Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Saat mengganyang diktator

Sekitar 10 ribu buruh melancarkan unjuk rasa di brasov, rumania. mereka memprotes pemotongan gaji buruh & phk. presiden nicolae ceaucescu mengejek para buruh itu sebagai "orang-orang mabuk".

2 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI berita terlambat dari Rumania ~ negeri komunis yang kaum buruhnya dikenal jinak, tapi penguasanya cukup galak. Lebih dari satu bulan silam -- tepatnya 15 November lalu -- sekitar 10 ribu buruh pabrik traktor Bendera Merah dan Tractorul melancarkan unjuk rasa di Brasov, Rumania Tengah. Mereka memprotes keputusan pemerintah yang menetapkan pemotongan gaji sebesar 50%, dan PHK 3.000 dari 20 ribu pekerja yang bertugas di Bendera Merah. Di samping itu, 2.500 buruh di Tractorul akan dipecat. Alasannya: kedua pabrik yang juga membuat gerbong kereta api itu produksinya tak mencapai target. Dan masih ada hukuman tambahan: energi untuk pemanasan, listrik, dan bantuan sandang pangan juga akan dipotong. Barisan aksi protes melabrak gedung partan Tapi apa yang mereka lihat d~isana benar-benar menyulut api kemarahan. Di ruangan yang dihangatkan itu -- pemanasan adalah barang mewah -- para nomenklatura atau anggota senior partai komunis sedang berpesta pora merayakan kemenangan calon tunggal mereka, yang mengantungi 99,8% suara. Hidangannya menitikkan selera: daging, anggur yang terbaik, dan jeruk. Semuanya makanan mewah yang sukar didapat di pasaran. Tanpa menunggu perintah, para buruh yang kelaparan dan kedinginan itu menyerbu dan memporakporandakan kantor tersebut. Sambil menyanyikan lagu patriotik Bangunlah R~umania yang diselingi teriakan "ganyang diktator", mereka melempar kursi dan meja serta jeruk-jeruk itu keluar jendela. Foto-foto Presiden Nicolae Ceaucescu dan istrinya, Elena, dicabut dari bingkai, diarak-arak, dan kemudian dibakar bersama dengan arsip dan buku-buku propaganda partai. Kerusuhan itu berlangsung sampai sembilan jam. Bentrokan dengan tentara dan polisi antihuru-hara pun tak terelakkan. Beberapa buruh terbunuh, dua polisi tewas, satu di antaranya digorok dengan pecahan botol. Waktu itu juga tersebar selentingan, sebuah pabrik mesiu telah kecurian empat mortir dan 20 kotak peluru. Para demonstran baru bisa dibubarkan dengan gas air mata. Kota Brasov ditutup buat orang asing -- apalagi wartawan -- dan di setiap sudut kota, polisi dan tentara berjaga-jaga. Sekitar 200 orang ditahan, sementara 50-60 orang diperiksa intensif. Di ibu kota Presiden Ceaucescu mengejek para buruh itu sebagai "orang-orang mabuk." Tapi, menyadari bahwa situasi cukup gawat, ia membatalkan kunjungan ke Berlin Timur untuk memperingati HUT Pakta Warsawa (11 Desember) bersama Mikhail Gorbachev dan pemimpin komunis Eropa Timur lamnya. Ada yang berpendapat, insiden di Brasov tak pada tempatnya. Tapi ada juga yang mengatakan, itu bukan hanya sekadar protes terhadap PHK dan pemotongan gaji belaka. Diduga, insiden itu adalah letupan rasa tidak puas rakyat terhadap Presiden Ceaucescu, 69 tahun, dan rezimnya, yang gemar menindas dan sewenang-wenang. Malah ada yang bilang bahwa ketakpuasan itu sudah berakar sejak 1977, ketika terjadi kerusuhan di pertambangan Jiu. Kerusuhan itu ditindas dengan kejam. Bahkan tujuh pemimpin buruh hilang secara misterius. Dunia luar mengenal Rumania sebagai satu-satunya negara blok sosialis yang paling "independen" terhadap Moskow. Tapi rakyat Rumania mengenal Ceaucescu dari kegagalan program perekonomiannya. Pada tahun 1970-an ia merancang pembangunan h1dustri di bidang petrokimia, permesinan, dan pengilangan minyak. Sebesar 30% pendapatan negara dialirkan ke sana, dengan maksud memngkatkan ekspor. Berkat industrialisasi itu, ekonomi negara tumbuh sampai 10% per tahun. Tapi tidak diperhitungkan siapa yang akan mengkonsumsi barang-barang itu. Akhirnya, produk-produk tak laku membanjiri pasar.Pesanan barang terhenti, hingga pabrik-pabrik bekerja di bawah target. Belum lagi utang luar negeri yang menggembung. Dalam pada itu, Ceaucescu memerintah bagaikan mengelola perusahaan milik pribadi. Istrinya, Elena, diangkat sebagai wakil perdana menteri, putranya ikut diorbitkan ke jajaran petinggi partai. Lalu 35 saudara dan kerabatnya duduk di kursi empuk pemerintahan. Tak heran kalau Uni Soviet, yang tadinya dibenci secara diam-diam sebagai "musuh nasional", sekarang justru mendapat pasaran. Itu terjadi setelah Soviet mencanangkan glasnost danperestroika, sedangkan Gorbachev tampil sebagai salah satu pahlawan rakyat Rumania. Ada yang mengatakan, sekarang ini adalah hari-hari terakhir masa kejayaan Ceaucescu. Rakyatnya sudah antipati, sedangkan untuk tuan-tuan di Moskow, ia sudah ketinggalan zaman. A. Dahana (Jakarta), Yudhi Soejoatmodjo (London)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus