Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hitam-putih belum mulus

Rencana pemilu multiras dan multipartai di Afrika selatan april nanti terancam gagal. sistem pemungutan suara ditolak oleh sayap kanan.

12 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAK memilih kaum kulit hitam di Afrika Selatan tampaknya sulit diperoleh. Pemilu antarras pertama, yang direncanakan April mendatang di negeri jajahan orang kulit putih itu, kini terancam pemboikotan sejumlah kelompok politik sayap kanan. Mereka menolak sistem pemungutan suara yang dirumuskan Presiden Frederik de Klerk bersama Nelson Mandela, tokoh partai oposisi terbesar, Kongres Nasional Afrika (KNA). Aliansi Kemerdekaan yang menggabungkan Afrikaner Volksfront, partai konservatif orang kulit putih dengan partai Kebebasan Inkatha suku Zulu, dan pemerintah daerah Bophuthatswana itu menuntut agar sistem pemilihan tunggal diganti dengan sistem ganda. Menurut sistem ganda, setiap pemilih berhak memberi suaranya untuk dua wakil rakyat, satu untuk parlemen nasional dan yang satunya lagi untuk dewan legislatif daerah. Tampaknya, daerah otonomi enggan melepaskan kekuasaannya pada pemerintah pusat. Memang, jika pemilu itu berhasil, dominasi kaum kulit putih sudah pasti terpancung. Kini mereka berupaya keras agar diberikan suatu daerah eksklusif, terpisah dari Afrika Selatan pasca-pemilu. Soalnya, dari 24 juta penduduk yang berhak memilih, 75% adalah orang kulit hitam. Kaum kulit putih hanya 13%, sisanya terdiri dari warga ras campuran dan orang keturunan India. Adapun kerajaan Kwazulu bersama pemerintah daerah Bophuthatswana khawatir akan dirugikan, baik dari segi politik maupun ekonomi, oleh pemerintah pusat yang sangat mungkin dikuasai oleh lawan besarnya, Mandela dengan partai KNA-nya. Belum lama ini suatu angket menunjukkan bahwa KNA didukung oleh 52% responden, sedangkan partai Inkatha mendapat dukungan dari 30%. "Kendati selalu terjadi konflik antara kami, tak pernah ada pemimpin Afrikaner yang mencoba melakukan apa yang Anda lakukan pada kami sekarang, yaitu memusnahkan kami sebagai bangsa," kata Zwelithini, raja Kwazulu, dalam tuduhannya pada De Klerk. Menurut berita terakhir dari Pretoria, ibu kota Afrika Selatan, sikap Mandela melunak akibat tekanan dari tokoh politik dan kalangan bisnis yang menghendaki ketertiban agar blokade ekonomi dari berbagai negara kelak berakhir. Semakin jelas bahwa dua partai yang akan berperan besar dalam pemilu mendatang itu adalah KNA dan Partai Nasional, dipimpin De Klerk. Kini anggota kedua partai itu sudah mulai berkampanye. Bagi De Klerk, tantangan terbesar adalah merebut suara kaum kulit hitam. Sedangkan Mandela harus meyakinkan penduduk kulit putih bahwa kepentingan mereka tak dirugikan dengan kemenangan partainya. Sementara itu, suatu pasukan perdamaian kini tengah dibentuk dan dilatih oleh pemerintah Afrika Selatan, untuk membantu mengamankan suasana pada saat pemilu berlangsung. Pasukan 10.000 orang itu terdiri dari anggota KNA dan tentara dari berbagai suku yang ikut dalam pemilu nanti. Namun, para pengamat di Afrika Selatan meragukan apakah bekas gerilya KNA bisa bekerja sama dengan polisi Afrika Selatan. Lebih penting lagi, mampukah pasukan perdamaian itu mencegah kekacauan yang mungkin datang dari kelompok penentang pemilu? Sejak de Klerk menghentikan sistem apartheid empat tahun silam, hampir 14.000 orang tewas akibat pertikaian antara Inkatha dan anggota KNA.Yuli Ismartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum