensasi kerugian serta kenaikan akumulasi surplus sektor konstruksi dan akhirnya pendapatan nasional menurut perhitungan CIA. Yang resmi dipakai adalah data dari metode pertama, yakni dari Goskomstat. Dibandingkan dengan yang lain, data itu "bisa berbeda antara minus 2% dan minus 4%." Neraca transaksi berjalan juga cukup rumit untuk ditelusuri, karena ada tiga jenis. Untuk "wilayah rubel", untuk "wilayah ekonomi pasar yang tak dapat dikonversikan", dan untuk "wilayah ekonomi pasar yang dapat dikonversikan." Yang masih menolong, bagi seorang pengamat ekonomi, "belum terlalu sulit untuk menyimpulkan perkembangan kondisi ekonomi mereka". Karena, angka pendapatan nasional mana pun yang dipakai tidak menimbulkan perbedaan dalam hal kecenderungannya. Sebelum 1990 pertumbuhan pendapatan nasional positif. Baru pada 1990 timbul tanda-tanda keruntuhan. "Tahun 1991 pendapatan nasional negatif, dan penurunannya lebih besar daripada tahun sebelumnya," ujar ahli ekonomi tersebut. Dari kondisi seperti itu, pada awal penerapan pasar bebas kini kondisi ekonomi yang parah tak mungkin terhindarkan. "Hal ini akan terjadi di negara mana pun," katanya lagi. Karena itu, bantuan pihak Barat memang sangat diperlukan. Bantuan yang memadai pasti akan memperkuat landasan untuk membuat Persemakmuran kembali menjadi salah satu negara terkuat di dunia. "Dalam konteks inilah mungkin pihak Barat, terutama Amerika Serikat, tidak terlalu bersungguh-sungguh membantu Persemakmuran, yang pernah menjadi saingannya," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus