Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang vietnam yang lain

Embargo ekonomi terhadap vietnam hanya merugikan amerika. setelah embargo dicabut produk amerika mulai masuk. para veteran perang vietnam memprotes kebijaksanaan clinton.

12 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH pertama kalinya sebuah produk Amerika dikampanyekan secara mencolok di Vietnam. Beberapa jam setelah embargo ekonomi atas negeri itu dicabut oleh Presiden Clinton, pekan lalu, sebuah balon berbentuk kaleng Pepsi Cola membubung tinggi di langit Kota Ho Chi Minh. Di bawah, orang dari perusahaan ini membagi-bagikan Pepsi Cola. Apa maknanya? Sang pendekar hak asasi manusia, setidaknya begitulah AS menganggap dirinya, belakangan merasa bahwa embargo terhadap Vietnam atas nama hak asasi manusia ternyata lebih merugikan Amerika ketimbang Vietnam. Absennya AS justru memberi kesempatan negara lain menanamkan modal di Vietnam tanpa saingan berat. Para pengusaha Amerika cuma bisa jadi penonton melihat koleganya membagi-bagi pasar sebesar 70 juta jiwa yang sedang tumbuh dengan cepat itu. Banyak cerita tentang kerugian Amerika ini. Dalam soal minyak, misalnya, perusahaan Amerika, Mobil Oil, adalah pihak pertama yang menemukan minyak di Vietnam. Sekarang sang pelopor hanya bisa melihat dari jauh, sedangkan 20-an perusahaan Asia dan Eropa membagi kue minyak ini sama rata. Baru tahun lalu Mobil Oil mendapat perkecualian dari pemerintah Amerika, dan akhirnya ikut menggarap satu blok, tapi bukan yang terbaik. Bisnis lain yang berskala gajah, yang Amerika hanya bisa gigit jari, adalah penjualan pesawat penumpang. Airbus, perusahan Prancis, berhasil menyewakan lima pesawatnya kepada Vietnam Air, meninggalkan Boeing dari AS. Jika embargo yang nyata-nyata merugikan diri sendiri ini bisa bertahan hingga 19 tahun, tentu ada perkara besar yang menjadi latar belakang. "Dengan mencabut embargo, Clinton mengkhianati tentara Amerika dan jutaan veteran perang Vietnam," tutur Bruce Thiesen, komandan nasional Legiun Amerika, organisasi Veteran terbesar yang beranggota lebih dari 3 juta orang. Para veteran Perang Vietnam, dengan dendamnya yang berkarat, memang menjadi batu pengganjal terbesar bagi normalisasi hubungan Amerika dan Vietnam. Tak kurang dari 58.000 serdadu Amerika tewas di bumi Vietnam. Nama-nama mereka bisa dibaca di Monumen Vietnam yang angker di Washington, D.C. Sedangkan soal yang selalu dijadikan perkara adalah nasib 1.647 tentara yang dinyatakan hilang selama perang. Para veteran beranggapan bahwa serdadu yang hilang ini masih disekap di beberapa penjara Vietnam. Hal yang agak mustahil karena beberapa misi pencarian dari Amerika, resmi maupun tidak, tak menemukan apa-apa. Yang lebih mungkin, jenazah para serdadu ini sudah hancur ditelan dahsyatnya 500 ribu ton bom yang diledakkan selama perang atau membusuk dimakan masa. Apa pun yang terjadi pada mereka yang missing in action itu, pengumuman pencabutan embargo atas Vietnam memang disambut demonstrasi oleh veteran Perang Vietnam. Clinton dianggap pengkhianat, yang melupakan begitu saja istri, saudara, ibu, bapak para korban Perang Vietnam demi "beberapa keping perak". Yang sangat pesimistis mengatakan, pencabutan embargo ini memberi kesempatan kepada Vietnam untuk membunuhi serdadu AS yang masih hidup di Vietnam, agar masalah ini lebih cepat dilupakan. Memang tak semua veteran Perang Vietnam bersikap konfrontatif terhadap keputusan Clinton. Ada juga yang bilang bahwa bekas musuh bisa saja menjadi patner yang baik. Contohnya, katanya, Jerman (Barat), setelah Perang Dunia II. Dan bisa juga justu setelah hubungan AS-Vietnam normal, kedua negara membuka perwakilan masing-masing, masalah serdadu AS yang hilang di Vietnam lebih mudah ditemukan. Apa pun itu artinya, yang jelas ini berita gembira bagi perusahan-perusahaan AS. Misalnya, sekalipun sudah agak terlambat, Boeing berharap bisa mengikat kontrak senilai 5 miliar dolar untuk penjualan pesawat jet penumpang. Philip Morris, produsen rokok Marlboro, malah sudah punya perjanjian dengan pemerintah Vietnam untuk segera membangun pabriknya begitu embargo cair. Saat ini permintaan rokok Marlboro di Vietnam sedemikian tinggi dan pemegang lisensi di negeri-negeri sekitar Vietnamlah yang menikmati keuntungan. Lalu Coca-Cola, perusahaan minuman ringan terbesar di dunia, yang sudah mengikat kontrak dengan Vietnam tahun lalu untuk mendirikan pabrik minuman, menyatakan akan selekas mungkin mengirimkan bahan-bahan untuk pabriknya. Akan ada perang baru di Vietnam, kata pejabat di markas pusat Coca-Cola di Atlanta, yakni "perang Cola" -- Pepsi versus Cola. Tapi akan mampukah perusahaan AS bersaing di Vietnam? Tahun lalu total investasi asing yang masuk ke Vietnam sudah mencapai 3 miliar dolar. Di Vietnam ada peribahasa, kata Nguyen Co Thach -- bekas menteri luar negeri Vietnam -- "kerbau yang datang belakangan bakal minum air berlumpur." Tapi perusahan AS tak sepebuhnya bisa dikatakan "datang belakangan". Lebih dari 30 perusahaan sebenarnya sudah membuka perwakilan di Vietnam lewat cabang-cabang mereka di Singapura, Bangkok, atau Hong Kong beberapa waktu lalu. Mereka antara lain, Citibank, IBM, General Electric, Motorola, Caterpillar, Bank of America, Digital Equipment Corp. Yang jelas, pencabutan embargo akan lebih mendatangkan modal, dari mana pun datangnya, di Vietnam. Karena itu, Vietnam, yang rakyatnya terkenal sebagai pekerja keras dan cepat belajar, bakal menjadi saingan berat bagi para tetangga yang juga sedang mencoba merayu pemodal asing. Hampir semua pengusaha asing yang berdagang dengan Vietnam yakin bahwa dalam waktu pendek Vietnam bakal melejit menjadi pemain utama di Indocina. Kalau begitu, perang bisnis di kawasan ini tampaknya bakal makin ramai.YH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum