P~ENAHANAN 22 orang yang dituduh Marxis -- berdasarkan ISA -- masih berbuntut panjang. Bukan karena kudeta yang dituduhkan pemerintah Singapura itu tidak terbukti dan 21 orang sudah pula dibebaskan, tapi lantaran Sabtu pekan lalu pemerintahan Lee Kuan Yew menyunat sirkulasi mingguan Far Eas~ern Economie Review (FEER) dari 9.000 menjadi hanya 500 eksemplar. Dan "hukuman" ini erat kaitannya dengan pemberitaan tentang penahanan orang-orang itu, yang sempat disekap tanpa proses pengadilan. Dalam edisi 17 Desember lalu FEER memuat tulisan yang mengungkapkan pertemuan PM Lee Kuan Yew dengan Kardinal Gregory Yong, pemimpin gereja Katolik di Singapura. Menurut artikel dalam mingguan terbitan Hong Kong itu, PM Lee berusaha memaksa sang Kardinal untuk "bersuara seirama den~an versi pemerintah" dalam kasus penahanan 21 Mei tersebut. Seperti diketahui, satu dari 22 tertuduh adalah Vincent Cheng, 40 tahun, "tokoh utama" kelompok Marxis yang bekerja pada gereja Katolik. Ia dijatuhi hukuman penjara 2 tahun, setelah menandatangani suatu pengakuan - yang disiarkan TV secara nasional. Pengakuan ini konon sudah disetujui Kardinal Yong. FEER menyebutkan bahwa Yong merasa "dipojokkan" sedemikian rupa, hingga dalam konperensi pers yang diadakan PM Lee, kardinal itu memastikan adanya persetujuan tersebut. Singkatnya, ia tidak bisa berbuat lain. Ini diungkapkan oleh Pastor Edgar D'Souza dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Australia dan diperkuat oleh keterangannya pada FEER, 7 Desember silam. Pastor ini angkat bicara sebagai jawaban atas tuduhan yang dilontarkan Menteri Dalam Negeri S. Jayakumar, 30 November silam. D'Souza dituding terlibat kampanye yang bertujuan mendiskreditkan pemerintah Singapura. D'Souza adalah satu dari empat rohaniwan Katolik Singapura yang diberitakan mengundurkan diri karena "aktivitas mer~eka" yang menurut Kardinal Yong bisa menimbulkan konflik antara negara dan gereja. Dalam kondisi sewaktu-waktu bisa ditahan -- seperti 22 tertuduh lainnya pastor ini kemudian meninggalkan Singapura 3 Juni lampau, dan sampai kini masih bermukim di Australia. "Tulisan FEER bermaksud mengadu domba pihak gereja Katolik dengan pemerintah Singapura," begitu tuduhan pemerintahan PM Lee Kuan Yew. Sebaliknya banyak pihak di dalam maupun di luar Singapura yang berpendapat bahwa tuduhan dan penahanan ISA oleh PM Lee itu tidak berdasar sama sekali. Apalagi setelah para tahanan dibebaskan, kecuali Vincent Cheng. FEER merupakan media asing keempat yang dikenai pembatasan sirkulasi secara drastis. Sebelumnya harian A~an Wali Street Journal (AWSJ)? mingguan Asia Week dan Time juga mendapat perlakuan serupa. Penyunatan terhadap Time kini sudah dicabut, tapi dua media lainnya masih harus bersabar dengan sirkulasi hanya 500 eksemplar, "hukuman" yang kini juga ditimpakan pada FEER.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini